Jokowi Marah-Marah Lagi, Bilang Bodoh Sekali! Siapa yang Dimarahi? Soal Apa?

Jokowi Marah-Marah Lagi, Bilang Bodoh Sekali! Siapa yang Dimarahi? Soal Apa? Presiden Joko Widodo. Foto: YouTube

JAKARTA, BANGSAONLINE.comPresiden Joko Widodo (Jokowi) marah-marah lagi. Sampai sang presiden bilang bodoh sekali. Soal apa dan siapa yang dimarahi?

Nah, agar paham dan gamblang, sebaiknya baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA pagi ini, Kamis 16 Juni 2022. Atau simak BANGSAONLINE.com di bawah ini:

Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai

Anda harusnya sudah tahu: Presiden Jokowi marah-marah lagi. Selasa lalu. Soal produksi dalam negeri lagi. Yang tidak kunjung dibeli para pejabat pembeli barang. Di pusat dan daerah.

Marah pertama, harusnya Anda masih ingat, di forum raker para gubernur dan bupati. Di Bali. Tiga bulan lalu. Panjang lebar. Keras sekali.

Marah kedua ini di Jakarta. Di Istana Presiden. Yakni, di pembukaan rapat kerja pengawasan BPKP –Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Itulah lembaga yang mengawasi penggunaan dana APBN dan APBD.

Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden

Ketika kali pertama marah, Presiden Jokowi menetapkan target: pembelian barang dalam negeri harus mencapai Rp 400 triliun di akhir Mei 2022. Rupanya presiden baru saja mendapat laporan akhir Mei. Target itu meleset. Jauh. Baru tercapai sekitar Rp 180 triliun.

(Dahlan Iskan)

Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin

Alasan untuk meleset itu mestinya tidak ada. –Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah– sudah berubah. Tidak lagi sulit diakses seperti di masa lalu. sudah menyediakan katalog elektronik tiga kategori: nasional, sektoral, dan lokal.

”Sedih, ini uang rakyat, uang yang dikumpulkan dari pajak baik PPN, PPh badan, PPh perseorangan, PPh karyawan, dari pihak ekspor, dari MPB dikumpulkan dengan cara yang tidak mudah, kemudian belanjanya belanja produk , bodoh sekali,” ujar Jokowi secara virtual.

Itu memang pidato sehingga kalimatnya panjang. Saya tidak berani memendekkannya. Biar kelihatan orisinal. Begitulah cara presiden marah. Sampai kata paling sakti dikeluarkan: bodoh.

Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik

Dulu banyak instansi ragu untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Takut terkena masalah hukum. Mereka pun sering konsultasi ke agar aman. Kini justru yang memayungi mereka. Kurang apa.

Katalog-katalog elektronik milik semua daerah sudah ”dicantolkan” ke katalog . Sampai-sampai sekarang ini katalog sudah mirip Tokopedia atau Bukalapak. Siapa saja boleh posting barang di . Tidak ada seleksi lagi. Tidak ada batasan waktu lagi.

Dulu, untuk masuk katalog harus tunggu ”musim pendaftaran” dibuka. Kalau sudah tutup, harus tunggu pendaftaran tahun berikutnya. Kini, kapan saja Anda bisa posting barang dan jasa di situ.

Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat

(Foto: Jawa Pos)

Sejak dipimpin mantan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, jumlah isi katalog itu ”meledak”. Persaingan antar pengusaha kian keras. ”Tingkat persaingan di e-katalog saat ini bisa 50 kali lebih keras daripada dua tahun lalu,” ujar pengusaha mebel Jakarta. Ia masuk e-katalog sejak lima tahun lalu. Sejak jauh sebelum dipimpin Anas.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Lucunya, atau boneknya, produk yang tidak punya sertifikat pun berani masuk e-katalog. adalah singkatan ”tingkat komponen dalam negeri”.

itu harus paling rendah 40 persen. Satu produk baru boleh disebut sebagai produk dalam negeri kalau ”unsur” nya tidak lebih dari 60 persen.

Kian tinggi , kian prioritas untuk dibeli. Mestinya. Pun ketika harganya sedikit lebih mahal daripada yang .

Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi

”Maaf, kita ini pintar-pintar, tapi kok caranya bodoh sekali, saya harus ngomong apa adanya. Ini uang APBN loh, ini uang APBD loh, belinya produk . Nilai tambahnya yang dapat negara lain, lapangan kerja yang dapat orang lain, apa enggak bodoh?” kata presiden.

Untuk membuktikan produk Anda bodoh atau tidak –ups salah. Untuk membuktikan produk Anda punya komponen dalam negeri atau tidak, Anda harus mengurus sertifikat. Sertifikatlah yang menentukan semua itu.

Yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah Kementerian Perindustrian. Anda harus mengurus ke sana. Barang Anda akan diperiksa. Lalu, keluarlah sertifikat: berapa persen Anda. Anda berhasil. Atau Anda tidak berhasil. Bisa saja Anda gagal mendapat sertifikat karena tidak bisa membuktikan asal-usul komponen itu.

Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran

Atau tidak mampu membayar biayanya.

Padahal, sertifikat itu harus ”dilampirkan” di kolom di aplikasi e-katalog .

Mungkin banyak UMKM yang berat bayar biaya sertifikasi . Mereka memilih berspekulasi: masuk saja ke e-katalog . Pun tanpa sertifikat . Toh tidak dicekal. Tidak diperiksa. Dan lagi, mereka memang bisa mempertanggungjawabkan -nya lebih dari 40 persen –di depan Tuhan sekalipun.

Tapi, yang membeli barang itu bukan Tuhan.

Para pejabat pembeli barang memerlukan sertifikat itu. Agar tidak dianggap salah. Sertifikat bisa lebih penting daripada kenyataan.

”Merdeka e-katalog” model sekarang ini bisa jadi membingungkan calon pembeli. Di pusat maupun daerah. Begitu banyak pilihan. Terlalu banyak. Begitu ragam harga. Begitu bervariasi kualitasnya.

Mana yang akan dipilih untuk dibeli? Yang paling murah? Yang paling baik? Yang paling cocok?

Bisakah pemilik barang yang paling murah mempersoalkan pejabat yang membeli barang lebih mahal? Siapa yang mengawasi?

E-katalog dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan sistem tender yang bisa diatur. Atau hanya yang punya koneksi yang bisa dapat peluang. Dengan e-katalog, semua kelemahan itu hilang. Seharusnya.

E-katalog tidak boleh napak tilas pendahulunya itu. Ayo, kita pikirkan bersama caranya. Dengan cara memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sekarang ini.

Atau, e-katalog masih rasa lama: sudah masuk e-katalog yang online masih perlu melobi pejabatnya secara offline. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO