Etnis Uighur dan Hui, Meski Sama-sama Muslim Namun dapat Perlakuan Berbeda di China

Etnis Uighur dan Hui, Meski Sama-sama Muslim Namun dapat Perlakuan Berbeda di China Etnis Uighur. Foto: thequint.com

CHINA, BANGSAONLINE.com - Umat di ternyata tidak semua mendapatkan perlakuan yang sama. Pemerintah China memperlakukan etnis Hui dan Uighur sangat berbeda.

Lantas, apa perbedaannya?

Baca Juga: Prabowo ke China Bawa Tommy Winata dan Prayogo Pangestu, Siapa Dua Taipan Itu

Ribuan warga etnis minoritas Muslim Hui terlibat bentrok dengan beberapa pihak berwenang di China yang akan menghancurkan kubah dan masjid mereka.

Sejak Sabtu (27/5/2023), warga etnis Hui mengepung dan melakukan penjagaan terhadap masjid mereka, yang hendak dihancurkan secara paksa oleh pasukan pemerintah China.

"Setelah tiba di masjid, kami menyadari bahwa mereka (otoritas China) telah membawa derek ke dalam kompleks dan siap untuk penghancuran paksa," kata sumber tersebut, dilansir melalui Detik.com.

Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

Menurut sumber tersebut, hal ini bukan pertama kali, bahwa Muslim Hui yang berusaha melindungi masjid mereka, terlibat ketegangan.

Sebelumnya, pada tahun 2018, ribuan penduduk Hui di Ningxia melakukan aksi duduk selama tiga hari, untuk mencegah pihak pemerintah menghancurkan masjid yang baru dibangun.

Pemerintah setempat, menunda pembongkaran, akan tetapi mengganti kubah dan masjid menjadi pagoda bergaya Tionghoa.

Baca Juga: Tragedi Sosial, Tak Bisa Belikan iPhone, Seorang Ayah Berlutut Minta Maaf pada Putrinya

Sebenarnya, etnis Muslim Hui masih mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah China, hal itu berbanding terbalik dengan etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

Etnis Uighur vs Etnis Hui

Dilansir dari The Diplomat, Uighur dan Hui adalah dua kelompok etnis Muslim utama di China. Meski sama-sama menganut Islam, namun image mereka di kalangan masyarakat Tionghoa sangat berbeda.

Baca Juga: WNA asal China Tewas, Usai Terpeleset ke Jurang Kawah Ijen Banyuwangi

Etnis Uighur, yang berbicara bahasa Turki dengan aksara Arab, memiliki penampilan berbeda dengan etnis mayoritas Han di China. Populasi Uighur yang berjumlah sekitar 8 juta jiwa, sebagian besar tinggal di daerah otonomi Uighur di Xinjiang.

Sementara itu, etnis Hui yang diperkirakan terdiri atas 11 juta jiwa, tersebar di seluruh wilayah China. Namun, sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di daerah otonomi Ningxia.

Dari warna kulit, etnis Hui sedikit berbeda dari etnis Han. Bagi sebagian besar masyarakat Hui, menggunakan bahasa Mandarin.

Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik

Etnis Hui juga mempunyai preferensi makanan yang hampir sama dengan etnis Han, meski mereka tidak memakan daging babi dan meminum alkohol. Namun, ada perbedaan yang mencolok dari etnis Hui dan Uighur, yaitu posisi mereka di Pemerintah China.

Sementara, etnis Uighur lebih banyak mengalami dari pemerintah China.

"Dengan kedok kontraterorisme dan upaya 'anti-separatisme', pemerintah mempertahankan sistem etnis terhadap Uighur dan dengan tajam mengekang ekspresi agama dan budaya," demikian catatan Human Rights Watch tahun 2013.

Baca Juga: Sindir Luhut, Susi: Bikin Part Pesawat Saja Bisa, Buat Sendok Garpu Undang China

Penyebab Kesenjangan Etnis Uighur dan Hui

Dalam kesenjangan antara etnis Uighur dan Hui bagi pemerintah China, ternyata ada dua hal kesenjangan, yaitu budaya.

Seperti etnis mayoritas Han, Uighur juga memiliki keterikatan kuat dengan budaya dan sangat mengutamakan sejarah panjang budaya.

Baca Juga: Luhut Sebut China Mau Bangun Pabrik Sendok Garpu di RI, Pengamat: Jangan-Jangan Golok dan Arit juga

Masyarakat Uighur dianggap tidak mau berbaur dengan masyarakat etnis Han, sebagai gantinya, mereka menganggap Uighur sebagai ‘kaum barbar’, karena inferioritas mereka menimbulkan kebencian.

Sementara Hui, dianggap sebagai agama minoritas yang ideal bagi pemerintah China, terutama karena mudah meraslimiasi dengan etnis Han.

Masjid-masjid Hui, sebagian besar memiliki perpaduan antara arsitektur dinasti Tiongkok tradisional, namun terdapat motif-motif Islami.

Baca Juga: Makam Saad Bin Abi Waqas di China hanya Petilasan? Laporan BANGSAONLINE dari Tiongkok

Selain itu, yang mempengaruhi posisi masyarakat Uighur dan Hui adalah Ras. Hal itu, membuat hubungan antara etnis Uighur dan Han di China.

Banyak masyarakat Han merasa tidak nyaman dengan adanya etnis Uighur, yaitu meyakini mereka sebagai pencuri fanatik agama. Kesalahpahaman ini yang membuat Han dianggap kurang mampu membedakan antara kelompok minoritas Turki.

Akibatnya, ketika kejahatan yang dilakukan oleh etnis Tajik, Kazakh, Kyrgyz, Uzbek, atau Tatar, Han kemungkinan besar akan menggambarkan pelaku kesalahan kepada pihak berwenang sebagai orang Uighur.

Etnis Hui yang berbaur bebas di lingkungan masyarakat serta penguasaan mereka terhadap bahasa Mandarin memberi 'legitimasi' bagi etnis Han.

Yang kedua dan paling penting dalam kesenjangan adalah perlakuan pemerintah bagi Uighur-Hui karena teritorialitas. Uighur meyakini, bahwa China melakukan pendudukan secara tidak adil di kawasan Xinjiang.

Sementara itu, etnis Hui hampir tak pernah menantang otoritas teritorial China. Hui cenderung jarang menunjukkan minat dalam hal politik, juga tak punya banyak pengalaman dalam pemerintahan. (rif)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO