Kini Miliki 110 Madrasah, ​Semua Pendiri Pesantren Milik Dahlan Iskan Dibunuh PKI

Kini Miliki 110 Madrasah, ​Semua Pendiri Pesantren Milik Dahlan Iskan Dibunuh PKI Dahlan Iskan. foto: indopolitika.com

MAGETAN, BANGSAONLINE.com - Pondok Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran, Jawa Timur kembali mengalami kekosongan pemimpin. milik keluarga Dahlan Iskan itu kembali ditinggal pengasuhnya, Ir. KH. Miratul Mukminin. Gus Amik, panggilan akrab KH. Miratul Mukminin wafat pada Ahad (13/12/2020) lalu karena Covid-19.

“Saya berduka lagi,” tulis Dahlan Iskan di Disway. “Kali ini karena Covid-19. Korbannya Gus Amik, kakak sepupu saya. Yang sudah seperti saudara kandung,” lanjutnya.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Mantan Menteri BUMN itu menjelaskan bahwa Gus Amik 10 tahun lebih muda dari dirinya. Tapi Dahlan Iskan memanggilnya ”Mas” –karena lebih tua di susunan keluarga besar.

Dahlan mengaku menghadapi problem lagi tentang penerus pengasuh Sabilil Muttaqin yang disingkat PSM. “Kini kami kembali mengalami kesulitan regenerasi di PSM. Rupanya, itulah kesulitan yang tiada habisnya,” tulis Dahlan Iskan tentang pesantren miliknya.

“Sewaktu generasi pendiri habis dibunuh di tahun 1948, kepemimpinan di pesantren kami vakum lama sekali. Generasi kedua masih kecil-kecil. Kelak, ketika KH Moh. Tarmuji dewasa, barulah PSM kembali punya pemimpin. Itulah ayahanda Gus Amik,” tulisnya.

Baca Juga: Agraprana dan Richy Nur Cholis, Dua Bocah Magetan yang Resmi Perkuat Persebaya U-13

Ketika Kiai Tarmuji meninggal dunia, tulis Dahlan, Gus Amik masih terlalu muda. Belum disiapkan jadi kiai. Terjadi lagi kekosongan kepemimpinan. Lama sekali. Setelah dewasa, barulah Gus Amik yang menjadi kiai pesantren.

Kini Gus Amik meninggal. Di usia 59 tahun. Dua anak laki-lakinya belum disiapkan menjadi kiai. Bisa jadi, lagi-lagi, terjadi kekosongan kepemimpinan. Lama lagi.

“Memang tidak masalah. Kami-kami, para sepupu, bisa mengatasi persoalan sehari-hari. Toh semua madrasah kami –110 madrasah di lebih 15 kabupaten– sudah berjalan sendiri. Kami pun bisa sabar menunggu sampai salah seorang dari dua anaknya itu siap menjadi kiai,” tulisnya.

Baca Juga: Permintaan Dispensasi Nikah Dini Meningkat, PA Magetan Lakukan Langkah ini

Menurut Dahlan, sebenarnya menjadi kiai di PSM di zaman ini tidak lagi sesulit dulu. Tidak lagi harus merangkap sebagai mursyid Tarekat Syatariyah.

“Kami sepakat mursyid terakhir Syatariyah adalah yang dibunuh itu. Ia tidak pernah mewasilahkan kemursyidannya kepada siapa pun,” katanya.

Menurut wartawan kawakan itu, kiai PSM sekarang lebih banyak mengurusi birokrasi pendidikan. Amalan-amalan mujahadah ala Syatariyah bisa dilakukan bersama. Dengan imam yang digilir. Di antara yang senior. (tim)

Baca Juga: Siswa MTsN Kota Pasuruan Juara 1 MYRES Nasional, Mas Adi: Anak Muda yang Harumkan Daerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO