Indonesia Juara Dunia Covid-19: 29.745 Orang, India Terkendali, Tinggal 26.612 Orang

Indonesia Juara Dunia Covid-19: 29.745 Orang, India Terkendali, Tinggal 26.612 Orang Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Data Worldometer Selasa pagi lalu mengagetkan. Indonesia sudah menjadi juara dunia : 29.745 orang. Kemarin sore jadi 31.000. India sudah terkendali, tinggal 26.612 orang.

Bagaimana dengan ? Silakan simak tulisan wartawan kondang Dahlan Iskan di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini Rabu 7 Juli 2021. Selamat membaca:

Baca Juga: Destinasi Wisata Terpopuler di Jepang: Panduan Lengkap untuk Liburan Anda

KAMI menghentikan olahraga senam dansa. Salah satu pelatih kami positif. Ia juga relawan : Ali Murtadlo, 56 tahun.

Ali tidak merasakan gejala apa pun. Tidak panas (36,7), tidak batuk, tidak mual, tidak sering ke belakang, tidak kehilangan rasa.

Tapi Ali positif . Dengan CT 19.66.

Baca Juga: Perjanjian Internasional Akhiri Pencemaran Plastik Gagal, Negosiasi Akan Dilanjut Tahun Depan

"Kalau tidak rasa apa-apa mengapa tes Covid?"

"Istri saya melihat wajah saya mbrabak (kemerahan)," ujar Ali. "Lalu diminta test".

Sang istri, seorang guru besar ekonomi, baru saja negatif dari Covid. Dua minggu lalu.

Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat

Ali tidak mau tes. Ia memilih becermin. "Rasanya wajah saya sama saja," katanya.

Di hari ketiga sang istri tetap mengatakan wajahnya mbrabak. Ali becermin lagi: tidak ada perubahan apa-apa. Juga tidak ada rasa apa-apa.

Tanpa izin sang ayah, anak Ali mendaftarkan sang ayah ke tempat tes. Kemarin pagi. Ali tidak berkutik. Berangkat. Positif.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

"Bagaimana istri tahu perubahan wajah Anda yang begitu samar?"

"Istri saya sensitif sekali. Sering mengingatkan kalau wajah saya mbrabak," jawabnya.

"Berarti sudah sering mbrabak?"

Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

"Sering. Setiap kali makan gorengan wajah saya mbrabak," katanya.

Itulah. Tiga hari lalu Ali melihat ada nasi goreng di meja makan. "Saya ini anti mubazir. Ya saya makan saja," katanya.

Sang istri kaget nasi goreng itu sudah habis. Juga menyesal. Mengapa menaruh nasi goreng di situ. Sebenarnya sang istri sendirilah yang akan makan nasi goreng itu. Ia tahu sang suami tidak akan mau. Tapi dia lihat nasi goreng itu terlalu berminyak. Dia tidak jadi makan. Dia tinggalkan di meja.

Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara

"Tapi nasi goreng kan tidak bisa menularkan virus. Dari mana kira-kira virus itu menular?"

“Mungkin di rumah ini. Atau di jalan," jawabnya.

Ali, Sabtu lalu mengantarkan dua orang pulang ke Pacitan. Itu asisten di rumahnya. Naik mobil. Ia sendiri yang mengemudikan. Sejauh enam jam. Pukul 02.00 dini hari baru tiba di Pacitan –kampung halamannya. Tidur sebentar. Bangun, salat subuh. Tidur lagi sebentar. Pukul 08.00 sudah mengemudikan mobil lagi balik ke Surabaya. Enam jam lagi.

Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina

"Saya salah. Saya terlalu pe-de. Kan saya merasa badan saya segar saja. Rupanya tidak cukup istirahat di Pacitan," katanya.

Orang yang ia antarkan ke Pacitan itu, setelah dites, ternyata positif. Saya masih mengusahakan agar Ali dites lebih lanjut: virus jenis apa yang menular padanya. Saya masih bertanya-tanya apakah bisa dilakukan di Surabaya.

Ali adalah salah satu pelatih senam kami. Kami punya banyak sekali pelatih. Peserta yang sudah pintar digilir naik panggung. Grup pelatih inti tinggal tampil seminggu sekali. Saya sendiri sudah pensiun dari pelatih. Jadi pelatih cadangan saja. Gerakan saya sudah tidak hot seperti dulu lagi.

Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik

Saya segera menginformasikan positifnya Ali itu ke dokter Terawan Putranto. Dulu pun, begitu. Ketika mendengar ada yang sudah VakNus masih bisa positif saya juga informasikan ke inisiator VakNus itu.

Berarti Ali Murtadlo ini kasus kedua. Ia positif meski tidak merasa apa-apa. Ia tidak merasa apa-apa tapi positif.

Untung ia makan nasi goreng. Kalau wajahnya tidak mbrabak ia tidak akan melakukan PCR.

"Memang saat ini penularan begitu tinggi," ujar dokter Terawan. Ia minta agar Ali jaga imun, istirahat, isolasi mandiri.

Data Worldometer Selasa pagi lalu memang mengagetkan. Indonesia sudah menjadi juara dunia : 29.745 orang. Kemarin sore jadi 31.000. India sudah terkendali, tinggal 26.612 orang.

Menko Luhut Binsar Panjaitan sendiri mengungkapkan data jelas sekali: 90 persen yang melanda Jakarta belakangan ini adalah varian D. Keterangan Luhut itu tersiar luas di semua media kemarin sore.

Apakah yang menular ke Ali Murtadlo juga varian Delta? "Hampir pasti itu virus baru. Kan sudah di VakNus. Mungkin varian Delta," ujar Prof Dr Nidom dari Laboratorium PNF Surabaya.

"Biar pun sudah di, apa pun, masih bisa terkena virus varian baru. Termasuk VakNus," kata Prof Nidom.

Bedanya, kalau diizinkan, VakNus bisa menyesuaikan diri dengan cepat. "Dalam tiga minggu VakNus sudah bisa membuat untuk anti varian baru," ujar Prof Nidom, ahli virus dari Universitas Airlangga itu.

Sedang lain, untuk menyesuaikan diri, perlu waktu lama. Bisa satu tahun. "Praktis harus melakukan berbagai uji coba sejak dari awal lagi," katanya. "Sedang untuk VakNus tinggal mengubah antigennya. Tentu kita harus lebih dulu mendapatkan contoh virus varian barunya," ujar Prof Nidom.

Kenapa semua ini bisa terjadi? Yang sudah di bisa tertular varian baru? Itu karena yang disuntikkan belum mencakup varian baru. Berarti ada yang salah di keterangan awal: bahwa VakNus sudah mencakup varian baru.

"Itulah risiko asi dilakukan terlalu awal. Ketika virus belum stabil. Masih berubah-ubah," ujar Nidom.

Kini varian Delta sudah begitu meluas. Vaksinnya belum ada. Masih akan lama. Yang siap membendungnya, yang dalam waktu paling singkat, adalah VakNus. Itu kalau penjelasan Prof Nidom bisa kita pegang.

Kemarin petang, saya minta Ali melakukan cek suhu badan lagi. Jam 17.30. Juga saturasi oksigennya.

Hasilnya: suhu badan 36,0 derajat dan saturasi oksigennya 99. Ia juga merasa seperti orang sehat sekali. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO