Sidang Kasus Pencurian Besi di Merakurak Tuban, Ada Dugaan Intimidasi dan Penganiayaan

Sidang Kasus Pencurian Besi di Merakurak Tuban, Ada Dugaan Intimidasi dan Penganiayaan Terdakwa kasus pencurian besi milik DPUPR-PRKP Tuban setelah menjalani persidangan di pengadilan negeri setempat. Foto: ACHMAD CHOIRUDIN/BANGSAONLINE

TUBAN, BANGSAONLINE.com - B (58), terdakwa kasus pencurian besi trotoar milik DPUPR-PRKP Tuban di sekitar Kecamatan Merakurak, menjalani sidang ketiga di Pengadilan Negeri Tuban, Kamis (20/6/2024). 

Agenda sidang ketiga adalah penyampaian eksepsi atau nota keberatan. JPU Kejari Tuban tidak sependapat dengan pernyataan yang didalilkan penasihat hukum terdakwa. Sebab, eksepsi yang disampaikan banyak menyimpang dari ruang lingkup dimaksud, dan lebih mengarah pada proses penyidikan.

Sebelumnya, Nang Engki Anom Suseno, penasihat hukum terdakwa, sempat mengajukan praperadilan, namun ditolak oleh Hakim Praperadilan PN Tuban.

Saat ini, perkara sudah masuk ke tahap penuntutan, dan apabila eksepsi penasihat hukum terdakwa ditolak, persidangan dilanjutkan dengan pembuktian dari penuntut umum.

Nang Engki Anom Suseno menilai nota keberatan dari JPU mendalilkan bahwa eksepsinya keluar dari ranah formil. Namun dalam tanggapan itu, JPU dianggap memasuki materi materiil, yang mana banyak kontradiksi di sana.

"Lucu saja jika kemudian mereka mendalilkan hal-hal bersifat formil, tapi dalam dalilnya mengulas masalah yang bersifat materiil. Tidak nyambung, jadinya begitu," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (21/6/2024).

"Setelah eksepsi, agenda sidang selanjutnya ialah putusan sela. Namun apapun nanti hasilnya, kita tetap menghormati proses hukum di persidangan atau pengadilan," imbuhnya.

Kendati demikian, pihaknya akan mebuktikan eksepsinya dalam pemeriksaan pokok perkara.

"Akan diperjelas dulu, BAP atau dakwaan itu disusun berdasarkan BAP, maka hakim memiliki kewajiban untuk meneliti secara cermat apa-apa yang ada di dalam BAP. Sehingga apa-apa di BAP yang tidak termuat dalam dakwaan, maka dakwaan itu tidak cermat. Kami akan buktikan itu nanti, apa-apa yang ada dalam BAP di dalam pokok perkara," urai Engki.

Saat diwawancarai, ia juga menyinggung perihal proses penyidikan di Polsek Merakurak. Engki menduga ada indikasi BAP yang tak sesuai kondisi lapangan.

"Ini kami sudah menyampaikan keberatan bahwa proses penyidikan ini sangat salah, karena ada dugaan kekerasan. Tentu masih nyata karena ada di bekas tubuh terdakwa, masih terdapat kekerasan fisik yang diduga diakibatkan oleh penyidik. Jika terbukti akan kita lakukan upaya hukum maksimal. Karena sudah tidak zaman lagi menggali keterangan dengan metode kekerasan," pungkasnya.

Sedangkan T (44), yang merupakan istri terdakwa menceritakan kronologis penangkapan suaminya. Berawal ketika B yang berprofesi sebagai tukang becak berangkat kerja pada pagi hari usai sahur. Namun, warga Desa Sumurgung, Kecamatan Montong itu tak kunjung pulang.

T baru tahu jika suaminya sudah ditangkap polisi ketika ada mobil kepolisian datang ke rumah untuk mengambil barang bukti becak dan besi hasil curian.

"Ada mobil polisi datang ke rumah, suami saya sudah ditangkap. Di dalam mobil, suami saya lihat babak belur. Saya mau lihat dari dekat tidak boleh, bahkan saya mau ngasih minum juga tidak diperbolehkan. Setelah itu, suami saya langsung di bawa ke Polsek Merakurak dengan membawa becak dan besi yang dicuri suami saya," paparnya.

Selanjutnya, T kemudian menyusul ke Polsek Merakurak. Saat di lokasi, ia mendapati suaminya dalam kondisi babak belur.

Tak hanya itu, istrinya juga menceritakan jika mata suaminya ada luka memar, pelipis luka, kepala benjolan, kaki kiri sobekan sebesar 3 jari, "Saya tanya suami saya mengaku dihajar dengan mata ditutup lakban."

T menceritakan bahwa suaminya sudah mengakui mencuri 3 besi dari trotoar. Namun, oknum polisi tidak percaya dan terus menghajar B karena disuruh mengaku mencuri besi dalam jumlah banyak. Sebab, besi milik DPUPR PRKP Tuban yang hilang banyak.

Terkait dengan adannya dugaan penganiaayaan tersebut, Kapolres Tuban, AKBP Suryono, mengatakan jika proses perkara pencurian besi terhadap terdakwa B sudah tahap dua, dan sudah proses persidangan.

Soal pengakuan dari istri terdakwa terkait dugaan penganiayaan oleh oknum penyidik, ia mempersilakan untuk membuat laporan.

"Silakan laporan. Sampai saat ini kita belum menerima laporan terkait dengan dugaan itu. Bila nanti ada, ya kita tindak lanjuti. Kita akan tindak lanjuti jika ada laporan dari pihak keluarga atau pihak yang dirugikan," ucapnya.

Menanggapi proses persidangan terdakwa, Plh Kasi Intel Kejari Tuban, Yogi Natanael Christanto/Kasi Pidsus Kejari Tuban, mengatakan pihaknya hanya bisa menyampaikan terkait penuntutan.

Dalam proses persidangan, saat ini JPU telah menyampaikan tanggapan dari eksepsi penasihat hukum terdakwa.

Sementara terkait penyidikan, pihaknya tidak bisa menanggapi, karena hal tersebut sudah diputuskan dalam putusan praperadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.

"Namun yang perlu kami tanggapi, perihal eksepsi yang telah dibacakan JPU, seperti halnya dakwaan prematur, dan dasar pembuatan dakwaan, itu berdasarkan dari BAP yang cacat hukum. Satu hal yang bisa kita tanggapi kaitan masalah itu, bahwa hal-hal tersebut telah masuk dalam ranah penuntutan. Sehingga mari bersama kita buktikan saja, seperti apa nanti pada saat penuntutan atau JPU akan membuktikan atas dakwaan JPU," beber Yogi.

"Kaitan masalah pasal yang harus didakwakan, itu ranahnya pada saat pembuktian. Sehingga mari kita ikuti bersama, kawal bersama, seperti apa jalannya persidangan," tuturnya menambahkan.

Karena kalau harus mundur lagi ke penyidikan, Yogi merasa tidak relevan. Pasalnya, kasus ini telah dilimpahkan ke kejaksaan, sehingga menjadi penuntutan dengan dasar adanya putusan praperadilan kemarin.

"Sidang kali ini adalah proses atas tanggapan eksepsinya PH. Mari bersama kita lihat dan kawal seperti apa proses pembuktian nanti ke depan. Satu Minggu ke depan ini ada proses putusan sela, jadi mari sama-sama kita tunggu hasil penilaian dari hakim," katanya. (coi/mar)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO