
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya potensi cuaca ekstrem di Jatim pada periode 3-12 April lalu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hujan sangat intens dalam waktu kurang dari 12 jam merupakan pemicu dari banyak kasus tanah longsor.
“Ini dikarenakan daerah tersebut memiliki lereng curam dan lokasinya terjadi tepat di bawah aliran irigasi,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil diskusinya dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim pada 10 April lalu, longsor di jalur Pacet-Cangar terjadi tepat di bawah aliran irigasi buatan. Beberapa waktu sebelum kejadian, terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan aliran irigasi sempat terbendung oleh pohon tumbang membentuk bendungan alami. Akibatnya, air tertahan dan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya yang menyebabkan longsor.
Selain itu. Firman juga menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan upaya mitigasi, termasuk dengan memerinci peta kerentanan gerakan tanah atau longsor. Melalui diskusi dengan BPBD Jatim, ITS akan membantu melakukan pendetailan peta kerentanan gerakan tanah atau longsor di Jatim sebagai langkah upaya mitigasi bencana.
Lebih lanjut, Firman menegaskan bahwa masyarakat perlu mengetahui daerah-daerah yang rawan longsor melalui adanya pemetaan daerah berisiko longsor.
“Pengetahuan tentang kerentanan longsor menjadi modal utama dalam membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana,” tutup Firman mengingatkan. (msn)