Beredar Viral Susunan PBNU Periode Pertama, 1926, Aslikah?

Beredar Viral Susunan PBNU Periode Pertama, 1926, Aslikah? Inilah foto kopi dokumen yang memuat susunan PBNU periode pertama, 1926, yang kini viral di media sosial. Dokumen itu menghebohkan para kiai NU.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Secarik dokumen lusuh - tapi sangat penting - beredar luas di media sosial (medsos): viral! Dokumen itu berisi susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama () pertama atau perdana tahun 1926.

Sekedar informasi, jam’iyah atau organisasi Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada 16 Rajab 1344 H. Bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.

Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT

Kini foto dokumen itu berseliweran di grup-grup WA. BANGSAONLINE banyak sekali mendapat kiriman foto kopi dokumen yang warna kertasnya menguning karena faktor usia itu. Bahkan bagian pinggir kertas yang memuat daftar ulama-ulama besar yang dikenal tulus ikhlas itu sudah sobek tak karuan karena termakan usia.

(Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari saat menerima tamu utusan Jepang pada perjuangan kemerdekaan. foto: Dokumentasi Pesantren Tebuireng)

Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya

Tapi benarkah dokumen itu asli? Hasil penelurusan BANGSAONLINE, data-data pengurus dan kiai yang jadi pengurus NU pertama dalam dokumen itu otentik. Artinya, susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pertama memang benar. Setidaknya, nama-nama itu banyak dikutip dalam karya-karya ilmiah tentang NU seperti disertasi atau tesis.

Tapi dokumen itu sendiri tampaknya hasil ketikan baru. Buktinya, penulisannya pakai ejaan baru. Padahal NU lahir atau berdiri pada 1926 yang saat itu penulisan bahasa Indonesia pakai ejaan lama, yaitu ejaan Van Ophuysen.

Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali

(KH Abdul Wahab Hasbullah. Foto: wikipidea)

Dalam ejaan Van Ophuysen huruf U ditulis OE. Misalnya, Ulama ditulis Oelama. Umum ditulis Oemoem. Surabaya ditulis Soerabaja. Jombang ditulis Djombang. Mojokerto ditulis Modjokerto. Majalengka ditulis Madjalengka. Dan seterusnya.

Baca Juga: Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong

(KH Abdul Halim Leuwimunding. Foto: Yayasan Sabilul Chalim Leuwimunding/NUonline)

Tapi dalam dokumen yang beredar itu pakai ejaan baru. Hanya nama K.H. Muhammad Hasjim Asja'ri yang pakai ejaan lama. Meski demikian data yang tertera dalam dokumen itu benar. Paling tidak, nama-nama kiai yang disebut dalam dokumen itu memang masuk dalam periode pertama.

Hanya saja ada beberapa perbedaan posisi atau jabatan pada beberapa kiai  jika dibanding dengan data  yang ditulis portal laduni.id. H. Sholeh Syamil, misalnya pada dokumen ini disebut sebagai Wakil Ketua Tanfidziah. Sementara laduni.id menyebut bahwa  H. Sholeh Syamil sebagai Komisaris. 

Baca Juga: Respons Hotib Marzuki soal Polemik PKB-PBNU

Begitu juga KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Surabaya). Portal laduni.id menulis bahwa KH Mas Alwi bin Abdul Aziz sebagai Katib. Sedang KH Abdul Wahab Hasbullah disebut sebagai Mustasyar. 

Tapi dalam data dokumen yang beredar sekarang  ini KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib Syuriah. Sedang KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Surabaya) sebagai A'wan.

Sementara KH Abdul Halim Leuwimunding dalam berbagai dokumen tetap sebagai Naib Katib.

Baca Juga: Prof Kiai Imam Ghazali: Klaim Habib Luthfi tentang Kakeknya Pendiri NU Menyesatkan

Yang pasti, semua kiai yang tercantum dalam dokumen ini masuk periode pertama.   

Lalu siapa saja kiai yang menjadi pengurus pertama?

Dalam foto kopi dokumen itu tertera sebagai berikut:

Baca Juga: PBNU Lantik 669 Pengurus Anak Ranting PCNU Situbondo Berbasis Masjid

1 – Pengurus Syuriah

Rais Akbar: K.H. Muhammad Hasjim Asja’ari Jombang

Wakil Rais : K.H.A. Dahlan Achyat, Kebondalem Surabaya

Baca Juga: Ansor Tuban Kecam Demo di Kantor PBNU

Katib: K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Kertopaten Surabaya

Naibul Katib: K.H. Abdul Halim, Leuwimunding, Majalengka

2 – A’wan

K.H. Mas Alwi bin Abdul Aziz Surabaya

K.H. Ridwan Abdullah Surabaya

K.H. Amin Abdus Syukur Surabaya

K.H. Amin (Praban) Surabaya

K.H. Said Surabaya

K.H. Nahrawi Thahir Surabaya

K.H. Hasbullah (Plampitan) Surabaya

K.H. Syarif Surabaya

K.H. Yasin Surabaya

K.H. Nawawi Amin Surabaya

K.H. Bishri Syansuri Jombang

K.H. Abdul Hamid Jombang

K.H. Abdullah Ubaid Surabaya

K.H. Dahlan Abdul Kahar Mojokerto

K. Abdul Majid Surabaya

K.H. Masyhuri Lasem

3 – Mustasyar

K.H. Moh Zubair, Gresik

K.H. Raden Munthaha, Madura

K.H. Mas Nawawi, Pasuruan

K.H. Ridwan Mujahid, Semarang

K.H. R. Asnawi, Kudus

K.H. Hambali, Kudus

Syekh Ahmad Ghanaim Surabaya (asal Mesir)

4 – Tanfidziyah

Ketua: H Hasan Gipo

Wakil: H. Sholeh Syamil

Sekretaris: M. Sidiq Sugeng Yudowiro

Wakil: H. Nawawi

Bendahara: H. Mohammad Burhan, H. Ja’far

Yang menarik, banyak sekali kiai baru tahu tentang susunan periode pertama itu. Bahkan mereka merasa heran dan takjub.

“Masya alloh...sudah langka ini...,” komentar seorang kiai di Surabaya ketika mengirim foto kopi dokumen itu kepada BANGSAONLINE. (MMA). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO