SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada periode pertumbuhan awal mereka, yaitu antara kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan.
Hal ini, mengakibatkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Baca Juga: Menkes Tegaskan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Juga Berlaku bagi Peserta Non-BPJS
Dilansir laman Kementerian Kesehatan, kasus stunting pada anak tidak hanya terlihat pada pertumbuhan fisik dari anak seusianya, tetapi juga dapat mempengaruhi kognitif dan kemampuan belajar anak.
Maka dari itu, penting bagi para orang tua dan masyarakat di Indonesia untuk saling bekerjasama dalam melindungi generasi penerus bangsa dari stunting.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri stunting pada bayi:
Baca Juga: Musrenbang Kota Kediri 2025, Stunting di Kecamatan Kota Turun 1,81 Persen
1. Pertumbuhan tubuh yang terhambat: Bayi yang mengalami stunting memiliki pertumbuhan fisik yang terhambat, sehingga memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan bayi sebaya mereka.
2. Berat badan rendah: Bayi yang mengalami stunting cenderung memiliki berat badan yang rendah sesuai dengan tinggi badan mereka.
3. Perkembangan otak yang terhambat: Stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi sehingga dapat berdampak pada kemampuan kognitif dan kecerdasan mereka.
Baca Juga: Temui Menkes RI, Khofifah Sampaikan Peran Muslimat NU dalam Penguatan Layanan Kesehatan Masyarakat
4. Kelemahan sistem kekebalan tubuh: Stunting juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh bayi, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Untuk menciptakan generasi penerus yang sehat dan bebas dari stunting, berikut ini merupakan Tips ABCDE yang dapat digunakan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak, diantaranya adalah:
1. (A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
- Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali.
- Konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan)
Baca Juga: Menkes Tegaskan Virus HMPV Tak Sebabkan Kematian
2. (B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
- Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG
3. (C) Cukupi konsumsi protein hewani
- Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan
4. (D) Datang ke Posyandu setiap bulan
- Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan
Baca Juga: Pemerintah Minta Masyarakat Tak Khawatir soal Virus HMPV
5. (E) Eksklusif ASI 6 bulan
- ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun
Saat ini, Indonesia berhasil menurunkan angka stunting prevalensi hingga mencapai 21,6 persen pada tahun 2022, namun upaya pencegahan itu, harus tetap dilakukan agar kasus stunting di Indonesia mengalami penurunan. (rif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News