Pascalongsor Jalur Pacet- Cangar, Pakar ITS Tegaskan Pentingnya Upaya Mitigasi Bencana

Pascalongsor Jalur Pacet- Cangar, Pakar ITS Tegaskan Pentingnya Upaya Mitigasi Bencana Tim peneliti ITS saat diskusi mengenai bencana tanah longsor dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur. (Ist)

BANGSAONLINE.com - Salah satu pakar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Firman Syaifuddin, mengingatkan pentingnya masyarakat agar mengetahui upaya mitigasi bencana, termasuk tanah longsor seperti yang terjadi di jalur Pacet-Cangar 3 April lalu.

Firman menjelaskan, longsor terjadi ketika tanah, batu, atau puing bergerak turun karena gaya gravitasi yang lebih besar daripada kekuatan penahan lereng. Menurutnya, longsor dapat terjadi di berbagai lokasi, namun daerah dengan kemiringan tebing yang curam memiliki risiko yang lebih besar.

“Tebing menjadi rawan longsor diakibatkan oleh kemiringan utamanya, terlebih jika tersaturasi air maka beban dari massa batuan atau tanah lapuk yang akan semakin berat,” tuturnya, Rabu (16/4/2025).

Firman menambahkan, hujan lebat menjadi salah satu pemicu terjadinya tanah longsor di Indonesia. Saat hujan turun dengan intensitas tinggi, air hujan masuk ke dalam lapisan tanah dan membuatnya jenuh air.

“Kondisi ini menambah beban dari lapisan tanah dan batuan yang jika melewati daya dukungnya akan mengakibatkan longsor,” jelasnya.

Tak hanya itu, Firman melanjutkan bahwa hujan juga menyebabkan peningkatan tekanan air pori di dalam tanah. Ketika air pori meningkat, tekanan hidrolik dalam tanah juga naik.

“Ini akan menurunkan kekuatan geser material di lereng dan membuatnya lebih rentan mengalami kegagalan struktur,” terangnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya potensi cuaca ekstrem di Jatim pada periode 3-12 April lalu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hujan sangat intens dalam waktu kurang dari 12 jam merupakan pemicu dari banyak kasus tanah longsor.

“Ini dikarenakan daerah tersebut memiliki lereng curam dan lokasinya terjadi tepat di bawah aliran irigasi,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil diskusinya dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim pada 10 April lalu, longsor di jalur Pacet-Cangar terjadi tepat di bawah aliran irigasi buatan. Beberapa waktu sebelum kejadian, terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan aliran irigasi sempat terbendung oleh pohon tumbang membentuk bendungan alami. Akibatnya, air tertahan dan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya yang menyebabkan longsor.

Selain itu. Firman juga menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan upaya mitigasi, termasuk dengan memerinci peta kerentanan gerakan tanah atau longsor. Melalui diskusi dengan BPBD Jatim, ITS akan membantu melakukan pendetailan peta kerentanan gerakan tanah atau longsor di Jatim sebagai langkah upaya mitigasi bencana.

Lebih lanjut, Firman menegaskan bahwa masyarakat perlu mengetahui daerah-daerah yang rawan longsor melalui adanya pemetaan daerah berisiko longsor.

“Pengetahuan tentang kerentanan longsor menjadi modal utama dalam membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana,” tutup Firman mengingatkan. (msn)