SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendapat apresiasi dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Komisi IX DPR RI. Pasalnya, angka stunting di ibu kota Provinsi Jawa Timur itu hanya berada pada kisaran 7 persen. Ini di bawah target nasional, yakni 14 persen.
Anggota Komisi IX DPR RI Lucy Kurniasari mengatakan, minimnya angka stunting di Kota Surabaya adalah bukti kepedulian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terhadap penanganan stunting. Hal ini bisa dilihat dari sinergitas masyarakat dengan Pemkot Surabaya, di antaranya dengan adanya Tim Pendamping Masyarakat dan Kader Surabaya Hebat.
Baca Juga: Panas! Saling Sindir soal Stunting hingga 'Kerpek' Catatan Warnai Debat Terakhir Pilbup Jombang 2024
"Saya optimis dengan kepedulian serta sinergi masyarakat dan Pemkot Surabaya, Kota Surabaya segera menuju zero stunting atau bebas dari stunting," tutur Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Surabaya dan Sidoarjo ini, Ahad (04/09/2022).
Kepala Biro Hukum, Organisasi dan Tata Laksana BKKBN RI Dr Haryadi Wibowo, MARS menjelaskan, BKKBN sebagai leading sector penanganan stunting menargetkan pada 2024 angka stunting bisa ditekan hingga 14 persen. Sedangkan angka stunting secara nasional saat ini masih pada kisaran 24 persen.
Demi mencapai target tersebut, BKKBN sudah selama setahun ini melaksanakan program komunikasi, informasi dan edukasi atau KIE. Program ini dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Baca Juga: Sambut Hari Kesehatan Nasional ke-60, Dinkes Kota Batu Bidik Sekolah Gelar Aksi Bergizi
"Target kita tahun 2024, angka stunting secara nasional ada pada kisaran 14 persen, sedangkan saat ini masih 24 persen. Karena itu edukasi terus kami lakukan kepada masyarakat, termasuk hari ini yang bekerjasama dengan Bu Lucy dari Komisi IX DPR RI di dapilnya, Kota Surabaya," ujar Haryadi.
Untuk tingkat Provinsi Jawa Timur, angka stunting berada pada kisaran 23 persen. Angka ini masih di bawah nasional yakni 24 persen. Haryadi berharap angka itu bisa terus turun hingga mencapai target 14 persen di tahun 2024.
"Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap asupan gizi anak dalam kandungan dan peran serta pemerintah daerah, saya yakin angka stunting bisa terus turun hingga pada target 14 persen pada dua tahun ke depan," pungkas Haryadi.
Baca Juga: Pemkot Pasuruan Meriahkan Hari Ikan Nasional dengan Lomba Masak dan Senam Gemarikan
Untuk diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi itu terjadi sejak bayi dalam kandungan, pada masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah bayi memasuki usia 2 tahun. (mdr/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News