Oleh: dr. Erik Tapan (08999139336)
BANGSAONLINE.com - Dokter sangat terharu membaca salah satu tulisan wartawan senior Bpk. Dahlan Iskan, mengenai Drh Yuda, peneliti terapi sel di Indonesia, http://bangsaonline.com/berita/112608/bukan-dokter-pasien-manusia-sembuh-disuntik-protein-sel-dokter-hewan-ini-ditangkap.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Ini sesuai dengan anjuran Presiden, Bpk Jokowi, bahwa jika ingin memenangkan pertarungan, jangan mengekor. Buat terobosan baru. Terapi sel (termasuk stem cell), menurut dr Boenjamin, adalah terobosan baru dalam bidang pengobatan di dunia. Oleh karena itu, dr Boen, mati-matian mengembangkan terapi sel/stem cell di Indonesia sejak tahun 2006.
Dalam artikel Pak Dahlan, diceritakan bahwa drh Yuda berhasil mengembangkan injeksi protein yang diambil dari placenta manusia, untuk mengobati penyakit-penyakit seperti: diabetes, stroke, saraf, dan banyak lagi.
Keren kan??
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Masalahnya, masih ada aturan yang mengganjal dari proses pengobatan ini. Sepengetahuan dokter, di Indonesia, yang bisa menyuntik manusia itu hanya dokter manusia (termasuk drg) dan perawat manusia.
Untuk itu, drh Yuda pernah dinyatakan bersalah karena hal ini (sesuai info yang bisa dibaca pada artikel tersebut). Pasien-pasiennya setelah disuntik sendiri dengan protein produksi drh Yuda, tidak ada yang mati atau sakit kok, begitu pertimbangan hakim sebagai butir yang bisa meringankan hukuman Drh Yuda.
Dokter ingin sedikit memberi masukan, yang mudah-mudahan bisa menambah pemahaman kita semua. Bahwa ke depan, aturan ini (yang bisa menyuntik manusia hanya dokter/perawat manusia) bisa saja dikoreksi. Tentu hal ini dokter serahkan ke Pemerintah & DPR. Tidak ada yang abadi. Apalagi demi kemaslahatan masyarakat. Tapi untuk saat ini, hal tersebut masih belum diizinkan.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
(Menulis info dg gaya bercerita adalah salah satu kegemaran Dokter. Tidak heran kalau Dokter mengidolakan Bpk Dahlan Iskan).
"Harus diapakan orang seperti Yuda ini?"
Dokter tidak meng-under-estimate kepakaran kolega drh Yuda soal utak-atik sel & protein. Hanya jika Pak Dahlan dalam tulisannya, bertanya, "Harus diapakan orang seperti Yuda ini? '
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
Izinkan Dokter menyumbang saran. Semoga bisa didiskusikan dan ditindaklanjuti. Biar bagaimana pun, drh Yuda adalah salah satu aset bangsa yang sangat berharga.
Agar bisa berpraktik sesuai aturan yang ada di Indonesia, drh Yuda perlu membentuk tim. Di mana dalam tim tersebut ada dokter spesialis sesuai dengan penyakit yang bisa disembuhkan, seperti penyakit dalam, saraf, dll.
Hal ini umum di dunia terapi sel. Ada dokter operator/klinisi (dokter manusia) dan ada periset (bisa dari disiplin ilmu life science apa saja, tidak harus dokter). Ini juga bisa melindungi drh Yuda kalau-kalau suatu saat suntikannya mengakibatkan alergi, dll. Protein gitu lho.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
Kenapa disebut periset, karena sampai saat ini, terapi sel di Indonesia masih digolongkan sebagai terapi yang sedang dalam penelitian. Setiap terapi, perlu selalu dievaluasi dan dilaporkan.
Yang kedua, laboratorium tempat pengolahan produk drh Yuda, harus bisa di-approved oleh instansi terkait, seperti Kemenkes/BPOM.
Hal ini tentu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa saja terjadi. Misalnya produk tercemar bahan yang tidak diinginkan. Khususnya di bidang terapi sel, bisa saja efek samping tidak terjadi seketika seperti pada kasus gagal ginjal akut pada anak, tapi terjadi setelah bertahun-tahun kemudian.
Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran
Dengan kepakaran drh Yuda dan tim, menurut dokter, prosedur-prosesur ini pasti bisa dilalui dengan mudah. Apalagi jika didukung oleh pemerintah. Bukankan drh Yuda sedang mengimplementasi anjuran Pak Jokowi?
Jika hal ini bisa dilakukan, drh Yuda dan tim bisa mengembangkan risetnya secara profesional dan bertanggung jawab sesuai aturan yang ada.
Ayo drh Yuda, Anda pasti bisa tetap menjalankan riset Anda di tanah air. Tetap semangat.
Baca Juga: Di Penghujung Jabatan Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Gebuki Mafia Tanah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News