​Bertemu Eksportir Terbaik Jatim, Perempuan Tani HKTI Bicara Serapan Produk Lokal Petani | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Bertemu Eksportir Terbaik Jatim, Perempuan Tani HKTI Bicara Serapan Produk Lokal Petani

Editor: Yudi Arianto
Wartawan: M Didi Rosadi
Kamis, 25 Maret 2021 21:39 WIB

Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim Dr. Lia Istifhama bersama GM Umum PT CJI Warih Prabowo, beberapa waktu lalu. foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Perempuan Tani Jatim adalah salah satu organisasi yang mendukung keputusan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menyatakan Jatim tidak memerlukan beras impor. Alasannya, pasokan beras Jawa Timur saat ini cukup dan aman hingga akhir Mei 2021. Sikap gubernur itu dinilai sangat bijak dan tepat oleh Perempuan Tani Jatim.

, Ketua DPD Perempuan Tani Jatim mengakui, keputusan gubernur sangat tepat karena berbicara konteks regional harus disesuaikan suplai skala regional. Sehingga tidak melebar ke mana-mana.

"Jatim memang membuktikan berhasil melakukan ekspor pertanian yang sangat besar, yaitu sebesar Rp 140 milliar. Ini wajib diapresiasi dan menjadi kebanggaan masyarakat Jatim,” terang perempuan yang akrab disapa itu, Kamis (25/3/2021).

Lia mengungkapkan, pihaknya pernah berkunjung ke PT Chiel Jedang Indonesia (CJI) beberapa waktu lalu. CJI ini mendapatkan penghargaan sebagai eksportir terbaik se-Jatim. Selain merupakan salah satu perusahaan yang keberadaannya sangat penting untuk membuka lahan pekerjaan bagi masyarakat lokal.

CJI juga membantu serapan produk pertanian lokal, di antaranya tetes tebu yang disuplai melalui PTPN. Namun, ada beberapa produk yang bahan bakunya diambil dari luar (impor), yaitu ketela pohon.

"Dari sini, penting untuk menjadi perhatian bahwa ekspor produk jadi tentu menambah pendapatan yang signifikan bagi negara. Namun, penting juga dikaji agar produk-produk ekspor mendapatkan bahan baku dari lokal juga. Sehingga secara holistik memberikan efek produktivitas bagi petani," tutur Lia.

Doktor ekonomi dari UINSA Surabaya ini mengingatkan, saat ini muncul polemik impor garam. Penting untuk diperhatikan bagaimana agar produksi garam lokal memang sesuai kebutuhan industri. Karena itu, pendampingan dari calon whole seller, yaitu industri, harus ada sehingga bisa terkontrol produksi sesuai kapasitas (industri ekspor).

"Tentunya peran pemerintah juga diperlukan selama proses produksi pertanian dari petani hingga panen untuk kemudian didistribusikan pada pabrik selaku whole seller-nya," ujar putri almarhum KH. Masykur Hasyim tersebut.

PT. CJI melalui GM Umum Warih Prabowo menjelaskan harapannya agar bisa semakin menyerap produksi pertanian petani lokal. Ia mengatakan dahulu pihaknya pernah mengambil bahan baku ketela pohon dari petani lokal Lamongan. Namun karena secara kuantitas tidak mencukupi dengan kebutuhan setiap hari yang membutuhkan 1.000 ton, akhirnya diputuskan impor.

"Jadi, kunci penyerapan bahan baku ada pada konsistensi kuantitas dan kualitas. Tentu akan lebih efisien dan efektif jika bahan baku dari regional seperti halnya SDM yang selalu kami utamakan masyarakat lokal," kata Warih.

Sedangkan Nikmah Jamilah selaku Ketua Kabupaten Pasuruan menjelaskan bahwa Perempuan Tani ingin turut membangun penguatan spirit agraris sesuai lokalitas pengurus, minimal secara pemikiran.

Perempuan Tani sendiri merupakan organisasi sayap naungan Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko. Secara organisasi, Ketua Umum PT adalah Dian Novita Susanto, Chief of Director Kantor Hukum Moeldoko 81 & Partners.

Dalam tingkat kepengurusan regional Jawa Timur, Perempuan Tani pernah mendapatkan dua penghargaan, yaitu Organisasi Perempuan Penggerak Pertanian dari DP3AK Jatim dan PT Provinsi Terbaik se-Indonesia pada tahun 2020. (mdr/ian)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video