SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umisda) dalam menanggapi tren gangster yang sedang marak di Kota Delta, menyebut hal itu merupakan perilaku imitasi (tiruan).
Dosen sekaligus praktisi Ilmu Sosial Umsida, Didik Hariyanto mengatakan, fenomena sekelompok gangster yang sedang marak saat ini, adalah peniruan perilaku dari yang sudah ada di daerah lain.
Baca Juga: Polisi Dalami Anak Bunuh Ibu di Sidoarjo
"Dalam ilmu sosial ada yang namanya teori imitasi atau peniruan. Nah teori ini mengatakan, jika ada sesuatu tindakan yang dilakukan individu atau kelompok terjadi secara terus menerus maka dapat menimbulkan inspirasi bagi sebagian kelompok lain untuk melakukan sesuatu yang sama. Seperti kita ketahui gangster ini kan awalnya juga bukan dari Sidoarjo tapi di daerah kota-kota besar lainnya seperti Jakarta dan Bandung," jelasnya, Selasa (13/12/2022)
Ia mengatakan, pemicu dari fenomena gangster itu adalah peniruan, dari dasar itulah, mereka mempunyai eksistensi lebih yang ingin ditampilkan.
"Kenapa kemudian mereka tidak mengambil barang berharga dari korban seperti semisal begal dan rampok? Jawabannya adalah karena kepuasannya hanya disitu (melukai korban), dan apabila korban melawan, maka mereka tidak segan untuk mengajak adu jotos atau kekuatan," jelas Dosen Ilmu Komunikasi ini.
Baca Juga: Jenazah Perempuan Gegerkan Warga Waru, Diduga Tewas Dibunuh Anaknya
Menurutnya, gerombolan pemuda atau remaja yang telah tergabung menjadi gangster ini, melakukan bentuk pelanggaran hukum, maka mereka akan merasa kuat dan hebat, sebab mereka melakukannya secara bersama.
Didik juga mengungkapkan, dirinya khawatir jika ada orang yang kemudian menumpangi fenomena gangster ini. Semula yang tidak berniat merampas harta benda korban, menjadi melakukan hal itu. Sementara, masyarakat masih belum bisa melihat antara begal atau rampok dengan segerombolan anak yang butuh eksistensi.
Ia juga memberi saran yang harus dilakukan oleh pemerintah, pihak keamanan dan masyarakat.
Baca Juga: 5,9 Juta Batang Rokok Ilegal Senilai Rp8,25 M Dimusnahkan Bea Cukai Sidoarjo
"Yang pertama ada tahapan preventif (pencegahan), nah kenapa harus dicegah? Karena agar tidak menjadikan yang lain terdampak atau ikut-ikut. Semua saya rasa harus bergerak untuk mengidentifikasi hal ini baik dari keluarga maupun lingkungan sekolah. Tujuannya agar tidak terjadi Imitasi atau Peniruan," jelasnya.
Yang kedua, apabila para pemuda ini, sudah terlanjur masuk dalam gangster, menurutnya, agar memberikan wadah yang baik untuk menyalurkan eksistensinya. Misalnya, pemuda dengan balap liar, pemerintah daerah dapat mengedukasi atau membuatkan jalur balapan secara resmi.
Selanjutnya, melakukan penegakan fungsi hukum. Hal ini, juga harus ditegakkan. Sebab, jika tidak menengakkan, dan memberikan ruang, mereka semakin mengakar.
Baca Juga: Polresta Sidoarjo Amankan Pria Asal Sedati Bunuh Istrinya yang Selingkuh
"Untuk Sidoarjo, masih banyak waktu untuk berbenah. Mereka bisa kita beri ruang untuk itu. Kalau menurut saya, ketika mereka sudah sampai pada tahap berbuat kriminal seperti merampok atau bahkan membunuh korban itu harusnya pidana. Tetapi kalau masih dalam tahap mereka menakut-nakuti masyarakat, hura-hura dan sebagainya. Masih bisa dilakukan sanksi pembinaan," pungkasnya. (cat/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News