Selesai Pertengahan Bulan Ini, Film Jejak Langkah 2 Ulama Tayang 2020

Selesai Pertengahan Bulan Ini, Film Jejak Langkah 2 Ulama Tayang 2020 Salah satu adegan talent dari Belanda dalam film Jejak Langkah 2 Ulama. foto: istimewa/ BANGSAONLINE.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pembuatan Jejak Langkah 2 Ulama yang menampilkan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah sudah mencapai 50 persen. “Selesai pertengahan bulan ini. Pendaftaran distribusi akhir bulan ini,” kata Ustadz Amien Zain, produser film tersebut kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (5/10/2019).

Ustdaz Amin mengungkapkan bahwa film ini akan tayang pada 2020. “Tapi trailernya belum ada, karena penggarapannya belum selesai,” kata Ustadz Amin ketika ditanya apa sudah ada trailernya.

Baca Juga: Haul Gus Dur di Tebuireng, Nurani Gus Dur Terasah di Pesantren

(Salah satu adegan Kiai Ahmad Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah dalam film Jejak Langkah 2 Ulama. foto: istimewa/ bangsaonline.com)

Yang menarik, film yang disutradarai Sigit Ariansyah ini melibatkan dzuriah (keturunan) Hadratussyaikh – panggilan Kiai Hasyim Asy’ari – dan juga para tokoh Muhammadiyah. Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh Pesantren Tebuireng misalnya bertindak sebagai Executive Producer. Begitu juga tokoh Muhammadiyah Ustadz Sukriyanto AR. Bersama Gus Sholah ia bertindak sebagai Executive Producer.

Baca Juga: Ning Inayah Wahid Sebut Gus Dur Selalu Bela Orang Lemah, Yakin Menolak Kenaikan PPN 12 %

(KHM Yusuf Hasyim memimpin perang dalam Resolusi Jihad. foto: istimewa).

Bahkan Hadratussyaikh diperankan langsung oleh cucunya, yaitu Gus Riza Yusuf Hasyim. Gus Riza adalah putra KH. M. Yusuf Hasyim, salah seorang putra Hadratussyaikh.

Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan

Loh, apa tidak ada kesulitan saat akting? “Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada kesulitan saat akting dari para dzuriah,” tutur Ustdadz Amin yang asisten pribadi Gus Sholah ini.

Peran Gus Riza ini tentu menyentuh hati. Sebab selain wajah Gus Riza mirip Hadratussyaikh, juga punya titisan darah langsung dari ulama besar kakek Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu. Apalagi kehidupan sehari-hari Gus Riza memang sangat bersahaja, rendah hati alias tawadlu. Wajar jika beberapa pihak menilai muncul aura Hadratussyaikh pada diri Gus Riza.

Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat

(Gus Riza dalam peran Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. foto: istimewa)

Bagi keluarga Gus Riza, film bukan media dakwah yang asing. Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, Kiai Yusuf Hasyim, ayahanda Gus Riza, pada tahun 1985 pernah terlibat dalam film berjudul "Sembilan Wali" (Walisongo). Saat itu Pak Ud - panggilan Kiai Yusuf Hasyim - sedang menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng. 

Padahal pada tahun 80-an itu hampir semua kiai mengharamkan nonton film, apalagi memproduksi film. Tapi Pak Ud berani melawan arus. Pak Ud menerima tawaran main film bertitel “Sembilan Wali” (Wali Songo) yang disutradarai Djun Saptohadi itu.

Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima

Apa alasan Pak Ud menerima tawaran jadi “figur wali” dalam film itu? “ itu ibarat gelas. Tergantung isinya,” kata Pak Ud penuh keyakinan. Artinya, kalau gelas itu diisi racun, maka akan mematikan, tapi kalau diisi madu, akan menyehatkan.

Dalam film yang diproduseri Ram Soraya itu, Pak Ud berperan sebagai Syaikh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). ini bercerita tentang dakwah Wali Songo di tanah Jawa dengan latar belakang pemerintahan (kerajaan) Majapahit yang mulai suram.

Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh

Tapi sayang, dalam film yang naskahnya ditulis H Alim Bachtiar itu Pak Ud ditampilkan hanya dalam beberapa menit. Padahal dalam promo baliho, wajah Pak Ud yang bersorban itu paling besar dan menonjol. Bahkan santri-santri senior Tebuireng yang dilibatkan dalam shoting film tersebut hanya terlihat dalam sekejap.

Tentu banyak penonton kecewa, karena Pak Ud hanya dijadikan figur promo. Padahal publik umumnya ingin menonton figur Pak Ud yang kharismatik. Meski demikian, gaung film ini luar biasa pada tahun 80-an itu. Maklum, selain penuh kontroversi tentang keterlibatan seorang kiai dalam film tersebut, juga dalam poster itu foto Kiai Yusuf Hasyim dipampang secara menyolok dan paling besar di antara deretan pemeran walisongo lainnya.

DAFTAR PEMAIN

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

Dzuriyah lain yang terlibat dalam Jejak Langkah 2 Ulama itu adalah Gus Fahmi Amrullah. Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng yang banyak memberi pengajian di berbagai tempat ini adalah cucu Hadratussyaikh dari jalur Nyai Khadijah Hasyim. Gus Fahmi berperan sebagai KH Sholeh Darat, ulama besar dan populer yang menjadi guru Hadratusyyaikh dan Kiai Ahmad Dahlan.

ini melibatkan 800 orang pemain. Bahkan untuk pemeran asing, film ini mengambil langsung talent dari negara Belanda.

Selain para dzuriyah dan pemain dari Belanda, film ini juga melibatkan para ustadz senior Pesantren Tebuireng. Inilah beberapa pemain film Jejak Langkah 2 Ulama ini:

Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu

1. Gus Riza Yusuf Hasyim (beperan sebagai Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari)
2. Gus Fahmi Amrullah (berperan sebagai KH. Soleh Darat)
3. M. Zanuroin Nidivano, putra Gus Fahmi (berperan sebagai KH. Hasyim Remaja)
4. Ustadz. Abdul Wajid (berperan sebagai KH. Akhyat Chalimi)
5. Ustadz. M. Ishom Ahmad (berperan sebagai Syaikhona Kholil Bangkalan)
6. Ustdzah Nur Azizah (berperan sebagai ibu Nyai Kholil Bangkalan)
7. Ustadz. Shidqi Mudzakkir (berperan sebagai KH. Hasyim Dewasa)
8. Ustadz. Alfi Rizqoh (berperan sebagai KH. A. Wahid Hasyim)
9. Abdul Zaki (berperan sebagai KH. Yusuf Hasyim)
10. Ustadz. Abdul Wajid (berperan sebagai KH. Akhyat Chalimi)

Masih banyak para ustadz lain yang terlibat dalam film ini. Bagi Tebuireng, film ini bukan yang pertama. Sebelumnya, Pesantren Tebuireng telah memproduksi beberapa film, antara lain berjudul Sakinah dan Binar.

Jejak Langkah 2 Ulama ini tampaknya bakal mendapat respons positif masyarakat. Maklum, film ini tidak hanya melibatkan para tokoh NU dan Muhamamdiyah, tapi juga menampilkan dua ulama besar dan paling bersejarah serta berpengaruh di Indonesia. Yaitu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.

Hadratussyaikh adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Warga NU mencapai ratusan juta di Indonesia. Berkat perjuangannya dalam kemerdekaan Republik Indonesia, Hadratussyaikh lalu dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI.

Hadratussyaikh juga pendiri Pesantren Tebuireng. Kini pesantren ini telah berkembang menjadi 14 pondok pesantren cabang di seluruh Indonesia. Hampir semua ulama besar dan pengasuh pesantren di pulau Jawa pernah menjadi santri Hadratussyaikh. Bahkan gurunya sendiri - Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan - secara tawadlu’ pernah nyantri kepada Hadratussyaikh saat bulan Ramadan, yaitu ikut mengaji kitab-kitab hadits. Hadratussyaikh memang populer sebagai ulama ahli hadits, di samping ilmu-ilmu agama lainnya.

Sedang Kiai Ahmad Dahlan yang punya nama kecil Muhammad Darwisy adalah pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi keagamaan terbesar kedua setelah NU itu selain memiliki puluhan juta anggota juga terkenal punya aset banyak, terutama dalam bidang usaha dan pendidikan. (em mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO