Penemu Konstruksi Sarang Laba-Laba Jadi Terdakwa, Meninggal karena Stres
Editor: MMA
Jumat, 26 Maret 2021 08:15 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Konstruksi sarang laba-laba sangat popular karena tahan gempa. Penemunya Ir Ryanto. Tapi, dia malah jadi terdakwa. Bahkan ia meninggal karena stres.
Bagaimana curhatnya? Silakan baca tulisan Dahlan Iskan di Disway dan HARIAN BANGSA hari ini, 26 Maret 2021. Di bawah ini kami turunkan untuk pembaca BANGSAONLINE.com yang makin meluas secara nasional bahkan internasional, terutama bagi warga Indonesia yang berada di luar negeri. Selamat membaca.
BACA JUGA:
Dimeriahkan Puluhan Doorprize, Jalan Sehat HUT ke-10 BO dan Bazaar UMKM Diserbu Ribuan Warga
Ribuan Peserta Hadiri Jalan Sehat HUT ke-10 BANGSAONLINE
Gondol Ikan Lele Seberat 2,1 Kg, Warga Jetis Juara Lomba Mancing HUT ke-10 BO dan HUT Kemerdekaan RI
Jalan Sehat Satu Dekade BANGSAONLINE: Progress Pra-Acara, Lomba Mancing dan Respon Eri Cahyadi
INI kembali soal Ir Ryantori. Penemu konstruksi Sarang Laba-laba. Yang meninggal November lalu –karena stres.
Lissy, putrinya, mengirim WA ke saya: "Pak, saat saya bersih-bersih mobil papa saya, menemukan dokumen ini."
Lissy sangat kehilangan bapaknyi. Apalagi sang bapak harus meninggal dalam status sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Sidoarjo. Ia meninggal setelah pulang dari sidang di pengadilan. Ryantori seperti tidak bisa menerima: bagaimana ia menjadi terdakwa untuk teknologi yang ia temukan sendiri.
Lalu Lissy, pelatih pilates itu, mengirimkan naskah itu ke saya. Bentuk dokumen itu pdf. Kelihatannya ditulis sendiri oleh almarhum ayahnyi: Ir Ryantori. Tanpa tanggal dan tahun. Dokumen itu diberi judul Opo Tumon?
Ryantori memang punya nama Tionghoa Ang Kim Loen tapi ia hampir selalu berbicara dalam bahasa Suroboyo-an –bahasa Jawa model Surabaya.
Lulusan teknik sipil ITS Surabaya itulah yang menemukan konstruksi sarang laba-laba. Yang justru membuatnya menjadi terdakwa di pengadilan. Sampai –menurut istrinya– ia stres. Itu karena –sebagai intelektual– ia menghadapi peristiwa yang tidak masuk akal sama sekali. Kok bisa justru ia yang jadi tersangka untuk penemuannya sendiri.
Seminggu setelah sidang ketiga di Pengadilan Negeri Surabaya, Ryantori meninggal dunia.
Ryantori masih punya beberapa penemuan lain. Ia pernah ingin merombak sistem penulisan bahasa Indonesia. Ia menceritakan panjang lebar penemuannya bentuk-bentuk hurufnya. Agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa modern dan cocok untuk ilmu pengetahuan. Juga agar bisa menjadi bahasa yang efisien.
Ia menyadari ciptaannya di bidang berbahasa itu sangat peka dan anti kemapanan. Maka ia tidak seberapa gigih memperjuangkannya.
Naskah yang ditemukan Lissy di mobil papanya itu kelihatannya ditulis untuk ngudo roso –melepaskan pikiran dari perasaan tertekan. Itu terlihat dari nada di tulisan itu. Bacalah sendiri di bawah ini. Saya tidak mengeditnya sama sekali.
Penulisannya dibuat mirip puisi. Tiap kalimat dimulai sebagai alinea baru. Tanpa titik di akhir kalimat.
Maka saya pun minta agar Lissy mengirim naskah itu dalam bentuk yang bukan pdf. Semula Lissy keberatan. Takut bisa diedit orang. Tapi untuk kepentingan pembaca Disway, Lissy akhirnya setuju mengirim dalam bentuk Word.
Ryantori tidak menyebut satu nama pun di naskahnya itu. Ia mengganti nama orang yang membuatnya kesal itu dengan kata ''Dia'' –dengan D besar. Inilah naskah curhat itu:
Opo Tumon?
Dia menyebut sepasang mantan bossnya …. guru–guru saya.
Dia mengaku dibimbing dan dibesarkan oleh guru–gurunya
diangkat dari drafter sampai jadi marketer andal
bahkan setelah 25 tahun dijadikan mitra usaha
Kedua gurunya orang-orang yang positif dan kreatif
Punya banyak karya cipta atau penemuan
Beberapa di antaranya didaftarkan ke kantor paten
dan memperoleh hak paten
Dia dipercaya untuk mengawal proses paten
dari salah satu karya cipta sepasang gurunya, di bidang fondasi bangunan
Diam-diam tanpa memberi tahu, entah dengan cara apa
nama perusahaannya tercantum pada sertifikat paten sebagai pemegang hak paten
Ketika salah satu gurunya melihat nama perusahaannya
tercantum pada lembar sertifikat paten,
beliau menegur dan mempertanyakan
Dia menjawab dengan enteng : ya Pak biar mantap memasarkannya
Kedua gurunya tidak mempermasalahkannya dengan dua pertimbangan
Pertama, Dia adalah mantan karyawan kepercayaan selama 25 tahun
Kedua, toh hanya sebagai pemegang hak paten
bukan sebagai pemilik hak paten
Beberapa tahun kemudian ada beberapa gempa besar
terjadi beruntun di Aceh dan Padang.
Ajaib, hampir 100 buah bangunan 2–7 lantai,
yang dibangun mempergunakan fondasi karya cipta sepasang gurunya
utuh, selamat 100 persen tanpa mengalami kerusakan struktural yang berarti.
Dampaknya, kepercayaan masyarakat konstruksi mulai terbentuk,
Banyak proyek dilaksanakan dengan mempergunakan sistem fondasi
karya cipta sepasang gurunya
yang oleh masyarakat, karena keandalannya
diberi gelar ”fondasi ramah gempa”
Sepuluh tahun sejak Dia dijadikan mitra usaha,
hanya setahun setelah salah satu gurunya meninggal
tiba-tiba terungkap bahwa Dia telah melakukan
banyak pelanggaran dan ketidakjujuran terhadap isi
perjanjian kerja sama dengan kedua gurunya.
Ketika ditegur, bukannya malu dan minta maaf
dia malah menjadi jadi.
Kepada banyak orang dia mengaku
bahwa karya cipta gurunya itu sekarang miliknya karena sudah dihibahkan kepada dia
Ketika gurunya dikonfrontir perihal proses hibah tersebut,
gurunya bertanya balik:
beri saya satu alasan yang masuk akal kenapa
saya harus menghibahkan karya cipta saya kepada dia,
Ketika mengetahui hal tersebut,
Dia malah bersikap kekanak–kanakan persis seperti
seorang anak yang ngotot mempertahankan boneka yang diambilnya
walaupun boneka tersebut bukan miliknya
Pokoknya, karya cipta tersebut sekarang adalah milikku, begitu kira–kira cara berpikirnya.
Benar–benar sungguh menggelikan
Sejak perjanjian kerja sama ditandatangani
Hampir selama 10 tahun setiap minggu gurunya datang ke Jakarta.
Rata–rata 2 hari tapi kadang–kadang sampai 4 hari dalam seminggu
untuk membuat perencanaan, memeriksa
gambar–gambar dan menandatangani gambar–gambar
pelaksanaan atau surat pertanggungjawaban teknis.
Setelah kasus ketidakjujuran terungkap
gurunya menghentikan kunjungan ke Jakarta dengan harapan
agar dia menyadari akan kesalahan–kesalahan yang diperbuat,
memperbaiki apa–apa yang salah agar supaya bisa berjalan lagi dengan enak bersama–sama.
Yang tidak masuk akal, bukannya minta maaf dan mengembalikan
hak paten kepada pemiliknya yang sah,
Simak berita selengkapnya ...