INDRAMAYU, BANGSAONLINE.com – Buya Syakur - lengkapnya Prof. Dr. K. H. Abdul Syakur Yasin, MA, dikenal sebagai kiai hebat sekaligus pemikir kontroversial yang sangat progresif. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – ketua umum PBNU tiga priode sekaligus Presiden RI ke-4 -bahkan mengakui kehebatan dan kualitas pemikiran Buya Syakur.
Berjibunnya literatur yang beliau baca membuat pemikiran Sang Buya melintasi dunia. Buya Syakur bahkan memprediksi bahwa bisa saja suatu saat Allah SWT menciptakan manusia lagi pasca planet bumi dilanda kiamat.
Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur
Lalu bagaimana latar belakang dan pendidikan Sang Buya? Simak tulisan wartawan kawakan Dahlan Iskan di BANGSAONLINE, Jumat (19/01/2024) pagi ini. Selamat membaca:
MATI satu belum tumbuh yang baru. Yang akan meninggal itu sendiri terlihat sangat gelisah: “siapa yang akan meneruskan semua ini kalau saya meninggal dunia,”
Dua minggu kemudian ia meninggal dunia beneran. Di RS Mitra Plumbon, Cirebon. Rabu dini hari lalu. Di usia 75 tahun. Ia adalah kiai besar. Sastrawan. Lulusan Mesir, Tunisia, Libya dan London. Anda sudah tahu: beliau adalah Buya Syakur. Dari Indramayu.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Anak pertamanya baru lulus fakultas kedokteran. Masih koas. Anak satunya lagi masih di Madrasah Aliyah –setingkat SMA di Tasikmalaya.
Buya memang menikah lagi belakangan. Istrinya yang sekarang, kini berusia 55 tahun. Buya Syakur dikenal luas karena pemikirannya yang rasional. Banyak sekali pendapatnya yang kontroversial.
Seandainya tidak ada YouTube Buya Syakur hanya akan dikenal oleh kalangan terbatas. Padahal ia diakui sebagai kiai hebat pun oleh tokoh sekelas Gus Dur. “Di Indonesia hanya ada tiga orang yang bisa disebut cendekiawan muslim,” ujar Gus Dur suatu saat. Mereka itu adalah Nurcholish Madjid, Quraish Shihab, dan Buya Syakur. Tentu harusnya ada empat: Gus Dur sendiri yang nomor satu.
Baca Juga: Luncurkan Video Kampanye Bareng Dewa 19, Khofifah-Emil Kompak Nyanyikan Hidup adalah Perjuangan
Dengan YouTube kini nama Buya Syakur sering viral. Yang bukan orang Islam pun sering mengikuti videonya. Ia memang seorang pluralis. “Jangan mimpi akan ada persatuan pun dalam Islam sendiri. Terimalah perbedaan,” katanya di salah satu videonya.
Buya menyebut ahli sunnah pernah membunuh 10.000 orang Islam dari golongan Mu’tazilah. Gara-garanya Mu’tazilah berpendapat Tuhan tidak intervensi dalam perjalanan nasib manusia.
Katakanlah yang non ahli sunnah tidak ada lagi. Syi’ah, Ahmadiyah, Baha’iyah dihabisi. Tinggal ahli sunnah. “Nanti akan bertengkar juga di antara aliran dalam ahli sunnah,” ujarnya.
Baca Juga: Khofifah Pernah Jadi Bintang Senayan, Prof Kiai Asep: Cagub Paling Lengkap dan Berprestasi
Baru tahun 1991 Buya kembali ke tanah air. Waktunya habis untuk kuliah. Selama 20 tahun sekolah. Terakhir beliau mengambil gelar doktor di London. Jangan kaget: doktornya di bidang teater. Disertasinya tentang dialog dalam teater. Buya memang seniman. Suka menulis puisi. Sudah dibukukan.
Di kampungnya, Indramayu, Buya mendirikan madrasah. Ia membeli tanah puluhan hektare. Lokasi kampungnya persis di perbatasan antara Indramayu dan kabupaten Cirebon. Di desa Candangpinggan. Persis di pinggir kanan jalan Pantura.
Masih banyak yang ingin dilakukan Buya Syakur: mendirikan universitas di pesantrennya, mendirikan rumah sakit, dan yang sebenarnya hampir dideklarasikan adalah Forum Kajian Islam Moderat (FKIM). Ada nama-nama besar di dalamnya: KH Ma'ruf Amin, KH Yahya Cholil Staquf, KH Said Aqil Siroj, Buya Husein M, Haidar Bagir, Prof Komarudin Hidayat, Prof Nasaruddin Umar, Prof Hajam, Prof Dedi Djubaedi, Prof Suteja, Gus Ulil Abshar Abdala, Habib Husein Ja'far Al Hadar, dan banyak lagi. Buya Syakur yang akan jadi ketua FKIM.
Baca Juga: Pemkab Resmi Ganti Beberapa Acara di Gelaran Jombang Fest 2024, Ini Alasannya
Dan yang akan paling dirindukan pengikutnya adalah acara rutin yang biasa dipimpin oleh Buya sendiri. Misalnya zikir Wamimma di Pantai Tegalagung. Seminggu sekali. Dimulai pukul 24.00 sampai subuh. Benar-benar di pinggir laut.
Lalu ada retret khalwat 40 hari. Setahun sekali. Di hutan Sukatani. Ada lagi khalwat di bulan puasa. Demikian juga pengajian tafsir quran setiap malam Jumat dan pengajian filsafat tiap Minggu malam.
Buya Syakur telah pergi. Seperti dalang Seno Nugroho, video-videonya akan hidup terus. Ribuan video sudah diproduksi Wamimma. Gaya bicaranya khas Buya Syakur –Bahasa Indonesia logat Sunda.
Baca Juga: Barisan Loyalis Gus Dur Lumajang Deklarasi Dukung Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024
Yang juga akan abadi adalah senyum khas Buya Syakur. Ia tidak pernah terlihat marah. Pun kepada para pengkritik kerasnya. Hidup tidak ada yang sulit bagi Buya –karena semua perbedaan ia terima dengan lapang dada. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News