SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Hasil rapat antara Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya serta Persebaya, Rabu (22/1) kemarin, belum sepenuhnya membuat Bonek (julukan pendukung Persebaya) puas. Masih terbesit kekhawatiran di benak Bonek bahwa Pemkot akan kembali memberi harapan palsu, seperti yang sudah-sudah.
Hal itu diungkapkan oleh Husin Ghozali, salah satu perwakilan Bonek dari kelompok GreenNord yang ikut rapat bersama Dispora dan Persebaya. Ia meminta Pemkot kali ini lebih berkomitmen terhadap janjinya. Komitmen itu tentu dilakukan atas dasar ketulusan, bukan atas kepentingan politik karena mendekati Pemilihan Wali Kota (Pilwali) 2020.
Baca Juga: Sebanyak 2.512 Personel Gabungan Diterjunkan untuk Pengamanan Persebaya Vs PSM di GBT
“Karena bukan satu, dua kali loh Pemkot tidak bisa berkomitmen terhadap keputusannya sendiri,” ujar pria yang akrab disapa Cak Cong itu, Kamis (23/1).
Dia mencontohkan komitmen Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi ketika menyegel Wisma Karanggayam. “Saat itu Eri bilang tidak ada penyegelan, pengosongan, penggembokan, ternyata lidahnya memang tak bertulang. Buktinya sekarang,” ujar Cak Cong.
Yang dimaksud Cak Cong tak lain pernah adanya video berisi statement Eri Cahyadi di media terkait polemik penggunaan Wisma Persebaya di Karanggayam, Tambaksari. Video itu beredar ketika Pemkot melakukan pengosongan dan penggembokan Wisma Persebaya.
Baca Juga: Agraprana dan Richy Nur Cholis, Dua Bocah Magetan yang Resmi Perkuat Persebaya U-13
Bonek pun geram dengan tindakan itu. Mereka menganggap penyegelan dan pengosongan Wisma Persebaya --termasuk lapangan di dalamnya-- bisa berdampak pada pembinaan usia dini. Sebab di sanalah, pembibitan skuat muda Persebaya dilakukan. Juga, pelaksanaan kompetisi internal.
Bonek pantas risau. Sebab dari Lapangan Karanggayam itulah selama ini lahir pemain-pemain hebat. Baik dari mereka yang masuk skuat muda Persebaya, maupun mereka yang mengawali karir dari kompetisi internal Persebaya.
Di video itu Eri memang sempat memberikan angin segar. Dia menyampaikan di hadapan manajemen Persebaya dan media bahwa semuanya hanya miskomunikasi.
Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024
Faktanya, sampai sekarang Persebaya tak bisa memanfaatkan lapangan Karanggayam. Manajemen Persebaya dan Bonek pun memilih berjuang di jalur hukum, lewat gugatan di pengadilan.
Cak Cong berharap sikap Pemkot yang melunak memberikan izin penggunaan Gelora Bung Tomo (GBT) dan Gelora 10 November bukan karena adanya ASN (aparatur sipil negara) di lingkungan Pemkot yang digadang-gadang bakal jadi calon wali kota.
Kekhawatiran Cak Cong tidak berlebihan. Sebab, sejak Persebaya kembali ke Liga Indonesia, Green Force tak pernah mendapatkan izin berlatih di Gelora 10 November. Padahal, tim lain seperti Madura United dan Persipura mendapatkan izin penggunaan lapangan bersejarah tersebut.
Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional
Dia mengkritik Tri Rismaharini yang mendekati Bonek hanya ketika akan ada pemilihan wali kota, atau ketika Persebaya berprestasi. “Dulu waktu pemilihan, pakai syal bonek bilang ibuke bonek. Tapi setelah jadi seperti ini. Sama ketika Persebaya U-20 juara, disambut, tapi ketika Persebaya ada masalah seperti ini hilang entah ke mana,” jelasnya. (mdr/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News