GRESIK, BANGSAONLINE.com - Program 1.000 sumur bor yang digagas Bupati Sambari Halim Radianto untuk mengatasi kekeringan di wilayah pelosok disorot warganya.
Pasalnya, sejumlah desa yang menerima bantuan sumur bor tersebut mengungkapkan bahwa program tersebut sia-sia karena airnya tak keluar.
Baca Juga: Banggar DPRD Gresik Pastikan Target PAD 2024 Senilai Rp1,597 Triliun Tak Tercapai
"Kalau pun keluar, airnya tak sesuai dengan yang diinginkan warga. Air rasanya asin, karena pengeborannya terlalu dangkal," ujar Kades Betoyo Kauman, Kecamatan Manyar, M. Ali Mansur kepada sejumlah wartawan di kantor desa setempat, Minggu (4/11/2018).
Selain itu, biaya program yang pengerjaannya dilakukan oleh rekanan yang ditunjuk Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) itu juga bor dinilai terlalu mahal. "Bantuan itu bukan berupa uang, tapi fisik sumur dan perangkatnya senilai Rp 200 juta," kata Ali Mansur.
Menurutnya, kedalaman sumur bor itu hanya 110 meter. Padahal, Desa Betoyo Kauman juga membuat sumur sama dengan kedalaman 200 meter, namun hanya membutuhkan biaya Rp 125 juta.
Baca Juga: Di Ponpes Tanbihul Ghofilin, Plt Bupati Gresik Sosialisasikan Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak
"Dan, hasil airnya lebih baik. Jadi, biaya yang dikeluarkan DPUTR untuk sumur bor lebih mahal, tapi hasilnya tak bagus. Sementara sumur yang kami buat dengan biaya lebih murah hasilnya lebih bagus," ungkapnya.
"Sumur bor yang kami buat saat ini sudah bisa mengaliri 400 sambungan rumah (SR). Biaya pemakaian sangat murah Rp 3.000 per kubik," urainya.
"Program Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (Hippam) saat ini dikelola BUMDes untuk sumber Pendapatan Asli Desa," sambungnya. (hud/rev)
Baca Juga: Pendukung Kotak Kosong di Gresik Soroti Rendahnya PAD 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News