Esensi Kemerdekaanku dan Kemerdekaanmu

Esensi Kemerdekaanku dan Kemerdekaanmu Malam resepsi pitulasan di depan kantor Kecamatan Senori.

Oleh: Muhammad Istihar

TERINGAT masa kecil dulu nasihat sesepuh dan guru mengatakan "Cinta Negara sebagian dari Iman". Banyak nilai-nilai yang dapat digali dari lelulur bangsa seperti Patriotisme, Nasionalisme, gotong royong dll. Saat ini, rasa cinta kepada negara dan tanah air bisa kita buktikan di setiap hari ulang tahun RI 17 Agustus 1945 atau dikenal pitulasan (tujubelasan)

Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Tingginya Denda Tilang yang Dijatuhkan PN Tuban, Tertinggi Rp750 ribu

Saya ingat betul ketika masih duduk di bangku Pendidikan 1992-2000 di setiap tahun Agustus banyak acara pitulasan yang kental akan perjuangan kemerdekaan, misal karnaval, gerak jalan, baca puisi dll. Banyak agenda bertema PHBN (Peringatan Hari Besar Negara). Bahkan mulai dari pojok desa, ujung kota hingga kantor pemerintahan, semua beramai-ramai memasang bendera maupun pernak-pernik merah putih sebagai warna kebanggaan warga dan NKRI.

Dari waktu ke waktu, perayaan tujuhbelasan ini berubah dan berkembang menjadi lebih meriah. Kemeriahan acara kemerdekaan saat ini tentu berbeda dengan zaman dulu. Saat ini semua instansi, pemerintah daerah, perusahaan, berlomba-lomba merayakan tujuhbelasan.

Bahkan, selain tasyakuran, mereka juga menggelar panggung hiburan, untuk merayakan tujuhbelasan. Kemeriahan tersebut tentunya juga menelan biaya yang cukup banyak. Namun dengan kaliber perusahaan maupun pemerintah daerah, jika hanya untuk menggelar hiburan seperti itu mungkin bukan masalah yang berarti. Berbeda dengan di desa di mana warga harus swadaya untuk hanya menggelar tasyakuran tujuhlasan.

Baca Juga: Penyidik Satreskrim Polres Tuban Mulai Periksa Korban Dugaan Penggelapan Dana BMT AKS Bancar

Namun bagi saya, yang paling berkesan adalah tingkat partisipasi dari kalangan santri pondok pesantren yang juga ikut memeriahkan tujuhbelasan yang diadakan oleh pemerintah. Hal tersebut menjadi satu di antara bukti bahwa kebhinekaan antara santri dan pemerintahan terjalin cukup erat dan kuat. Pemerintah dengan warga cukup sami'na wa ato’na (mendengar dan tunduk) di mana dalam pra-pitulasan bulan Juli lalu, warga per kepala keluarga bersuka ria memberikan sumbangan melalui raskin untuk guna mewujudkan tontonan dan hiburan dalam mengisi kemerdekaan skala Pemerintahan.

Namun, rupanya kini mereka sudah tahu bentuk rangkaian acara sesungguhnya yang digelar oleh pemerintah itu. Para santri kecele. Mereka berpikir pitulasan tersebut akan dinikmati dengan acara sarasehan. Namun ternyata yang ada adalah hentakan musik dangdut dan jogetan di atas panggung.

Tapi entahlah, saya gagal paham memaknai perayaan kemerdekaan yang terlalu berkembang pesat ini. Saya semakin gagal paham mengapa setiap perayaan HUT RI selalu harus melibatkan warga melalui sumbangan kalau pada hakikatnya acara hanya sekadar pelepas pening kepala berupa hiburan seperti itu. Padahal, pemerintah dan PNS-nya yang notabene merupakan abdi negara harusnya lebih paham tentang esensi kemerdekaan. Entahlah...

Baca Juga: Warga Resah Kawasan GOR Tuban Marak Aksi Maling Motor dan Helm

(Penulis adalah warga Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Perahu Penyeberangan Tenggelam di Bengawan Solo, Belasan Warga Dilaporkan Hilang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO