​Martabat Durian Kita Dijatuhkan Malaysia, Durian Nitrogen Bisa Disimpan 1 Tahun | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Martabat Durian Kita Dijatuhkan Malaysia, Durian Nitrogen Bisa Disimpan 1 Tahun

Editor: MMA
Sabtu, 24 April 2021 06:13 WIB

Dahlan Iskan. Foto: ist

Keinginan untuk bangkit itu saya lihat mulai ada. Di Bangka mulai ada perkebunan durian unggulan (Lihat Disway 30 April 2020). Petani Tegal berkaus " vs Everybody" tadi juga mulai tanam Musangking di kebunnya. Yanto Sodri, petani Tegal itu, menanam 80 pohon durian di situ. Dari 80 pohon sudah ada Musangkingnya: dua pohon. Selebihnya durian lokal jenis Bawor.

"Kenapa tidak tanam Musangking semua?" tanya saya.

"Dapat bibitnya ya Bawor itu," jawabnya. "Musangkingnya hanya dapat dua pohon," tambahnya.

Yanto sudah panen 4 kali. Termasuk yang Musangking. Harga jual Bawor Rp 300.000/kg. Musangking Rp 450.000/kg.

Meski hanya tamatan SD, Yanto pintar berhitung bisnis. Bawor adalah durian lokal termahal. Ia tidak mau tanam Montong. Yang harga jualnya hanya Rp 130.000/kg.

Saya jadi ingin tahu seperti apa jenis Bawor itu. Tapi tidak dijual di Rodjo . Musimnya sudah lewat.

Dari pengalaman Yanto itu kita menjadi tahu: kita punya problem bibit dan problem musim. Di samping banyak problem lainnya.

Yanto berumur 40 tahun. Begitu tamat SD ia merantau ke Jakarta. Jualan koran. Lalu jualan sandal murah. Bertahun-tahun. Akhirnya punya toko sandal. Kian tahun toko sandalnya kian banyak.

"Berarti sudah punya tabungan? Sudah bisa beli rumah?" tanya saya.

"Saya belum pernah bisa beli rumah," jawabnya.

Hah?

“Mertua sudah membelikan rumah," jawabnya.

Tabungan yang punya: cukup untuk membeli tanah 1.600 m2 dan bibit durian 80 batang. "Saya tidak membayangkan kalau masih perlu biaya pemeliharaan. Ternyata mahal," katanya.

Yanto mempekerjakan 10 orang untuk 80 batang itu. Untuk gaji mereka saja sudah Rp 20 juta sebulan. Belum pupuknya.

Kita masih begitu jauh dari yang harus kita kejar: . Apalagi durian kita terlalu banyak ragamnya. Pembeli masih harus berjudi: dapat enak atau tidak.

Padahal yang kita kejar juga terus berlari. Mereka terus menemukan penyempurnaan jenis Musangking yang ada sekarang. Bukan hanya bibitnya tapi juga teknologi pasca panennya.

Teknologi itu disebut nitrogen. Itulah yang ingin saya lihat. Tapi saat berbuka puasa kemarin yang disajikan lebih dulu adalah Musangking yang segar. Artinya: durian yang dikirim langsung dari kebun. Baik lewat kapal maupun pesawat.

Tidak perlu saya ceritakan enaknya. Anda lebih tahu dari saya.

Yang ini yang mungkin Anda perlu tahu: durian Musangking Nitrogen. Ini dia.

Pemilik Rodjo mengeluarkan dua buah durian. Yang satu kulitnya hijau segar. Hijau sekali. Seperti durian mentah yang masih agak muda.

ini baru dikeluarkan dari freezer. Lalu dipanasi di dalam microwave selama 20 menit. Ketika dibuka isinya masih dingin. Masih setengah beku. Warna yellowis.

Saya mencomot satu ruas. Saya makan. Seperti es krim legit yang baru diambil dari lemari pendingin.

Musangking yang satu lagi masih dibungkus aluminium foil warna kuning. Belum dipanaskan. Isinya masih beku. Masih keras seperti es batu. Karena itu tidak dibuka di situ. Hanya untuk dilihat.

Itulah durian Musangking Nitrogen. Di , begitu dipanen, durian itu dimasukkan lemari pendingin dengan suhu minus 110 derajat. Selama dua jam. Beku. Pendinginnya nitrogen. Setelah itu baru dipindah ke ruang freezer penyimpanan. Untuk diekspor ke Jakarta. Terutama ke Tiongkok.

Dengan perlakuan seperti itu durian nitrogen bisa disimpan sampai 1 tahun. Diekspor lewat kapal pun tidak akan rusak.

Untuk pasar Indonesia importernya ada 4 perusahaan. Salah satunya teman baru saya itu. Tionghoa yang dari Medan itu: Venus Jong. Umur 33 tahun.

Awalnya ia bisnis di bidang keuangan. Sejak SD sekolahnya sudah di Singapura. Sampai tamat perguruan tinggi.

Teman bisnisnya orang . Yang punya keluarga pemilik kebun durian di Pahang. Dari pertemanan itulah lantas Venus terjun ke bisnis durian.

Ia juga buka puasa kemarin. Venus ikut Islam sejak tiga tahun lalu. Pasar Musangking di Indonesia memang kian besar. Dulu kedatangan Musangking hanya seminggu sekali. Kini 4 kali seminggu.

Mengapa pasar Musangking membesar?

"Orang Indonesia itu suka durian. Tapi banyak yang takut. Akhirnya terjadi kompromi. Makan duriannya jangan banyak-banyak tapi harus yang istimewa," ujar Yayang.

Pesta durian pun selesai.

Begitu kenyang malam kemarin. Saya ragu apakah masih perlu makan sahur. Tapi saya tetap mampir resto yang banyak di sekitar pecinan itu: take away. Saya beli menu sahur malam itu: nasi putih, kerapu lada hitam dan telur sadar oyster. (*)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video