SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Belakangan sedang marak serangan siber ransomware yang menyerang PDN (Pusat Data Nasional). Pakar keamanan siber Laboratorium Kota Cerdas dan Keamanan Siber ITS, Ridho Rahman Hariadi, membeberkan efek dan cara kerja ransomware.
Ia mengatakan, ransomware adalah perangkat lunak jahat yang dirancang untuk mengenkripsi data di dalam sistem atau perangkat, dan mencegah pemiliknya mengakses data tersebut. Sehingga melumpuhkan beberapa layanan penting pemerintah, termasuk layanan keimigrasian.
Baca Juga: Alumni ITS Sumenep Gelar Baksos dan Tasyakuran
Setelah berhasil mengenkripsi data, penyerang akan menampilkan pesan tebusan yang meminta pembayaran dalam bentuk uang kripto (cryptocurrency) seperti Bitcoin. “Tebusan ini dianggap sebagai imbalan untuk pemulihan akses ke data yang telah dienkripsi tersebut,” kata Ridho.
Ia mengungkapkan, serangan ransomware ini tidak hanya mengancam institusi, namun juga memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat luas.
“Ancaman ini termasuk potensi kehilangan data pribadi seperti foto, dokumen, dan informasi keuangan yang terinfeksi ransomware. Selain itu, pelaku serangan dapat mencuri data sensitif dan mengancam untuk mempublikasikan atau menjualnya jika tebusan tidak dibayar, menyebabkan kebocoran data pribadi yang berisiko tinggi,” urai Ridho.
Baca Juga: Satu Dari Dua Pelaku Curanmor di 6 TKP Dilumpuhkan Polsek Sukolilo Surabaya
Ridho berpendapat, hal ini memungkinkan pelaku untuk melakukan serangan pada akun bank, sosial media, hingga akun pribadi lainnya untuk mendapat keuntungan. Tak hanya itu, serangan ransomware terhadap infrastruktur kritis juga dapat mengganggu layanan penting seperti kesehatan dan transportasi.
“Hal ini pastinya akan membawa ketidaknyamanan dan potensi bahaya bagi masyarakat,” tambah dosen Departemen Teknologi Informasi ITS tersebut..
Baca Juga: Didampingi Kadisdik, Pj Gubernur Jatim Serahkan Penghargaan Milenial Entrepreneur Awards 2024 di ITS
Untuk mengatasinya, Ridho menekankan tindakan mitigasi dalam menghadapi serangan siber untuk mencegah terjadinya serangan individu kepada masyarakat.
“Penting bagi setiap organisasi maupun individu untuk melakukan backup data secara rutin dan menyimpannya di lokasi terpisah. Pembaruan perangkat lunak secara berkala juga sangat krusial untuk menutup celah keamanan yang bisa dieksploitasi oleh ransomware, phising, maupun serangan siber lainnya,” kata Ridho.
Selain itu, ia menyoroti peran penting institusi pendidikan, khususnya lingkup kampus, dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan siber. Langkah-langkah pencegahan lainnya termasuk mengedukasi karyawan-masyarakat tentang praktik keamanan siber yang baik, menggunakan perangkat lunak keamanan yang dapat mendeteksi dan memblokir ransomware, serta memisahkan jaringan yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Baca Juga: ITS Raih 4 Penghargaan di KBGI 2024
Ridho juga menyarankan pentingnya pemerintah memperkuat kerja sama dengan institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk mengembangkan solusi teknologi yang lebih canggih dalam mendeteksi dan menangani serangan siber.
"Kampus seperti ITS memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi muda tentang pentingnya keamanan siber. Melalui program pelatihan, seminar, dan penelitian, kita dapat memperkuat ketahanan siber nasional," ujarnya.
Dari langkah ini, diharapkan insiden serangan ransomware dapat diminimalisir, serta ketahanan siber nasional dapat ditingkatkan demi melindungi data dan layanan publik yang sangat penting bagi masyarakat.
Baca Juga: Rancang FEED Proyek Geng North, SKK Migas Gandeng ITS dan ITB
“Kesadaran akan pentingnya keamanan siber harus terus ditingkatkan, baik di kalangan pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat umum, untuk memastikan bahwa data dan sistem yang kritis tetap terlindungi dari ancaman yang terus berkembang,” tutur Ridho mengingatkan. (msn/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News