
JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Sejumlah menteri, ulama dan tokoh nasional bakal menjadi nara sumber dalam seminar pengusulan KH Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional, Senin (3/2/2025). Mereka, antara lain, Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Kepala Badan Penyelenggara Haji KH Mochamad Irfan Yusuf Hasyim (Gus Irfan) yang merupakan putra KH Yusuf Hasyim.
Selain Fadli Zon dan Gus Irfan juga Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto. Juga Prof Usep Abdul Matin, PhD, Wakil Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) yang juga guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca Juga: Sejumlah Tokoh Politik dan Pers Jatim Umrah Bersama Kiai Asep
Acara seminar hasil koordinasi dengan Dinsos Jombang dan Pemprov Jawa Timur itu akan diawali sambutan Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) yang juga Ketua PWNU Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa dijadwal sebagai keynote speaker.
Dalam seminar yang akan dimoderatori M Mas'ud Adnan itu, para tokoh tersebut akan membahas perjuangan Kiai Yusuf Hasyim sejak muda, terutama keterlibatannya secara fisik dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, baik melawan penjajah maupun pemberontakan PKI.
Baca Juga: Kiai Abbas Buntet Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, Kiai Asep Sebut Panglima Perang 10 November
Kiai Yusuf Hasyim telah banyak mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia.
Kiai Yusuf Hasyim juga banyak berkiprah dalam perjuangan politik dan pesantren. Bahkan banyak sekali kontribusi Kiai Yusuf Hasyim dalam pembaharuan pendidikan Indonesia, terutama dalam dunia pesantren.
Bahkan Kiai Yusuf Hasyim inilah yang memelopori pendirian SMP dan SMA di dunia pesantren. Kiai Yusuf Hasyim mendirikan SMP A Wahid Hasyim dan SMA A Wahid Hasyim pada 1975.
Baca Juga: Puncak Seperempat Abad HARIAN BANGSA, Ulama dan Tokoh Politik Berkumpul
Kiai Yusuf Hasyim juga salah satu tokoh utama yang membidani berdirinya Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng.
Memang, semula sempat menjadi kontroversi. Bahkan ditentang para kiai pesantren karena berdirinya SMP dan SMA di dunia pesantren dianggap sebagai pendangkalan agama. Karena umumnya pendidikan formal di pesantren adalah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Tapi Kiai Yusuf Hasyim menhadapi berbagai kritik itu dengan tenang. Faktanya, dalam beberapa tahun kemudian hampir semua pengasuh pesantren mengikuti langkah Kiai Yusuf Hasyim. Yaitu tertarik mendirikan SMP dan SMA.
Baca Juga: Didoakan Kiai Asep dan Syaikh Mabruk Mesir, HUT ke-25 HARIAN BANGSA Khidmat
Bahkan hampir semua pesantren mendirikan SMP dan SMA atau pendidikan umum. Beberapa kiai pengasuh pesantren merasa kurang percaya diri dan kurang maju jika tak punya lembaga pendidikan umum sejenis SMP, SMA atau SMK di pesantren yang diasuhnya. Tentu disamping Madrasah Tsanawiyah dan Madrassah Aliyah.
Yang menarik, dalam upaya membuka cakrawala berpikir dunia pesantren, terutama para kiai dan santri, Kiai Yusuf Hasyim bersedia menjadi aktor film. Kiai Yusuf Hasyim sempat menjadi salah satu figur dalam film Sembilan Wali (Wali Songo) bersama Guruh Soekarnoputra.
Dalam film yang diproduksi Soraya Film pada 1985 itu Kiai Yusuf Hasyim berperan sebagai Sunan Gresik atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Padahal saat itu Kiai Yusuf Hasyim sebagai Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Baca Juga: Kiai Asep Minta Pergunu Kalbar Ikut Atasi Pinjol dan Judol
Lagi-lagi Kiai Yusuf Hasyim menjadi kontroversial. Orang yang tak suka mengatakan, “Kiai kok main film.”
Tapi Kiai Yusuf Hasyim malah tersenyum. Lagi-lagi Kiai Yusuf Hasyim menghadapi kritik dengan tenang.
“Film itu ibarat gelas. Tergantung isinya. Apakah mau diisi madu atau racun,” kata Kiai Yusuf Hasyim kepada wartawan saat itu.
Baca Juga: Di Pesantren Al Ishlahuddiny NTB, Kiai Asep Ungkap Rahasia Wali Allah Hidup Bahagia dan Bermanfaat
Bagi Kiai Yusuf Hasyim semua media harus dijadikan sarana dakwah. Termasuk dunia film. Tujuannya, selain untuk menyebarkan ajaran Islam juga agar bioskop-bioskop tak diisi film-film negatif. Apalagi pada tahun 1980-an itu marak sekali film porno di bioskop-bioskop.
Film-film porno itu terkenal dengan istilah film Sekwilda (sekitar wilayah dada) karena banyak mempertontonkan aurat wanita yakni payudara dan paha wanita.
Pada akhirnya pernyataan dan langkah Kiai Yusuf Hasyim itu menyadarkan publik. Termasuk para kiai di pesantren. Bahkan kini banyak sekali pesantren yang punya rumah produksi film.
Baca Juga: Kiai Asep Tegaskan Pinjol Haram Mutlak di Depan Ribuan Peserta Haul TGH Ibrahim Al-Khalidy NTB
Apalagi dalam era digital. Rumah produksi film dianggap sebagai salah satu indikator prestise dan gengsi bahkan kemajuan pesantren.
Nah, perjuangan Kiai Yusuf Hasyim dalam berbagai lini dan medan pertempuan itu terangkum dalam buku Biografi KH Yusuf Hasyim, Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren. Buku yang ditulis Dr Aguk Irawan dan M. Mas’ud Adnan inilah yang akan menjadi pembahasan utama para menteri, kiai dan toko-tokoh nasional itu.
Aguk Irawan adalah alumnus Universitas Al Azhar Mesir yang kini menjadi pengasuh Pesantren Baitul Kilmah Bantul Yogyakarta. Ia dikenal sebagai penulis produktif. Beberapa karyanya: Trilogi Biografi Hadratussyaikh (Penakluk Badai), Biografi KH A Wahid Hasyim (Sang Mujtahid) dan Biografi Gus Dur (Peci Miring).
Baca Juga: Ponpes Amanatul Ummah Dukung Program MBG
Sedangkan M Mas’ud Adnan alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair. Kini CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang bermarkas di Jalan Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya.
Gus Riza Yusuf Hasyim, salah seorang putra Kiai Yusuf Hasyim, mengungkapkan bahwa seminar itu akan digelar pada Senin, 3 Februari 2025, pukul 9 pagi di Gedung KH M Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang.
“Semula seminar itu akan digelar pada 17 Februari 2025. Tapi setelah audensi dengan Dinsos Jatim ternyata diminta dipercepat karena waktunya mepet. Karena setelah seminar ini Dinsos Jatim juga akan mengadakan pertemuan TP2DG membahas buku tersebut,” tutur Gus Riza kepada BANGSAONLINE, Jumat (31/1/2025) pagi.
Kiai Yusuf Hasyim memang dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan RI sejak usia muda, terutama sebagai tokoh Laskar Hizbullah. Kiai Yusuf Hasyim terlibat perjuangan fisik dan bahkan memimpin perjuangan menumpas PKI yang memberontak pada pemerintah Indonesia yang sah.
Bahkan Kiai Yusuf Hasyim inilah tokoh yang menyelamatkan Pondok Modern Gontor dari serbuan PKI. Tubuhnya yang gagah, tinggi besar, dan memiliki nyali, keberanian serta strategi perang yang luar biasa membuat sosok Kiai Yusuf Hasyim disegani musuh-musuhnya, termasuk tokoh-tokoh PKI.
Ketika Hizbullah melebur ke TNI Kiai Yusuf Hasyim sempat aktif sebagai tentara. Sampai berpangkat Letnan Satu. Namun putera Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ri itu kemudian mengundurkan diri dari TNI. Kiai Yusuf Hasyim kemudian memilih perjuangan politik.
Kiai Yusuf Hasyim menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng terlama setelah Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Beliau mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 1965 hingga 2006. Selama 41 tahun.
Hadratussyaikh mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Beliau wafat pada 25 Juli 1947. Bertepatan dengan 7 Ramadan 1366 Hijriah. Beliau mengasuh Pesantren Tebuireng selama 48 tahun.
Kiai Yusuf Hasyim wafat pada 14 Januari 2007. Namun sebelum wafat beliau sudah menyerahkan kepengasuhan Pesantren Tebuireng kepada Dr (HC) Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Tentu juga berdasar rapat keluarga dzurriyah Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.
Gus Sholah adalah putra KH Abdul Wahid Hasyim, putra pertama Hadratussaikh KH M Hasyim Asy’ari. Kiai A. Wahid Hasyim adalah saudara kandung Kiai Yusuf Hasyim.
Gus Sholah mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2006. Gus Sholah wafat pada Ahad 2 Februari 2020. Seperti Kiai Yusuf Hasyim, sebelum wafat Gus Sholah juga sudah menyerahkan kepengasuhan Pesantren Tebuireng kepada KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). Gus Kikin mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2020.
Gus Sholah sejatinya sudah menyerahkan ke Gus Kikin tahun sebelumnya. Namun karena ta’dzim Gus Kikin baru menjadi pengasuh Pesantren secara full setelah Gus Sholah wafat. Gus Kikin pengasuh Pesantren Tebuireng generasi ke-8. (M Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News