SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Seorang wanita tunarungu tewas tertabrak kereta api di perlintasan rel Ngagel Rejo VII, Surabaya, Minggu (11/8/2024) sekira pukul 09.30 WIB. Wanita yang diketahui bernama Nining Fitriana (45) warga Jalan Mustika Baru, Surabaya, itu terpental hingga 10 meter dari tempatnya berjalan.
"Pagi itu saya sedang berjualan. Dia melintasi rel akan ke arah pasar di Jalan Ngagel Rejo. Banyak orang yang sudah meneriaki tetapi ia (korban) tak dengar," kata salah satu saksi, Sringatin, saat ditemui.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
"Korban ini tunarungu dan tunawicara sejak kecil. Mungkin tidak dengar ketika diteriaki dan korban tertabrak, terpental sampai ke sini (menunjukkan jauh jarak terpentalnya korban 9-10 meter)," imbuhnya.
Sedangkan, Kabid Darlog BPBD Surabaya, Buyung Hidayat, mengatakan bahwa korban meninggal di lokasi kejadian kecelakaan dan dievakuasi oleh petugas gabungan.
“Jenazah korban langsung dibawa menuju Kamar Jenazah di RSU. Dr. Soetomo. Telah ada keluarga korban, didampingi personel Polsek Wonokromo," pungkas Buyung.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
Sedangkan di lokasi tempat rumah duka korban, salah satu keluarga yaitu Ari Setiawan (38) adik ipar korban kecelakan kereta api, memberikan keterangan terkiat kronologis terjadinya hingga kakak iparnya (Nining) itu menjadi korban kecelakaan kereta api.
“Korban itu kakak ipar saya, pada saat itu korban pamit ke kakak kandung yang serumah. Pamit habis senam ke Transmart lalu ke pasar krempyeng di Jl. Ngagel Rejo. Dan saya dapat kabar bahwa korban meninggal dunia karena terserempet pada pukul 10.00 wib pagi ini tadi,” ujar Ari di rumah duka.
Setelah kejadian kecelakan kereta api korban dilarikan di RSUD Soetomo, pihak keluarga tidak berkenan korban. Diautopsi atau di mandikan oleh pihak Rumah sakit. Pada pukul 14.10 Wib Jenasah dipulangkan ke rumah duka.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Juga dijelaskan bahwa korban megalami cacat pendengaran alias tunarungu, dan keseharian mengunakan alat bantu pendengaran. Dari keterangan Ari bahwa daya alat bantu pendengaran agak lemah.
“Kemungkinan daya alat bantu pendengaran sedang lemah sehingga tidak berfungsi dan saat kejadian korban tidak mendengar adanya kereta api melintas meski telah diteriaki warga setempat,” tambah Ari. (rus/rif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News