SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Inilah fakta yang sulit dibantah. Ekstremisme dan radilkalisme Taliban ternyata tak identik dengan ideologi Islam. Faktanya, para penguasa dan politikus Taliban justru di bawah ketiak Tionngkok. Bukankan Tiongkok kini pusat utama komunis?
Ironisnya, bukan hanya Taliban dan Afghanistan yang berada di bawah tangan Tiongkok. Tapi juga Iran dan Pakistan yang selama ini mengklaim sebagai negara Islam.
Baca Juga: Prabowo ke China Bawa Tommy Winata dan Prayogo Pangestu, Siapa Dua Taipan Itu
Atau ideologi kini memang seperti gado-gado, campur aduk, ketika menyangkut kepentingan ekonomi?
Nah, tulisan wartawan handal Dahlan Iskan di bawah ini cukup menarik diikuti. Tulisan tokoh asal Takeran Magetan Jawa Timur yang aslinya berjudul Ran Tan Tan di Disway itu kami turunkan secara utuh. Selama membaca:
SETIAP kali ke Hangzhou saya hampir selalu makan malam dengan wanita ini: tidak perlu saya sebutkan namanyi. Ia bisa setahun tiga kali ke Iran. Ada bisnis di sana.
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Setiap kali ke Iran ia pakai kerudung. Untuk menutup rambutnyi. Ia juga pakai rok panjang –dan baju atasan lengan panjang.
Itu sama sekali tidak masalah baginyi. Kadang ia sendirian ke Iran. Bisa juga bersama manajer-manajernyi: ia sendiri direktur di perusahaan itu.
Tehran, ibu kota Iran, sudah lama punya kereta bawah tanah: made in China. Sejak 1999. Itulah jaringan kereta bawah tanah terpanjang di Timur Tengah: 253 Km. Terdiri dari 6 jalur. Kini masih dibangun lagi jalur yang ke 7.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Menlu Jepang Toshimitsu Motegi ke Iran pekan lalu. Ia bertemu presiden baru Iran Ibrahim Raisi. Sang Presiden minta agar dana Iran yang sudah lama dibekukan Jepang dicairkan. Nilainya USD 3 miliar, sekitar Rp 45 triliun. Pembekuan itu atas instruksi Amerika Serikat.
Jepang memang masih berhubungan dengan Iran. Negara-Negara Barat selalu titip salam ke Iran lewat Jepang. Salam apa pun. Demikian juga Iran, selalu menitipkan kepentingannya ke dunia Barat lewat Jepang.
***
Baca Juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh di Teheran, Pelakunya Diduga Agen Israel
Di Pakistan saya kaget. Terutama kalau saya masuk ke jalan-jalan kecil. Untuk mencari restoran khas Pakistan.
“Ni hao, ni hao, ni hao,” sapa anak-anak kecil di pinggir jalan. Mereka mengira saya orang yang datang dari Tiongkok. Setiap ada orang berpostur lebih kecil, tanpa kumis dan jenggot, mereka sangka dari Tiongkok.
Itu menandakan orang Pakistan sudah begitu biasa melihat orang Tiongkok. Begitu banyak proyek Tiongkok di Pakistan.
Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Setiap menjelang pemilu, isu Tiongkok selalu muncul. Negatif. Tapi pemenang pemilunya selalu meneruskan program kerja sama ekonomi kedua negara.
Bagi Tiongkok sudah biasa melihat gejolak antar suku di Pakistan. Pun gejolak antar aliran agama. Sudah begitu banyak pendatang dari Tiongkok –umumnya tenaga kerja– tewas oleh kebencian seperti itu. Berkali-kali. Di banyak wilayah.
Minggu lalu pun masih terjadi. Di dekat Gwadar. Bom bunuh diri. Tiga orang meninggal. Padahal pengamanan Gwadar sudah sangat ketat. Sampai saya pun tidak bisa mencapai Gwadar. Dua tahun lalu.
Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara
Itulah pelabuhan Samudera yang baru. Yang dibangun di kawasan miskin Pakistan. Menghadap ke Samudera Hindia. Dilengkapi dengan kawasan ekonomi khusus.
Awalnya Singapura yang membangun megaproyek itu. Singapura tidak tahan. Mangkrak. Lalu diambil alih Tiongkok.
Dari Gwadar akan dibangun rel kereta api sampai Tiongkok. Juga pipa gas. Kalau bisa lewat Afghanistan. Tapi sulit. Amerika menguasai Afghanistan. Tiongkok pun bikin rencana yang sangat mahal: lewat perbatasan Pakistan-Tiongkok.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
***
Kini dengan Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan, hambatan itu hilang. Gwadar-Afghanistan lebih dekat. Jalur itu melewati kawasan paling tandus dan miskin di Pakistan Barat.
Pengalaman panjang Tiongkok membangun jalan tol di kawasan pegunungan membuat alam Afghanistan biasa-biasa saja. Pun juga rel kereta api di kawasan seperti itu.
Baca Juga: Tragedi Sosial, Tak Bisa Belikan iPhone, Seorang Ayah Berlutut Minta Maaf pada Putrinya
Rel dan jalan tol jalur Tiongkok-Afghanistan-Gwadar (Pakistan) itu membuat Afghanistan seperti tiba-tiba punya laut.
Sekeras pertentangan golongan di Afghanistan pun, di mata Tiongkok, tidak akan serumit di Pakistan. Golongan apa pun ada di Pakistan. Saling bermusuhan. Tiongkok sudah terbiasa dengan situasi Pakistan. Bagi Tiongkok Afghanistan tidak akan terlalu rumit. Paling-paling dari Pastun ke Pastun. Sedang di Pakistan pemenang pemilunya sulit ditebak.
Memang, mantan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh tidak ikut kabur ke luar negeri. Ia pilih pulang kampung. Ke pegunungan di Panjshir. Pegunungan ini begitu terpencil. Tidak ada suku Pastun di situ.
Di distrik Panjshir itu Taliban tidak bisa masuk. Juga tidak berusaha masuk. Itu distrik kecil. Penduduknya kurang dari 150.000.
Di distrik inilah mantan wakil presiden melakukan konsolidasi kekuatan. Senjata-senjata ex Soviet dan Amerika dibawa ke kampung itu. Sang mantan wapres mendeklarasikan diri sebagai pejabat sementara Presiden Republik Afghanistan. Itu, katanya, didukung kedutaan Afghanistan di Tajikistan –yang masih satu suku dengan mantan wapres.
Taliban tidak terlihat berang atas pernyataan itu. Sama sekali tidak ada maksud untuk menyerang distrik itu. Para ahli di Pakistan menilai penguasaan distrik Panjshir itu tidak akan menjadi faktor konflik yang lebih besar.
Para pengamat di Pakistan juga menilai Taliban sudah “berubah”. Mereka tidak menggunakan kata ”berubah” melainkan ”sudah lebih berpengalaman”.
***
Iran, Pakistan, dan Afghanistan jelas di tangan Tiongkok. Tiga-tiganya negara Islam dengan gaya masing-masing.
Tiongkok begitu kuat memegang filsafat Deng Xiaoping ini: tidak peduli kucing itu hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus.
Paku kecil cukup pakai palu kecil. Untuk paku besar barulah pakai palu besar. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News