Salah satu petani dari Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pelaksanaan Reforma Agraria di Desa Soso, Kabupaten Blitar, bukan hanya mengubah status kepemilikan tanah, tetapi juga melahirkan gelombang baru generasi petani muda.
Setelah bertahun-tahun banyak pemuda bekerja sebagai buruh harian di tambang pasir atau perkebunan, kini mereka menggarap tanah hasil redistribusi secara mandiri, kreatif, dan berorientasi pada peningkatan ekonomi keluarga.
“Kalau dulu ya jadi buruh penambang pasir. Tapi sekarang, banyak yang bertahan jadi petani karena kalau ikut orang nambang itu kan cuma mengandalkan upah harian. Kalau bertani sendiri, hasilnya kita ambil sendiri. Pendapatan jadi lebih baik, peningkatannya sangat luar biasa,” kata petani muda Desa Soso, Aris Setiawan (37).
Pada 2022, Kementerian ATR/BPN melalui Kantor Pertanahan Kabupaten Blitar menerbitkan sertipikat redistribusi tanah seluas 83,85 hektare. Aris Setiawan adalah satu dari 528 keluarga penerima Sertipikat Hak Milik dari program turunan Reforma Agraria tersebut.
Kembalinya pemuda ke sektor pertanian membawa ide-ide segar. Aris menilai pola tanam generasi muda lebih variatif dibanding petani senior.
“Kalau petani senior biasanya nanamnya cuma singkong sama jagung. Tapi, pemuda itu kreatif, nggak mau terpaku itu-itu saja. Maunya nanam yang lain juga, cabai, tembakau, apa saja yang hasilnya lebih,” ujarnya.
Petani lain, Catur Edy (39), menjadi contoh inovasi pasca Reforma Agraria. Ia membangun greenhouse dan berhasil menanam melon, produk yang sebelumnya belum pernah dibudidayakan di Desa Soso.
“Saya ingin yang beda. Tidak mau nanem yang itu-itu saja,” tuturnya.
Inovasi ini membuktikan regenerasi petani tidak hanya menjaga keberlanjutan tanah, tetapi juga membuka peluang keberagaman produk dan peningkatan nilai jual. Dengan tanah kembali ke tangan rakyat, anak muda memiliki alasan kuat untuk menetap, mengolah, dan mengembangkan lahan mereka.
Bagi Catur, Reforma Agraria menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan ekonomi keluarga.
“Saya merasa program Reforma Agraria ini sangat bermanfaat dan berkelanjutan. Mata pencaharian meningkat, dan bisa terus berlanjut ke depan, ke generasi berikutnya,” ucapnya.
Ia berharap, kelompok tani yang baru terbentuk, Kelompok Petani Soso Bintang Bersatu, dapat tumbuh lebih solid dan profesional.
“Harapan kita supaya bisa berkembang lebih besar lagi, lebih solid antar petani muda dengan petani senior. Karena, kelompok tani ini baru terbentuk, jadi masih perlu diperkuat, dan terus bertumbuh,” pungkasnya. (afa/mar)






