KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Film porno menjadi pendorong suburnya seks bebas di kalangan pelajar. Di Kota Mojokerto, video bokep ini telah membuat anak-anak melewatkan usia bermain mereka lantaran terlalu awal mengasuh buah cinta terlarangnya.
Sejak dua tahun terakhir, angka perkawinan dini di "kota onde-onde" ini mencapai taraf serius. Data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AK) Kota Mojokerto, menyebutkan total perkawinan di daerah ini pada tahun 2015 mencapai 980 pasangan. Tapi ironisnya, separuh lebih atau 502 pasang penganut pernikahan itu adalah anak-anak.
Baca Juga: Pj Ali Kuncoro dan Ketua DPRD Kota Mojokerto Tinjau Logistik KPU Jelang Pilkada Serentak 2024
"Jumlah perkawinan dini mencapai puncaknya pada tahun 2015 yakni sebanyak 51,22 persen. Mereka tersebar di 18 kelurahan di seluruh kecamatan," ungkap Kepala DP3AK Kota Mojokerto, Moch. Ali Imron, (04/6) kemarin.
Menurut ia, persentase terbanyak pernikahan muda pada dua tahun lalu terjadi di Kelurahan Kedundung. "Terbanyak di Kedundung, sebanyak 69 pernikahan pasangan usia dini," tambahnya.
Jumlah ini, mulai bergerak turun pada tahun 2016 lalu. Kata ia, dari 841 pasangan yang mendaftarkan pernikahan pada tahun lalu yang tercatat sebagai anak-anak yakni sebanyak 422 atau 48,4 persen.
Baca Juga: 3 Raperda Hasil Fasilitasi Gubernur Jatim Turun, Pemkot Mojokerto Sodorkan 5 Raperda Baru
"Jumlah ini makin turun pada 2017 tahun ini. Data kita per April pengaju pernikahan ada sebanyak 370 pasangan. Sebanyak 65 pasangan di antaranya adalah masih berusia dini yakni dibawah 20 tahun."
Imron menyebut, video porno menjadi indikator utama dari maraknya perkawinan usia wajar selain faktor keluarga broken home. "Kebanyakan mereka telah melihat video porno dan mempraktekannya. Kebanyakan pasangan muda tidak tahu mengenai dampak seks pra nikah yang bisa bunting itu," katanya lagi.
Kondisi ini makin parah sejak maraknya wifi.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Melalui Dinsos P3A Rehab Rumah Warga yang Tak Layak Huni
Untuk menekan angka perkawinan di kota ini, pihak berwenang setempat mengantisipasi dengan membentuk Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di 24 sekolah setingkat SMP-SMA. Kini Pusat Konseling Masyarakat itu sudah ada di tiga kelurajan, yakni Miji, Blooto, Sentanan.
Sementara itu, untuk menekan angka perkawinan usia dini, yaitu perkawinan di bawah usia 20 tahun, wali kota Masud Yunus mengaku telah menerapkan sejumlah langkah.
“Salah satu yang dilakukan Pemerintah Kota Mojokerto yaitu dengan memberikan motivasi. Di antaranya Pemkot telah memberikan beasiswa kepada warga yang tidak mampu, setelah lulus SMA diberikan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Agar anak-anak setelah lulus SMA tidak buru-buru nikah,” tuturnya.
Baca Juga: Gowes Hari Santri Kota Mojokerto, Gratis Berhadiah Umrah, Ribuan Peserta Siap Sepeda Sarungan
Peningkatan sumber daya manusia harus dimulai dari perkawinan yang siap. Artinya melahirkan anak di usia diatas 20 tahun bagi perempuan. “Kesadaran ini yang harus diberikan kepada masyarakat melalui petugas KB, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama. Kesadaran untuk mengikuti program KB juga harus ditingkatkan dan diprioritaskan,” seru Wali Kota. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News