Salafi Disebut Usik Paham Muhammadiyah, Dr Ali Trigiyatno: Ngobok-Ngobok Paham sudah Mapan

Salafi Disebut Usik Paham Muhammadiyah, Dr Ali Trigiyatno: Ngobok-Ngobok Paham sudah Mapan Logo Muhammadiyah. Foto: muhammadiyah.or.id/Tirto.id

YOGYAKARTA, BANGSAONLINE.com – Ternyata bukan hanya para kiai NU yang gerah dengan orang-orang berpahami Salafy. Para pimpinan juga merasa terganggu.

“Kehadiran orang di persyarikatan belakangan ini mulai terasa negatifnya. Bagaimana tidak, ibarat tamu bukannya sopan dan menyesuaikan dengan tuan rumah, tapi malah ngacak-ngacak dan ngobok-ngobok paham keagamaan yang sudah mapan dan dianut ,” tulis Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tenga Dr. H. , M.Ag, dalam artikelnya berjudul Mengapa Paham Salafi Mudah Masuk di yang dilansir pwmjateng.com belualafi m lama berselang.

Baca Juga: Di Pertemuan Strategis dengan Muhammadiyah, Menteri ATR/BPN Bahas Legalisasi Aset dan Pemanfaatannya

Menurut , orang Salafi mengusik paham yang dianut . “Salat tarawih 4-4 mulai diusik dengan harus 2-2, zakat profesi digembosi dianggap tidak ada dalilnya atau contohnya di zaman Nabi,” tulisanya lagi.

Begitu juga zakat fitri pakai uang divonis tidak sah. “Hisab dalam penentuan awal Ramadhan dihukumi bid’ah, wanita bekerja di luar rumah dinilai tidak islami, dan yang paling hangat belakangan ini adanya vonis haram mutlak untuk musik dan nyanyian dan masih banyak contoh lainnya,” tambah .

Menurut Dr. H. , ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa orang dan faham Salafi mudah masuk di kalangan warga persyarikatan :

Baca Juga: Ketua PWM Jatim Apresiasi Pelaksanaan Pilkada 2024

Pertama, karena doktrin manhaj tarjih bersifat terbuka dan toleran.

“Doktrin ini di satu sisi mencerahkan, namun juga mengandung kelemahan. Celah ini jelas akan memudahkan orang luar masuk dan diterima di lingkungan ,” tulisnya.

Menurut dia, Salafi paham betul itu, di antara ormas Islam yang ada, yang paling mudah ditembus Salafi adalah warga .

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat

“Jangan mimpi Salafi bisa dengan mudah masuk dan diterima di lingkungan LDII atau NU misalnya,” tegasnya.

Kedua, tegas , sendiri di beberapa tempat terkadang kekurangan SDM yang kober ngurusi masjid dan mushola termasuk membina kajian dan pengajian di lingkungan AUM.

“Sementara Salafi punya SDM itu bahkan melimpah, sementara mereka terkadang belum punya masjid atau tempat kajian tersendiri di daerah itu. Akhirnya seperti teori suplay and demand, maka mudahlah Salafi masuk dan begitu pula mudahnya warga menerimanya,” tulisnya lagi.

Baca Juga: Menangkan Pasangan SAE, Ratusan Kader dan Pengurus DPD PAN Sidoarjo Rapatkan Barisan

Ketiga, tulis , ada kemiripan dan banyak persamaan ajaran, juga menjadi faktor yang memudahkan Salafi masuk dan diterima di kalangan .

“Persamaan dimaksud misalnya dalam hal ide pemurnian akidah dan ibadah, anti TBC, penekanan pada pengamalan al-Qur`an dan as-Sunnah, juga adanya kesamaan ibadah seperti tidak qunut subuh, tidak baca ushalli, dan lain-lain,” tulisnya.

Keempat, tulis , pendekatan sebagian orang Salafi cukup lihai dalam mendekati pimpinan atau takmir masjid.

Baca Juga: Vinanda-Qowim Tegas Diingatkan Muhammadiyah Kota Kediri untuk Sampingkan Kepentingan Kelompok

“Mereka datang dengan sopan dan manis, menawarkan kajian di mana ustadz dan snack serta transport mereka yang ngurusi dan nanggung. Setelah itu mereka siap menyumbang untuk perbaikan masjid dan sarananya, akhirnya mereka mudah diterima,” tulisnya.

Kelima, ada pimpinan dan juga dai-dai yang terkesan abai dalam mengisi kekosongan atau dahaga keagamaan di warga persyarikatan.

“Kajian jarang, pengajian sepi, tema terlalu umum, elitis dan melangit. Sedang tema-tema praktis sehari-hari sering kurang tersentuh seperti masalah thaharah, salat, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah dan lain lain jarang dibahas di kajian maupun pengajian di cabang dan ranting. Kekurangan ini terbaca dan dimanfaatkan oleh ustadz Salafi untuk masuk atau diundang,” tulis .

Baca Juga: Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan Jadi Tuan Rumah Monev Kanwil Jatim

Menurut , sebagian warga rindu sekaligus menyukai fatwa yang tegas dan hitam putih, tidak ambigu dan ‘mbulet’. Kebnayakan Ustadz Salafi bisa memenuhi selera itu.

“Model ini disukai sebagian jamaah yang tidak suka mikir tinggi-tinggi atau ‘ndakik-ndakik’. Mereka lebih mantab dengan jawaban ini haram, ini bid’ah, itu terlarang dan yang sejenis yang tegas dan ‘thas-thes’,” tulisnya.

Keenam, intens dan massifnya kajian ustadz-ustadz dakwah terutama di medsos, sehingga walaupun secara nominal jumlahnya sedikit namun terasa mendominasi kajian di medsos.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Notaris di Kota Delta, Kanwil Kemenkumham Jatim Gandeng Umsida

“Akhirnya dai-dai mereka lebih dikenal luas dan sedikit banyak warga tertarik untuk mengundang mereka,” tulis sembari menjelaskan bahwa enam poin yang ia tulis itu berdasarkan hasil pengamatan di lapangan mengapa Salafi mendapat tempat di lingkungan persyarikatan . Yang menurut kurang menguntungkan bagi warga dan persyarikatan.

Menurut dia, ke depan perlu langkah untuk mengantisipasi dan membendung pengaruh ini terutama yang merugikan dan tidak sejalan dengan manhaj tarjih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Diduga Rem Blong, Truk Oren Tabrak Gerbang Kantor Polsek Sentolo Kulon Progo':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO