Salah Alamat, Demo RUU HIP Minta Jokowi Mundur, Kiai Asep: DPR Harus Minta Maaf kepada Rakyat
Editor: MMA
Jumat, 26 Juni 2020 14:36 WIB
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag menilai salah alamat jika para pendemo Rancangan Undang-Undang Haluan Idiologi Pancasila (RUU HIP) minta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur.
“Tidak relevan, salah alamat kalau minta Pak Jokowi mundur. Kan Pak Mahfud MD (Menkopolhukam-Red) sudah bilang, pemerintah menolak. Pak Jokowi juga tidak tahu menahu,” tegas Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com usai Munajat ikhtiar melenyapkan covid-19 di tujuh zona merah di Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Kamis (25/20/2020) malam.
BACA JUGA:
Dandim 0815 Mojokerto Silaturahim, Kiai Asep Tunjukkan Prestasi Santri Amanatul Ummah
Projo Sampang Kawal Pembangunan 2 Jalan Poros Kabupaten Senilai Rp91 Miliar
Besok, Presiden Jokowi Serahkan 10.323 Sertifikat Tanah di Banyunwangi
Jokowi Gelar Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Istana, Sejumlah Menteri Saling Tebak Skor
Menurut Kiai Asep, seharusnya para pengunjuk rasa itu mendemo DPR RI. “Karena RUU HIP itu berasal dari DPR. Tim perumusnya itu yang harus ditesuluri dan diberhentikan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu. “Jadi tidak rasional kalau minta Pak Jokowi mundur,” kata Kiai Asep.
Selain itu, menurut Kiai Asep, jika mereka demo menuntut Jokowi mundur, berarti mereka politis. “Mereka tidak ikhlas,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep juga mendesak agar anggota DPR yang terlibat dalam RUU HIP itu minta maaf kepada rakyat. “Mereka harus minta maaf. Dan RUU HIP itu harus distop. Kalau masih mau dilanjutkan, para anggota terlibat dalam perumusan RUU HIP itu harus diiganti orang baru,” kata Kiai Asep.
Sebab, tegas Kiai Asep, rakyat Indonesia sudah tak percaya terhadap tim atau anggota DPR yang merumuskan RUU HIP itu. Mereka dicurigai memberi peluang masuknya berbagai paham, termasuk komunisme, leninismedan seterusnya. “Kalau Pancasila diperas jadi Trisila dan Ekasila lalu jadi Gotong Royong, semua paham bisa masuk, termasuk konime, leinisme dan yang lain. Berarti Ketuhanan Yang Maha Esa berada di bawah Gotong Royong,” tegas Kiai Asep.