Tafsir Al-Hijr: Presiden Jokowi, Presiden Keikhlasan? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Hijr: Presiden Jokowi, Presiden Keikhlasan?

Senin, 09 Maret 2015 19:43 WIB

Jokowi

Secara emosional, Jokowi cepat sekali menaikkan harga BBM bersubsidi dan cepat pula menurunkan dan menurunkan lagi karena pertimbangan harga minyak dunia yang makin turun. Sejatinya dia malu di hadapan pengamat minyak internasional. Sebab ketahuan bodohnya, tidak bisa membaca pergerakan harga minyak dunia, kasihan.

Keempat, terhadap tersangka tipikor, meski yang terlibat sudah menjabat dan merupakan anak emas, maka dia harus turun dan segera menyelesaikan masalah hukum yang menimpa dirinya. Begitu yang dilakukan pak SBY. Tapi kalau pak Jokowi, meski sudah tersangka, tetap dicalonkan menjadi kapolri. Waw, andai pak SBY yang salah menunjuk calon kapolri seperti sekarang ini, sungguh kita tidak bisa dibayangkan seperti apa brutalnya ulah oposisi.

Penulis tahu, bahwa itulah politik. Tapi bukan itu yang dibidik dalam tafsir aktual ini. Tafsir ini menilik sebuah amal dari perspektif ketulusan niat. Pada ayat studi kemarin, orang-orang yang ikhlas ( ibadak minhum al-mukhlasin) selalu diganggu dan dijerumuskan. Tapi Iblis dimanjakan dengan umur panjang dan bebas berulah. Atas dasar fenomena ini, ada dua pandangan menurut kurikulum sufistik.

Pertama, a'in 'ala kaffah. Pandangan menyeluruh nan serba bagus. Cercaan dan perendahan adalah rahmat yang diberikan Tuhan. Kritik adalah teguran bermakna, sehingga jauh-jauh sudah waspada dan tidak terjebak riya'. Cercaan adalah kebajikan ujian demi menaikkan derajat di hadapan Tuhan. Sedangkan pujian justeru berpotensi sebagai momok penjebak yang bisa merusak amal. Inilah yang diunduh sebagai ajaran, yaitu selalu berbaik sangka kepada Tuhan.

Kedua, 'ain 'ala harf. Pandangan pinggir nan sepihak. Ketika mendapat kejayaan, keuntungan, kemenangan, mereka merasa disayang Tuhan. Artinya, terhadap orang yang kalah, terpinggirkan atau miskin, maka dianggap tidak disayang Tuhan, bahkan dikutuk. Pandangan ini mesti dijauhi, karena Fir'aun juga raja dan penguasa, Qarun juga kaya raya, tapi keduanya terkutuk. Mudah-mudahan para pejabat negeri ini selalu dalam rahmat Ilahi. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video