Mantan Pengurus Gafatar Akui Pergerakan di Kalimantan, Camat & Lurah Dilarang Beri Fasilitas

Mantan Pengurus Gafatar Akui Pergerakan di Kalimantan, Camat & Lurah Dilarang Beri Fasilitas Mantan Pengurus Gafatar Jatim, dr Budi Laksmono dan mantan Pengurus Gafatar Surabaya, Rico saat memberikan keterangan pers. foto: m sidharta/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Di Surabaya, mantan pengurus Gafatar Provinsi Jatim, dr Budi Laksmono membantah Gafatar menyesatkan. Pria 60 tahun yang merupakan mantan Kabid Kesehatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gafatar Provinsi Jatim ini memberikan keterangan kepada media di Mango Terrace Resto, Margorejo Rabu (13/1). Dalam pengakuannya, sejak tahun 2011 Gafatar bukanlah organisasi yang mengatasnamakan agama tertentu.

Dia menambahkan, Gafatar hanyalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berafisiliasi kedalam keagrariaan.

"Gafatar bukan organisasi agama, tetapi hanyalah organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan untuk kesejahteraan masyarakat". Bidang yang dibidik ialah sosial, budaya dll. Gafatar dulunya bernama KOMAR (Komunitas Millah Abraham) yang sebelumnya Aqidah Al-Islamiyah. Sebelum dibubarkan jumlah anggotanya di Jatim 926 orang, sedangkan untuk seluruh Indonesia hampir 10.000 orang.

Dia menambahkan bahwa organisasinya berafisiliasi untuk diajak bertani, nelayan dan berkebun. Budi juga membantah adanya doktrin-doktrin yang menyesatkan. Ia juga menyakini bahwa tidak ada ajaran-ajaran Gafatar untuk menyalahi akidah yang sudah diyakini masyarakat.

Ia juga tidak sependapat apabila ada orang yang berasumsi bahwa Gafatar merupakan aliran sesat. ''Saat ini Gafatar sudah bubar sejak Agustus tahun 2015 dan sudah tidak ada lagi di sini, serta tidak ada nama lain setelah Gafatar bubar,'' katanya.

Terkait perubahan nama Gafatar menjadi Negara Karunia Tuhan Semesta Alam, hal ini juga dibantah. Setelah bubar, kata dia, mereka kembali kepada pribadinya masing-masing. Menurutnya, Gafatar tetap berpedoman kepada kitab suci Alquran dan kitab-kitab sebelumnya.

Disinggung dugaan adanya orang yang menghilang untuk ikut Gafatar seperti yang terjadi baru-baru ini, Budi menanggapi bahwa kemungkinan mereka memiliki keyakinan tersendiri untuk ikut organisasi tersebut.

''Walaupun mereka semua rela meninggalkan keluarganya, dan tidak ada paksaan bagi mereka semua,'' jelasnya. Budi juga mengatakan kemungkinan besar mereka yang menghilang tersebut berada di Kalimantan.

Terkait adanya Gafatar di Pulau Kalimantan, Budi membenarkan pergerakan organisasi tersebut. Hal ini lantaran, kata dia, di Kalimantan merupakan daerah yang subur dan baik untuk pertanian dan perkebunan. Sehingga daerah tersebut dirasa cocok untuk merealisasikan misinya. Gafatar melakukan sistem MoU dengan penduduk setempat dalam hal persewaan lahan.

Klik Berita Selanjutnya

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO