Ijen Summer Jazz, Musisi Tradisi Bersanding Ermy dan Kua Etnika

Ijen Summer Jazz, Musisi Tradisi Bersanding Ermy dan Kua Etnika Ermy Kullit bersama musisi tradisi pada salah satu sesi lagu yang dibawakannya. (ft-kompas)

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Setelah digelar pertama pada 30 Juli lalu, Ijen Summer Jazz hadir untuk kedua kalinya, Sabtu malam (10/9). Bertempat di Jiwa Jawa Resort , Desa Tamansari, Kecamatan Licin kali ini menampilkan musisi kawakan Ermy Kullit dan Kua Etnika. Musisi-musisi musik tradisi pun ditampilkan di sini.

Konser musik yang menampilkan musik-musik tradisi, selama ini hanya sekadar tambahan pengisi acara. Namun menurut penyelenggara, Sigit Pramono, di Ijen Summer Jazz, musik tradisi yang ditampilkan di sini, bukan sekadar tempelan. Musisi tradisional akan menjadi aktor utama. Ini menguatkan upaya Ijen Summer Jazz bukan hanya sekadar tempelan dalam musik jazz.

Baca Juga: Pria Pemanjat Kelapa di Banyuwangi Ditemukan Tewas Diduga Usai Jatuh dari Atas Pohon

"Selama ini seakan ada sekat antara musik tradisi dan modern. Dengan Jazz, menipiskan bahkan meniadakan sekat itu," kata Sigit. Jazz merupakan genre musik yang bebas. Karena munculnya jazz sendiri, merupakan upaya musisi untuk memerdekakan dirinya. Sehingga dengan jazz, sangat mudah memadukan jenis-jenis musik, termasuk musik modern dan tradisi.

Itu sebabnya, di Ijen Summer Jazz yang kedua ini, ditampilkan Kua Etnika, garapan Djaduk Ferianto yang terkenal luas dengan mengolah musik etnik, dengan sentuhan modern tanpa kehilangan spirit tradisi. Bahkan musik tradisi ditampilkan sebagai pembuka, dan dilanjutkan berkolaborasi dengan Kua Etnika.

Musik-musik tradisional seperti rebana, angklung dan gendang berpadu apik. "Dengan jazz bisa mudah berkolaborasi," kata Sigit. Haidi bing Slamet, seniman mengaku sangat berterima kasih karena diberi ruang untuk mengembangkan seni tradisi.

Baca Juga: Percepat Bantuan Korban Banjir Bandang, Pj Gubernur Jatim Resmikan 66 Unit Huntap di Banyuwangi

"Kami sangat bangga bisa satu panggung bersama seniman sekelas Djaduk. Ini menunjukkan tidak ada sekat di musik modern dan tradisi," kata Haidi.

Dalam kolaborasi ini, menampilkan musik tua yang kental, dengan suara angklung paglak.

Kua Etnika didirikan oleh Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Purwanto pada 1995. Mereka mengeksplorasi pola irama tradisi secara maksimal, membuka ruang lahirnya musik etnik alternatif yang dinamis.

Baca Juga: Pastikan Kecukupan Kebutuhan Susu, Pj. Gubernur Jatim Tinjau Peternakan Sapi Perah di Banyuwangi

Selain kolaborasi Kua Etnika dan seniman , Ijen Summer Jazz juga mengobati kerinduan penggemar jazz kawak pada Ermy Kullit. Lagu-lagu Ermy seperti Kasih, Pasrah, Rela, Siapa Sangka, Walau Dalam Mimpi, membawa penonton ke era 1980-1990 an. Dengan lagu dan suara khas Ermy yang santai, membuat penonton mengenang masa lalu.

"Tampil di merupakan yang pertama kalinya bagi saya," kata Ermy. Ermy Kullit merupakan musisi yang memulai karir sejak 1973. Ermy merupakan penyanyi yang mampu bertahan berkarir hingga sekarang. Musisi yang mendapat AMI Award pada 2000 saat berkolaborasi dengan Indra Lesmana melalui judul album Saat Yang Terindah itu, hingga kini telah menelurkan 20 album.

Ijen Summer Jazz merupakan bagian dari Festival. Even ini merupakan ajang seni budaya untuk memperkenalkan budaya lokal.

Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung

Dengan format penataan panggung terbuka dan kecil, membuat seniman dan penonton bisa berinteraksi lebih akrab. Penonton pun lebih fokus menikmati musik tanpa sekat antara modern dan tradisi.

Dengan jazz di area amphitheater berkapasitas 300 penonton, menyajikan suasana eksotis yang berbeda. Di summer jazz ijen malam ini, terjalin keintiman antara penonton dan pengisi acara. Menambah kehangatan perhelatan yang digelar di kaki Gunung Ijen ini. (bw1/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO