JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Langkah Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengembangkan tradisi ziarah ke makam para mantan Panglima Tertinggi TNI mendapat apresiasi dari KH Salahudin Wahid (Gus Solah). Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang ini juga menyebut Gatot Nurmantyo menguasai sejarah dengan baik.
Hal itu diungkapkan Gus Solah usai menerima kunjungan rombongan ziarah dalam rangka HUT ke-71 TNI di Pesantren Tebuireng, Selasa (27/9) siang. Sebelum berziarah, Gatot dan Gus Solah sempat berbincang-bincang sekitar 20 menit di dalem Kasepuhan Tebuireng.
Baca Juga: Haul ke-15 Gus Dur, Pisahkan Polri dari TNI untuk Tegakkan Demokrasi, Bukan Jadi Alat Kekuasaan
"Panglima dan saya berbincang-bincang tentang Resolusi Jihad. Ternyata beliau menguasai sejarah dengan baik," ujar adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Solah juga menginformasikan kepada Gatot bahwa di Tebuireng sedang dibangun Museum Islam Hasyim Asy'ari. Pembangunan museum itu dimaksudkan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang proses masuknya Islam ke Nusantara dengan damai dan menggunakan pendekatan budaya, tanpa kekuatan militer.
"Saya juga memberi informasi bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan oleh militer, polisi, pedagang, rakyat biasa, santri dan ulama. Ini untuk membantah pendapat bahwa negara berdasar Pancasila adalah negara yang bertentangan dengan Islam atau negara thaghut," tegas Gus Solah.
Baca Juga: TNI-Polri Apresiasi Kesiapan Posko Nataru di Pelabuhan Tanjung Perak, Ini Kata Pj Gubernur Jatim
Sebagaimana diberitakan, menjelang peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-71 TNI, Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengajak seluruh Panglima Komando Utama (Pangkotama) untuk berziarah ke makam para mantan presiden dan panglima tinggi TNI.
Di Jawa Timur, Gatot mengajak rombongan petinggi TNI tersebut berziarah ke makam Presiden Soekarno di Blitar dan KH Abdurrahman Wahid di Tebuireng Jombang, Selasa. Semua kepala staf dari ketiga kesatuan juga tampak mendampingi kunjungan tersebut.
Pria kelahiran 13 Maret 1960 ini menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan hasil diskusi dengan seluruh kepala staf. Tujuannya, agar seluruh prajurit TNI senantiasa mengenang sejarah perjuangan kemerdekaan dan meneladani sikap para pahlawan.
Baca Juga: Sarasehan HUT ke-76, Pataka Kodam V Brawijaya Dijamas 7 Sumber Mata Air Kerjaan Majapahit
Ditambahkannya, pada 9 November, sebenarnya tentara dan rakyat sudah siap bertempur untuk mengusir tentara NICA yang membonceng pasukan sekutu. Tapi oleh Kiai Hasyim Asy'ari diminta menunda dulu.
"Kiai Hasyim meminta agar semua pasukan menunggu Kiai Abbas dari Cirebon, yang beliau juluki sebagai "Singa dari Jawa Barat". Itulah awal terjadinya peristiwa perang yang sangat heroik pada 10 November, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan," ujarnya pria 56 tahun ini.
Dengan mengingat sejarah, Gatot Nurmantyo berharap prajurit TNI dapat mencontoh kegigihan para pahlawan dalam menghadapi situasi yang semakin sulit.
Baca Juga: Dukung KPN, Koramil 0827 Sumenep dan Poktan Indra Kila Gelar Gerakan Tanam Padi
"Bung Karno mengatakan, perjuangan saya tidak berat karena hanya mengusir penjajah. Tapi perjuanganmu nanti akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri," tandasnya mengutip ungkapan Sang Proklamator.
Dengan tradisi ziarah, mantan KSAD ini berharap TNI dan kalangan pesantren dapat bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan pembangunan. "Pantang menyerah, komitmen, penuh dedikasi dan yang paling penting berjuang dengan ikhlas, tanpa kepentingan apa pun," pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News