Kisah Umar Bin Khattab Usir Malaikat Munkar-Nakir

Kisah Umar Bin Khattab Usir Malaikat Munkar-Nakir Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'i. Foto: Tebuireng Online

Suku Khuza’ah menyembah malaikat itu dengan tujuan agar lebih punya akses pendekatan kepada Tuhan lewat anak perempuannya. Malaikat itu dijadikan perantara mereka mendapat pertolongan dari Tuhan. Setidaknya, agar Tuhan berbelas kasih kepada mereka karena menyayangi anak perempuannya. “Wa kanu ya’budunahum thama’a fi syafa’atihim lahum”. (al-Qurthubi:11/p.281).-

Anggapan mereka itu langsung dibantah oleh Tuhan Sendiri dengan turunya ayat kaji ini dengan tesis :” Subhanah..”. Sama sekali tidak benar, Tuhan Maha Suci dari anggapan keji itu. Lalu, Tuhan menjelaskan siapa sesungguhnya malaikat itu. Mereka adalah: ”Bal ibad mukramun. La yasbiqunah bi al-qaul wa hum bi’amrih ya’malun”. Malaikat itu hamba Tuhan yang mulia. Tidak pernah lancang dan selalu patuh.

Kepatuhan malaikat itu kepatuhan tingkat tertinggi, karena sengaja dicipta untuk patuh, lain tidak. Tidak pernah lancang dan tidak pernah ambil inisiatif duluan sebelum diinstruksi oleh Tuhan.

Kisah-kisah terkait dialog malaikat penanya manusia di alam kubur, yakni : Munkar dan Nakir dengan orang-orang shalih bisa jadi itu terjadi sungguhan. Hal itu karena malaikat ditugasi mendampingi manusia. Semisal yang terjadi pada sahabat mulia, Umar ibn al-Khattab RA. Dikisahkan, malaikat penanya itu datang tanpa salam terlebih dahulu dan langsung melaksanakan tugas. Mereka bertanya, :”Man Rabbuk..?” (Siapa Tuhan kamu?).

Umar ibn al-Khattab diam saja dan tidak sudi menjawab bahkan balik menegur: ”Apa begini sikap kamu terhadap setiap orang beriman di alam kubur. Kalian datang di tempat kami tanpa salam, sungguh kalian tidak sopan. Enyahlah kalian, pergi sana dan saya tidak sudi menjawab pertanyaan kalian..”.

Kisah itu adalah transkrip mimpi dari seorang sahabat yang dianugerahi Tuhan, diperlihatkan bagaimana keberanian dan ketangguhan keimanan seorang Umar ibn al-Khattab, meski sudah di alam kubur dan berhadapan dengan malaikat. Bisa jadi, hal demikian adalah refleksi dari sifat syaja’ah seorang Umar yang melekat dan tidak berubah hingga di alam sono.

Terhadap sikap malaikat, tentu saja berubah sesuai kepribadian penghuni kubur. Semisal berhadapan dengan Utsman ibn Affan yang berkepribadian lembut, santun, ahli al-Qur’an. Bisa jadi si malaikat datang dengan santun dan penuh hormat. Tesis ini beralasan mengingat pengakuan Iblis sendiri saat berpapasan dengan Utsman ibn Affan di jalan menuju masjid al-Nabawy.

Kisahnya, Utsman ibn Affan hendak shalat berjamaah di al-masjid al-Nabawi dengan berjalan kaki. Di jalan ada Iblis berlari terburu-buru hendak menggoda nenek tua yang sama-sama hendak shalat berjamaah. Karena di depannya ada Utsman, maka Iblis itu menepi dan tidak berani lari mendahului, “haibah lah”, sungkan. Akibatnya, sasaran lepas dan nenek itu aman.

Dengan demikian, sesungguhnya dua malaikat, Munkar dan Nakir itu hanyalah sebutan, adalah refleksi dari amal perbuatan kita sendiri kala di dunia. Bila perbuatan seseorang terbilang buruk, maka malaikat yang hadir menanya berekspresi sebagai “Munkar dan Nakir”, mengerikan dan kasar. Sebaliknya, bila si mayyit berprilaku baik, maka yang datang berekspresi sebagai “Basyir dan Mubassir”, ramah dan menyenangkan.

Kok yang biasa disebut bernama Munkar dan Nakir..?. Ya, karena kebanyakan manusia itu beramal buruk, keburukannya lebih banyak ketimbang baiknya. Banyak yang durhaka dari pada yang shalih. Itu namanya penamaan model “taghlib”, pukul rata, berdasar yang terbanyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO