Perajin Dobong di Desa Panjunan Gresik Layani Pesanan dari Pelbagai Daerah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Perajin Dobong di Desa Panjunan Gresik Layani Pesanan dari Pelbagai Daerah

Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Syuhud
Selasa, 22 Agustus 2023 16:36 WIB

Kepala Desa Panjunan, Nursilah, saat menyambangi salah satu perajin dobong. Foto: SYUHUD/BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Desa Panjunan, Kecamatan Duduksampeyan, , sudah puluhan tahun dikenal sebagai sentra pembuatan dobong atau diketahui sebagai keranjang ikan yang terbuat dari bambu berukuran besar. Para perajin di sana sudah mengirimkan barangnya ke berbagai daerah, mulai dari Jawa Timur hingga wilayah lainnya.

Salah satu perajin dobong, Asti (59), mengatakan bahwa setiap harinya ribuan dobong dihasilkan dari warga Desa Panjunan. Meski mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, namun hampir 70 persen warga membuat dobong. 

Sedikitnya ada 250 kepala keluarga (KK) yang aktif setiap hari melakukan pekerjaan menganyam bambu. Pembuatan dobong dilakukan dua orang dengan tugas masing-masing agar bahan dari bambu bisa dirangkai sedemikian rupa menjadi keranjang besar.

"Mula-mula bahan dari bambu utuh yang berukuran panjang 6,5 meter (650cm) dengan diameter 8-10 cm dibelah menjadi 7-8 bagian dengan lebar 2-3 cm. Kemudian dibelah lagi tipis-tipis dengan tebal 1-1,5 mm atau biasanya satu bagian dibelah lagi menjadi 5 bagian tipis," ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (22/8/2023).

Sebelumnya, kata Asti, bambu sepanjang 650 cm dipotong sepanjang 180 cm untuk alas. Sisanya untuk anyaman dinding. Setelah bambu menjadi tipis-tipis, selanjutnya dirangkai dengan cetakan yang bernama ‘Jabel’ dengan diameter lebar atas 50 cm diameter bawah 40 cm dan tinggi 45 cm

"Dengan dibantu cetakan (Jabel), para perajin mulai merajut dan merangkai satu persatu lembaran tipis dari bambu sedemikian rupa hingga menjadi keranjang dobong’ ikan yang selama ini dibutuhkan oleh petani tambak saat panen maupun oleh para nelayan untuk mengangkut hasil ikan tangkapan," paparnya.

Ia melakukan pekerjaan membuat dobong sejak kecil. Keahlihan itu didapat dari nenek moyang atau sudah turun temurun.

"Saya membuat dobong sejak kecil dan sudah turun temurun warisan dari nenek moyang terdahulu," ujarnya.

Kaur Umum Desa Panjunan, Sidik, mengaku selain sebagai perangkat desa Panjunan. Juga sebagai perajin dobong. Pekerjaan itu dilakoninya usai menjalankan tugas melayani masyarakat.

Pada malam hari Sidik merajut dan merangkai bambu-bambu tersebut menjadi sebuah dobong.

"Semua warga di sini (Desa Panjunan) melakukan pekerjaan tersebut. Bahkan saya sendiri dan semua remaja disini mulai usia SMP, sudah belajar membuat dobong, sehingga rata-rata mereka sudah mahir dalam membuat dobong jelasnya," terangnya.

"Sehari satu kepala keluarga (KK) bisa menghasilkan 20 dobong. Tinggal mengalihkan saja. Jika yang aktif 130 KK saja maka satu hari akan dihasilkan 2600 dobong," sambungnya.

Ditambahkan ia, perajin dobong di Desa Panjunan mendapatkan bahan baku bambu dari lahan di Desa Panjunan sendiri, dan kabupaten tetangga. Di desa Panjunan ada beberapa pengepul yang menyediakan bambu dan juga menampung hasil dobong.

"Dobong hasil perajin Desa Panjunan dipasarkan di beberapa daerah diJjawa Timur dan kota-kota besar lainnya di luar Jawa Timur sesuai permintaan," tutupnya.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Panjunan, Nursilah mengaku bersyukur karena warganya memiliki keahlihan dalam membuat dobong.

Menurut dia, perajin dobong di desa yang dipimpinnya sudah ada sejak nenek moyang, sehingga warganya bisa mandiri dan tidak mengantungkan pekerjaan di pabrik.

"Alhamdulillah, warga desa disini sangat produktif dengan adanya kerajinan tangan atau keahlian dalam membuat dobong. Tahun 2019 lalu dimasa pandemi Covid-19, dimana semua sektor industri tiarap dan banyak usaha terdampak. Warga Desa Panjunan tetap eksis dengan produksi dobong dan tidak ada istilah menganggur. Mereka tetap bekerja mandiri di rumah masing-masing," ucapnya, Selasa (22/8/2023).

Nursilah berharap ketersediaan bahan baku dobong tetap lancar, sehingga warga bisa tetap bekerja membuat dobong. Karena jika bahan baku terlambat datangnya maka mereka tidak bisa bekerja.

"Semoga bahan baku tetap tersedia meskipun kita tahu keberadaan pohon bambu semakin berkurang. Saat ini bahan baku disuplay dari Madura, Tuban dan Lamongan masih cukup," ungkapnya.

Hasil kerajinan dobong dikirim untuk memenuhi permintaan ke beberapa kota di Jawa Timur. Antara lain, Pasar Ikan Lamongan, TPI Brondong Lamongan, TPI Weru Lamongan, TPI Campurejo Panceng , TPI Lumpur , Pasar Pabean Cantikan Surabaya dan beberapa kota seperti Pasuruan dan Probolinggo. Termasuk luar Jawa Timur.

"Dobong dijual ke pengepul dengan harga kisaran Rp 370 ribu hingga Rp 400 ribu per bandel. Satu bendel isi 20 biji dobong," katanya. (hud/mar)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video