BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Tim peneliti gabungan dari Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi melakukan pemeriksaaan kondisi paus pembunuh atau orca yang mati terdampar di kawasan Pantai Bangsring di Wongsorejo, Banyuwangi, Sabtu (3/4/2021) sore.
Dari hasil pemeriksaan tim tersebut mengonfirmasi bahwa paus pembunuh yang terdampar itu memang telah mati. Berdasarkan hasil pengukuran, panjang paus tersebut adalah 5,1 meter.
Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung
Aditya Yudhana, dokter hewan sekaligus anggota tim gabungan dari Program Studi Kedokteran Hewan Unari dan BKSDA Banyuwangi, mengatakan bahwa peristiwa ditemukannya orca di perairan Banyuwangi ini merupakan kejadian yang tidak biasa.
"Jenis orca ini sebenarnya killer whale ya. Jadi jenis paus pembunuh yang sebetulnya tidak ada di pesisir pantai Banyuwangi," kata Aditya, Sabtu (3/4/2021) sore.
"Kalau kita lihat arah migrasinya, paus ini adanya di wilayah Australia, itu pun yang bagian selatan. Lha ini kok bisa sampai ke sini? Kita perlu identifikasi dulu apakah itu memang murni karena sakit, artinya ada perlukaan di organ bagian dalam. Atau, memang ada fungsi navigasi yang terganggu akibat perubahan iklim ataupun mungkin aktivitas kontaminasi yang ada di perairan laut ini," paparnya.
Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi
Aditya dan tim perlu melakukan nekropsi atau bedah bangkai terlebih dulu untuk mengetahui penyebab kematian paus tersebut. Ini adalah semacam autopsi pada manusia namun dilakukan pada hewan. "Nah (penyebab kematiannya) itu akan terjawab setelah proses nekropsinya selesai," ujarnya.
Hingga Sabtu sore ini tim peneliti belum bisa mengevakuasi tubuh paus pembunuh yang besar itu. Tim baru bisa mengambil sampel organ usus tubuh paus tersebut untuk proses nekropsi. "Jadi saat ini saya berusaha mengambil beberapa sampel organ yang sekiranya kondisinya masih bagus," tutur Aditya.
Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB
"Untuk sementara, secara makroskopis atau kasat mata, terdeteksi bagian saluran pencernaan (paus), yakni usus kecil dan usus besar, itu terdapat pendarahaan. Tapi kita belum bisa konfirmasi apakah itu penyebab utamanya, karena kita harus kaitkan dengan parameter yang lain dulu. Nah itu perlu waktu untuk menunggu hasil uji labnya selesai semuannya, baru itu nanti bisa kita putuskan," imbuhnya.
Rencananya, evakuasi terhadap tubuh mamalia yang mendapatkan gelar sebagai predator puncak di lautan itu baru bisa dilakukan besok, Minggu (4/4/2021). Penelitian secara menyeluruh juga baru bisa dilakukan besok apabila proses evakuasi terhadap paus orca itu jadi dan berhasil dilakukan.
Orca atau paus pembunuh memiliki nama ilmiah Orcinus Orca. Mamalia laut ini umumnya hidup di wilayah dingin seperti Arktik dan Antartika. Namun, hewan predator ini sebenarnya dapat ditemukan juga di hampir seluruh bagian dunia, dari perairan kutub sampai tropis. (guh)
Baca Juga: Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News