Diduga Ada Jual Beli Surat Bebas Covid-19 Palsu di Sekitar Pelabuhan Ketapang

Diduga Ada Jual Beli Surat Bebas Covid-19 Palsu di Sekitar Pelabuhan Ketapang Surat bebas Covid-19 yang diduga palsu.

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Peraturan tentang kewajiban para calon penumpang kapal yang hendak menyeberang ke Bali melalui harus membawa surat keterangan kesehatan negatif Covid-19 membuat para calon penumpang kapal harus mengeluarkan kocek lebih.

Meski dirasa memberatkan bagi masyarakat karena biayanya berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu, namun ketentuan peraturan tersebut tetap harus dipenuhi. Karena peraturan ini berlaku bagi semua calon penumpang kapal yang hendak menyeberang melalui pelabuhan Ketapang, baik menggunakan sepeda motor, kendaraan pribadi, maupun umum tanpa terkecuali.

Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung

Namun, adanya peraturan tersebut diduga telah dimanfaatkan oleh sejumlah oknum tak bertangung jawab untuk mencari keuntungan pribadi dengan cara memanipulasi data hasil rapid test yang dikeluarkan melalui surat keterangan kesehatan negatif Covid-19.

Hasil pantauan dan investigasi tim BANGSAONLINE.com selama beberapa hari di lapangan, diketahui ada dugaan permainan jual beli surat keterangan kesehatan negatif Covid-19 tanpa dilakukan pemeriksaan oleh tenaga medis. Kebanyakan permainan tersebut dilakukan pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB hingga menjelang subuh.

Untuk mengelabui petugas, kendaraan yang hendak menyeberang seperti travel dan bus yang baru datang terlebih dahulu diparkir di depan pelabuhan ASDP Ketapang untuk membeli tiket online yang di dekatnya juga terdapat beberapa klinik kesehatan untuk rapid test.

Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi

Para penumpang bus dan travel kebanyakan tidak turun dari kendaraan. Para sopir atau pengurus lah yang langsung mengambil surat keterangan kesehatan yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh petugas kesehatan sesuai dengan data nama penumpang yang ada di Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang terlebih dahulu dikirim oleh para sopir atau pengurus bus dan travel.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu penumpang bernama Suhariyanto, warga Jalan Mendut, Kelurahan Tamanbaru, Kecamatan Banyuwangi Kota. Dirinya bersama 7 orang temannya juga pernah melakukan perjalanan ke Bali dengan biaya tiket sebesar Rp 350 ribu include dengan biaya kesehatan rapid test.

"Biaya tiket tersebut sudah termasuk biaya kesehatan rapid test," kata Suhariyanto.

Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB

Menurutnya, saat dirinya melakukan perjalanan ke Bali dengan menggunakan travel, ia ditarik biaya Rp 350 ribu dengan rincian Rp 150 ribu biaya tiket kendaraan dan Rp 200 ribu untuk rapid test.

Ia dijemput travel bersama 7 orang temannya di Sukowidi, Banyuwangi. Namun sesampai di depan pelabuhan saat kendaraan parkir, ia dan penumpang lain tidak disuruh turun dari kendaraan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan atau rapid test.

"Hanya sopir minta KTP semua penumpang dan turun dari kendaraan. Setelah itu, sopir kembali membawa amplop berisi surat keterangan kesehatan dan dibagikan sesuai nama masing-masing penumpang tanpa dilakukan pemeriksaan medis," kata Suhariyanto.

Baca Juga: Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon

Sementara itu, dr. Inda Melina, penanggung jawab Klinik Shinta mengatakan, surat keterangan rapid test antigen yang diterima Suhariyanto berlogo Klinik Shinta tersebut adalah palsu.

"Itu terlihat dari nomor rekam medisnya, sudah beda," kata Inda yang enggan menjelaskan lebih rinci perbedaanya saat dikonfirmasi di Klinik Shinta yang beralamat di Jalan Gajah Mada, Giri, Banyuwangi, Selasa (6/4/2021).

Inda mengungkapkan, pemalsuan surat keterangan rapid test tersebut sudah sering terjadi. Bahkan diduga juga dialami oleh klinik-klinik yang lain. "Tidak hanya Klinik Shinta saja, klinik-klinik lain juga ada surat keterangan rapid test yang dipalsukan," ungkapnya.

Baca Juga: Diduga Mabuk Sopir Truk Fuso Tabrak Pagar Masjid Ikon di Banyuwangi, 3 Motor Rusak Parah

Hal itu pun, kata Inda, sudah lama telah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Banyuwangi agar dapat ditindaklanjuti karena sudah meresahkan. "Kami di sini juga jadi korban. Seyogyanya warga jangan mau sudah membayar tetapi tidak dites. Kalau kami, pastikan selalu menjalankan sesuai SOP. Diperiksa terlebih dahulu, lalu kita keluarkan hasilnya," pungkasnya. (guh/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO