SIDOARJO,BANGSAONLINE.com - Lapas Kelas I Surabaya (Lapas Porong) terus mengembangkan program kemandirian warga binaan, salah satunya melalui produksi Tahu Nigarin, tahu organik berteknologi Jepang yang diolah langsung oleh narapidana.
Kalapas Kelas I Surabaya, Sohibur Rachman, menjelaskan bahwa Tahu Nigarin menggunakan koagulan alami berupa nigarin, yakni cairan mineral hasil pengendapan garam laut yang kaya magnesium klorida dan mineral laut lainnya.
“Tahu Nigarin adalah tahu sehat organik yang diproses tanpa cuka dan tanpa bahan kimia. Kami menggunakan nigarin, koagulan alami yang membuat tahu lebih padat, kenyal, serta kaya mineral,” ujar Sohibur, Kamis (4/12/2025).
Inovasi ini juga menjadi bagian dari dukungan Lapas Porong terhadap program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto, khususnya kemandirian pangan dan peningkatan kualitas SDM warga binaan.
Sohibur memaparkan bahwa kandungan mineral Tahu Nigarin lebih tinggi dibanding tahu konvensional: magnesium 0,091 mg/100 g (tahu biasa 0,054 mg), kalsium 0,21 mg/100 g (tahu biasa 0,16 mg), vitamin B12 4,56 mg/100 g (tahu biasa 1,02 mg), serta isoflavon 3,11 mg/100 g (tahu biasa 0,88 mg).
“Tahu ini lebih sehat dan ramah lingkungan. Limbahnya pun bisa diolah kembali,” ucapnya.
Kepala Bidang Kegiatan Kerja, Rudi Hartono, menambahkan bahwa produksi dilakukan oleh empat warga binaan secara bergilir.
“Empat warga binaan mampu menghasilkan hingga 100 bungkus per hari. Harganya terjangkau, Rp 10 ribu per bungkus isi tiga tahu, dan untuk partai besar Rp 8 ribu,” jelasnya.
Setiap bungkus berisi tahu berukuran 5x6 cm dengan total berat sekitar 350 gram, dan kini memiliki pelanggan tetap, termasuk salah satu rumah sakit di Surabaya.
Rudi menjelaskan proses produksi dimulai dari mencuci dan merendam kedelai organik impor, menggiling dan memisahkan filtrat, lalu memasaknya hingga mendidih sebelum ditambahkan 160–200 ml nigarin hingga terbentuk gumpalan protein. Gumpalan kemudian dicetak, diberi pemberat, didinginkan, dan dipotong.
Menariknya, seluruh residu dapat dimanfaatkan kembali.
“Ampasnya bisa dibuat perkedel, tempe menjes, atau pakan ternak. Air perasannya dapat digunakan untuk minuman kesehatan, biogas, atau pupuk cair,” tandasnya (cat/van)












