Pilah-pilah Sampah, Mana yang Boleh dan Tidak untuk Dibuang di Gunung?

Pilah-pilah Sampah, Mana yang Boleh dan Tidak untuk Dibuang di Gunung? Foto: BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Setiap orang memiliki kebutuhannya masing-masing yang pada akhirnya akan menjadi sampah. Entah itu sampah plastik, bungkus makanan, stereofoam, atau sejenisnya. 

Jika di kota ada pengelolaan sampah terstruktur mulai dari pemungutan sampah hingga TPA (tempat pembuangan akhir). Maka hal ini sangat berbeda dengan pengelolaan sampah di desa khususnya di gunung. Bahkan di gunung mana pun, jika ada pendaki, dipastikan ada sampah yang tertinggal.

Baca Juga: Mengapa Masih Ada Pendaki yang Tersesat di Gunung?

Kesadaran para pendaki memang belum seperti yang selalu digaungkan yaitu gunung bukan tempat sampah. Membawa turun sampah memang bukan hal yang mudah bagi masyarakat kita. Kondisi yang lelah, dengan membawa limbah memang terasa sangat merepotkan. 

Maka dalam konten kali ini, kami akan berbagi sedikit pengetahuan tentang sampah organik dan non-organik, artinya sampah yang bisa dibuang di gunung dan tidak. Baca sampai tuntas agar tidak salah paham.

Baca Juga: Tak Semua Air di Gunung Bisa Langsung Dikonsumsi, Simak Informasi Berikut

Sampah Organik

Lebih mudahnya, sampah organik adalah sampah yang mudah melebur dengan alam. Biasanya sampah jenis ini lebih mudah membusuk, namun bisa digunakan sebagai pupuk kompos. Contoh sampah organik seperti kulit buah, sisa nasi, sisa sayuran, dedaunan, ranting, dan sejenisnya. 

Bolehkah meninggalkan sampah organik di gunung? Pada dasarnya boleh, karena sampah ini lebih mudah terurai di alam, terlebih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. 

Baca Juga: Tips Mencari Air di Gunung, Bermanfaat Ketika Kondisi Darurat

Namun mengingat kondisi saat ini sudah berbeda, di mana para pendaki mulai membludak jumlahnya, maka membuang sampah organik perlu dibatasi. Karena jika kuantitasnya terlalu banyak, hal yang akan terjadi adalah pembusukan yang mengakibatkan bau tak sedap dan menjadi sarang penyakit. 

Selain itu, juga akan mempengaruhi keindahan pemandangan. Adapun jika kita bisa membuang sampah organik, hal ini harus dilakukan dengan cara yang tepat. 

Selain agar sampah tidak berserakan, menggali tanah untuk memendam sampah organik adalah hal yang tepat, dengan catatan kuantitasnya harus sedikit. Sekali lagi, mengingat jumlah pendaki yang semakin banyak, jika membuang sampah organik dengan kuantitas yang banyak, maka hal ini akan menjadikan permasalahan baru nantinya.

Baca Juga: Terjebak Badai saat di Gunung? Lakukan Cara ini agar Selamat

Sampah Nonorganik

Sampah nonorganik adalah sampah yang susah untuk melebur dengan alam. Biasanya membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa terurai. Contoh sampah non-organik seperti kaleng, botol plastik, stereofoam, kaca, dan sejenisnya. 

Sampah jenis inilah yang sering dijumpai di gunung. sebenarnya, sampah non-organik bisa didaur ulang atau dimanfaatkan untuk menjadi benda yang bermanfaat seperti pot bunga, tempat bolpoin, dan kerajinan tangan lainnya. Sampah non-organik ini menjadi sampah yang seharusnya tidak boleh ditinggal di gunung.

Baca Juga: Manajemen Pendakian: Kapan Saat yang Tepat untuk Istirahat?

Demikian lah perbedaan sampah organik dan non-organik. Bijak dalam hal sampah memang masih menjadi PR untuk masyarakat Indonesia, namun jika bukan dimulai dari sekarang, lalu kapan lagi? Tetap jaga keindahan alam dengan membawa turun sampahmu. (msn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO