Astrofotografi Bisa Bikin NU-Muhammadiyah Lebaran Bareng

Astrofotografi Bisa Bikin NU-Muhammadiyah Lebaran Bareng ?Suasana pembukaan workshop dan festival Astrofotografi yang dipandu presenter satu tebelvisi Indi Rahmawati. foto: nisa/BangsaOnline

SURABAYA (bangsaonline) - Penulis buku Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab & Rukyat menggagas Workshop dan Festival Astrofotografi mulai 26-28 April di Surabaya.

Pembukaan workship digelar di JX International, sedangkan pelaksanaan workshop di Hotel Alana Surabaya. Sekitar 100 peserta pecinta fotografi dan astronomi ikut acara ini.

Baca Juga: Digawangi Perempuan Muda NU, Aliansi Melati Putih se-Jatim Solid Menangkan Khofifah-Emil

Tak tanggung-tanggung, pakar astrofotografi asal Perancis diundang menjadi pembicara ini, yakni Thierry Legault. Ada juga pakar astronomi dan ilmu fak Indonesia Mahasena Putra.

Thierry merupakan insinyur yang menjadi konsultan pesawat Boeing, Airbus dan Aerospace. Ia memiliki karya-karya hebat dalam hal memotret benda-benda langit dan kerap dijadikan rujukan berbagai media massa nasional. "Maret lalu saya ke Perancis bertemu Thierry. Dia memiliki peralatan astrofotografi yang luar biasa. Alhamdulillah dia mau menjadi pembicara acara ini," ujar Agus disela acara, Sabtu (26/4/2014).

Agus mengatakan, ia memiliki obsesi untuk menyelesaikan kontroversi penetapan awal Ramadan dan Idul Fitri yang beberapa tahun terakhir bertambah rumit di Indonesia. Misi workshop ini, adalah memberikan solusi bagi kontroversi hisab dan rukyat.

Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT

"Teknik astrofotografi ala Thierry ini bisa diadaptasi menjadi teknik rukyat dan menjadi jalan tengah antara hisab dan rukyat yang ketap kali berbeda. Cara ini akan menjadi cara yang lebih berkualitas dalam merukyat bulan sabit awal Ramadan atau Syawal. Sekaligus, menjadi pembuktian bahwa hasil hisab akan sama dengan hasil rukyat atau sebaliknya hasil rukyat akan sama dengan hasil hisab," urai Agus.

Sarjana Teknik Nuklir ini menyebut metode penyatuan hisab dan rukyat ini dengan nama Rukyat Qobla Ghurub. Tekniknya merukyat hilal sebelum maghrib. Dengan begitu pembuktian hadirnya bulan sabit awal Ramadan ataupun syawal tak perlu menunggu saat matahari tenggelam alias maghrib.

"Jadi bisa dilakulan siang hari ataupun pagi. Sebagaimana tahun ini, pergantian bulan Hijriyah dari Sya'ban ke Ramadan akan terjadi pada 27 Juni 2014 pukul 15.09 wib," papar dia.

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat

Dengan metode ini pula, lanjutnya, tim astrofotografi sudah bisa memotret dan merekam secara video posisi bulan sebelum ijtimak dan sesudahnya di waktu Ashar. Saat-saat peralihan dari Sya'ban ke Ramadan akan dipotret dan direkam secara video selama 2-3 jam.

Ketua PP Din Syamsudin menyiratkan setuju dengan metode ini. "Perbedaan hisab dan rukyat, bisa diatasi dengan teknologi. Dan saya harap perbedaan seperti ini tak perlu dibesar-besarkan karena sudah sejak tahun 30an perbedaan semacam ini sudah ada," ujar Dien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Gila NU dan Orang NU Gila, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (16)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO