SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, menilai bahwa desakan beberapa pengurus NU menggelar muktamar pada masa pandemik tahun ini (2021) merupakan sikap arogan. Putra pendiri NU, KH Abdul Chalim Leuwimunding, itu bahkan menilai gelaran Muktamar NU pada masa pandemik justru bakal merusak capaian pemerintah yang sudah bagus dalam menangani Covid-19.
“Betapa pun keinginan itu merupakan gelombang besar, tapi itu adalah arogansi. Kenapa? Karena kita sedang berada di tengah pandemik,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim di depan para kiai peserta salat malam terbatas yang digelar di kediaman Neng Imah, salah seorang putrinya, di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, tadi malam (Kamis, 23/9/2021).
Baca Juga: Universitas KH Abdul Chalim Mojokerto Undang Said Aqil di Seminar Nasional Tasawuf
Kiai Asep menggelar salat malam dan istighatsah secara istiqamah setiap Kamis malam Jumat sejak pemerintah memberlakukan PPKM Darurat hingga sekarang. Salat malam itu selain untuk terkabulnya hajat-hajat sendiri juga untuk membantu pemerintah secara spiritual agar Indonesia – khususnya Jawa Timur – segera terbebas dari Covid-19.
Menurut Kiai Asep, meski sekarang Jawa Timur sudah berada pada level 1, tapi provinsi lain masih sangat rawan. Masih banyak yang level 2, 3, dan 4. Karena itu Kiai Asep menilai akan lebih bermanfaat dan maslahah jika pengurus NU lebih fokus membantu menangani Covid-19 ketimbang menggelar muktamar yang justru akan merepotkan pemerintah dan warga NU serta bangsa Indonesia. Apalagi jika hanya untuk kepentingan rebutan jabatan.
“Sekarang ini waktunya berusaha bersama-sama, berdoa maksimal, bagaimana caranya corona ini berakhir. Jangan melaksanakan muktamar. Karena organisasi Nahdlatul Ulama yang dikenal teduh dan rahmatan lilalamin akan dianggap arogan,” tegas kiai miliarder tapi dermawan itu.
Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Hadiri Acara Syukuran Sederhana Kemenangan Gus Barra-Rizal di Pilbup Mojokerto
Bagaimana jika Muktamar NU digelar secara daring? “Itu sangat konyol. Karena akan menghilangkan wibawa NU dan kebesaran NU. Daring memadamkan nurullah (cahaya Allah). Daring itu akan memadamkan syiar dan menghilangkan kesakralan Muktamar NU. Jika ada orang, apalagi pengurus NU, ingin menghilangkan kemeriahan Muktamar NU, maka itu orang munafik,” tegas Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com seusai acara salat malam dan istighatsah.
Menurut Kiai Asep, tradisi warga NU yang hadir berduyun-duyun ke Muktamar NU adalah bagian dari budaya sakral dan khas NU. Keguyuban warga NU, kata Kiai Asep, merupakan khasanah budaya paling mendasar bagi NU yang tak dimiliki organisasi mana pun.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
Karena itu Kiai Asep mengingatkan jangan sampai Muktamar NU digelar secara daring.
Kiai Asep juga mengingatkan tentang pengalaman pahit Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015. “Itu pengalaman sangat pahit, menyakitkan. Muktamar NU di Jombang sangat mengerikan,” tegas Kiai Asep.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Kenapa? “Karena main uang. Uangnya juga dari hasil korupsi,” tegas Kiai Asep. “Dan ini kebetulan pelaku-pelakunya ada. Pelaku-pelakunya ada (muncul lagi) pada muktamar akan datang,” jelas Kiai Asep sembari menyebut beberapa nama, termasuk ketua umum parpol.
Menurut Kiai Asep, Muktamar NU di Jombang bukan hanya main uang. Tapi juga penuh kedzaliman dan kecurangan. "Tidak ada akhlaqul karimah," kata Kiai Asep.
Karena itu, Kiai Asep minta agar pengalaman muktamar ke-33 di Jombang jadi pelajaran. "Jangan sampai terulang," kata Kiai Asep yang kini sedang membangun International University sepanjang dua kilometer dengan program beasiswa untuk para mahasiswa dari berbagai negara.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Kiai Asep juga minta agar para kader NU yang maju sebagai kandidat ketua umum meredam ambisi pribadi dan kelompoknya, tidak mengundang intervensi pihak luar. “Jangan karena ingin menang mendekati Megawati, PDIP. Gimana kewibaaan Nahdlatul Ulama. Mendekati Israel. Ini gimana. Mendekati Israel untuk menang (jadi ketua) di NU. Gimana itu,” kata Kiai Asep.
Seperti diberitakan, PBNU bakal menggelar Musyawawah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU pada 25-26 September 2021. Dalam acara itu akan dibahas berbagai masalah aktual, termasuk Muktamar NU. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News