SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Sarasehan Anggoro Kasih secara tatap muka, Senin (25/10) malam. Kegiatan bertema 'Darma Berbangsa dan Bernegara Rahmatan Lil Alamin' itu digelar di Pondok Pesantren Ahlus-Shafa Wal Wafa, Desa Simoketawang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo.
Sarasehan Anggoro Kasih digelar sebagai upaya merawat keberagaman. Agenda tersebut bekerja sama dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), sebuah wadah yang menghimpun organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, perkumpulan legal dan sudah berbadan hukum.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Forum diskusi ini rutin dilaksanakan pada hari Senin malam atau malam Selasa Kliwon. Pemilihan pondok pesantren dengan mengundang berbagai elemen masyarakat yang berasal dari latar belakang berbagai agama dan kepercayaan," kata Direktur KMA, Sjamsul Hadi.
Ia berujar, Sarasehan Anggoro Kasih merupakan upaya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih baik antarumat beragama dan penghayat kepercayaan maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga, kata Sjamsul, agenda ini melibatkan banyak elemen masyarakat yang berlatar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda.
"Intinya tujuan kami adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan berkepercayaan itu dengan komitmen kebangsaan untuk menumbuhkan cinta tanah air,” paparnya.
Baca Juga: Kepergok Pemilik saat Beraksi, Maling Motor di Anggaswangi Sidoarjo Ditangkap Warga, 1 Orang DPO
“Darma dalam agama dan Darma dalam bernegara menjadi tema Sarasehan Anggoro Kasih," tuturnya menambahkan.
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Sjamsul Hadi, saat pose bersama dengan para narasumber sarasehan Anggoro Kasih. Foto: Ist
Sarasehan berlangsung dengan khidmat dan penuh keakraban. Kegiatan ini juga digelar dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat, di antaranya mengenakan masker saat kegiatan berlangsung.
Baca Juga: Maling di Sidoarjo Gasak 2 HP dan Uang Tunai
“Semoga Sarasehan Anggoro Kasih menjadi sebuah arena diskusi untuk menggali nilai-nilai luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dipahami dan diinternalisasikan nilai-nilai budaya spiritual dan kearifan lokalnya,” pungkas Sjamsul.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Ahlus-Shafa Wal Wafa, KH Mohammad Nizam As Shofa, menjelaskan bahwa agama merupakan nasihat yang dimiliki oleh Allah, Rasulullah, dan orang yang beriman. Menurut dia, semua agama mengajak kasih yang tidak pilih kasih, dan agama adalah keluhuran budi yang membuat seseorang berakhlak mulia serta merupakan kecerdasan pola pikir.
Selain itu, lanjut Nizam, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Rahmatan Lil Al-Amin dalam berbangsa dan bernegara dapat ditempuh dalam tiga jalur pendidikan. Sejumlah jalur yang ia maksud yakni jalur pendidikan informal, pendidikan non-formal, dan pendidikan formal.
Baca Juga: Gus Muhdlor Sesalkan Kesaksian Pegawai DJP
"Semakin tinggi agamanya maka semakin tinggi pula rasa kemanusiaan yang beradabnya," kata Nizam yang juga Ketua Indonesia Merayakan Perbedaan (IMP).
Sarasehan Anggoro Kasih juga dihadiri oleh Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), Naen Soeryono, dan perwakilan dari akademisi yang juga Direktur Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung, Akhol Firdaus. (adv/sta/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News