BANDAR LAMPUNG, BANGSAONLINE.com - Di tengah riuhnya pelaksanaan Muktamar ke-34 NU, 30 perwakilan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) luar negeri menggelar pertemuan dengan para calon Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, di Universitas Lampung (Unila), Selasa (21/12).
Agenda pertemuan ini bertujuan untuk mendapatkan pemaparan program pengembangan NU di luar megeri dari para calon Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.
Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT
Panitia pertemuan mengundang tiga calon ketum untuk menyampaikan program-program NU ke depan. Dari kubu Gus Yahya Saquf (GY) diwakili KH. Imron Rosyadi, kubu As'ad Said Ali diwakili oleh KH. Khariri Makmun, dan dari kubu Kiai Said Aqil Siraj yang semula akan diwakili KH Marsyudi Suhud hingga acara berakhir yang bersangkutan tidak datang.
Inisiator pertemuan PCI Luar Negeri, KH. Mukhalson Jalaluddin (Rois Syuriah PCI Mesir) dan KH. Nur Hasyim Muzadi (Rois Syuriah PCI Belanda) mengatakan bahwa pertemuan ini penting bagi PCI, karena selama ini peran dan keterlibatan PCI dalam program NU di dunia global sangat minim atau bahkan sama sekali tidak dilibatkan.
"Potensi kader NU di luar negeri sangat besar dan dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan NU di dunia Internasional, namun sayangnya kepemimpinan NU selama ini tidak mengoptimalkan eksistensi NU luar negeri untuk mengembangkan kerja sama dan penguatan jaringan Internasional," kata Mukhlason.
Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya
Sementara Kiai Nur Hasyim Subadi, Rais Syuriah PCI Belanda, menyoroti tantangan NU memasuki abad kedua. Menurut dia, ini cukup berat, karena itu NU perlu merumuskan program-program internasional yang melibatkan PCI Luar Negeri.
"SDM NU luar negeri yang demikian besar dan memiliki jarangan yang kuat di berbagai bidang belum dioptimalkan oleh PBNU untuk mengembangkan program-program NU ke depan. Memasuki abad kedua, tantangan NU cukup besar dan persoalan dunia semakin kompleks, karena itu peran PCI menjadi sangat strategis," jelas Hasyim.
Mewakili kubu Gus Yahya Saquf, KH. Imron Rosyadi yang sering disapa dengan panggilan Gus Im menyampaikan pentingnya regenerasi bagi NU, terlebih lagi saat ini NU telah memasuki abad kedua. NU menghadapi tantangan yang cukup berat, karena itu kepemimpinan NU mendatang harus diisi oleh pemimpin muda visioner yang memiliki pola pikir strategis.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Gus Im yang saat ini menjabat sebagai Rektor Unira Malang, menambahkan bahwa kader-kader NU di luar negeri memiliki jaringan yang bisa dikembangkan untuk memperkuat penyebaran moderasi islam di penjuru dunia.
"Pengenalan moderasi Islam sangat dibutuhkan di tengah perkembangan dunia yang penuh dengan ketidakpastian," tegas Gus Im.
Sementara kubu Kiai As'ad Said Ali yang diwakili KH. Khariri Makmun memaparkan program-program konkrit bagi pengembangan NU Internasional. Menurut dia, pertama, akan mengembangkan Gerakan Aswaja Dunia dan penguatan posisi Indonesia di dunia Internasional. Penguatan Aswaja dunia bisa dilakukan dengan memperkuat jaringan ulama Aswaja, baik di timur tengah maupun dunia Islam, menghidupkan forum ulama dunia untuk mencari penyelesaian konflik di negara Islam seperti Afghanistan, Palestina, Yaman, dan lain-lain.
Baca Juga: Kenalkan Kehidupan Kampus, Unusida Gelar PKKMB untuk Mahasiswa Baru
Kedua, mendukung pembuatan database SDM NU yang sedang digarap oleh PCI sebagai langkah positioning untuk mensinergikan seluruh SDM Nahdhatul Ulama di berbagai bidang untuk mewakili NU di sektor publik baik pemerintah maupun swasta.
Ketiga, memerankan PCI sebagai duta besar dan ujung tombak diplomasi NU di Luar Negeri.
Keempat, membuat program prioritas PCI sesuai zona wilayah. PCI wilayah Eropa dan Amerika serikat memperkuat riset dan pengembangan teknologi, wilayah Asia dan Australia mengembangkan program kemandirian ekonomi, wilayah Timur tengah termasuk Afrika memperkuat pemikiran Islam.
Baca Juga: Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong
Khariri Makmun yang saat ini menjadi Wakil Direktur Eksekutif ICIS dan salah satu inisiator pendiri NU Jepang menyampaikan bahwa PCI Luar Negeri di 33 negara merupakan aset penting NU dan menjadi kunci kemajuan NU memasuki abad kedua. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News