Takut Melamar Gadis karena Gaji Kecil, Peserta Bedah Buku di Pasuruan Ingin Kaya Seperti Kiai Asep | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Takut Melamar Gadis karena Gaji Kecil, Peserta Bedah Buku di Pasuruan Ingin Kaya Seperti Kiai Asep

Editor: MMA
Senin, 26 September 2022 20:38 WIB

Suasana acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas'ud Adnan di Palm Resto Kota Pasuruan, Ahad (25/9/2022). Hadir Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dan M Mas'ud Adnan sebagai nara sumber. Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com

PASURUAN, BANGSAONLINE.com – Peserta Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Jawa Timur berebut mengacungkan tangan saat sesi tanya jawab, Ahad (26/9/2022). Mereka mengaku ingin sukses dan kaya raya seperti Prof Dr , MA, yang menjadi bahasan utama buku karya M Mas’ud Adnan itu.

“Saya ini juga guru. Gaji guru, kalau belum sertifikasi, masih di bawah Rp 500 ribu. Jadi saya saat ini mengalami seperti Kiai Asep saat miskin,” kata seorang peserta yang duduk di kursi paling depan.

Yang membuat peserta lain tertawa, pemuda bertubuh agak tambun itu terang-terangan mengaku karena gajinya masih di bawah standar alias kecil.

Ia menyampaikan itu setelah membaca halaman 116 buku setebal 424 itu. Halaman itu menceritakan kisah Kiai Asep yang lamarannya dikembalikan oleh orang tua tiga gadis karena miskin dan dianggap tak punya depan.

“Terus terang, saya takut melamar cewek,” katanya sembari tertawa. Ia penasaran, ingin tahu rahasia sukses Kiai Asep. Termasuk wirid-wirid yang diamalkan Kiai Asep.

Peserta lain juga tak sabar untuk bertanya. “Apakah Kiai Asep saat miskin, saat jadi guru, punya usaha lain,” tanya peserta yang lain. Dan banyak pertanyaan lain yang dilontarkan peserta.

Acara yang digelar Pengurus Cabang (PC) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Palm Resto itu memang hidup dan dialogis.

Kiai Asep merespon dengan tersenyum. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu mengaku aktif turun ke masyarakat karena dua hal.

Pertama, ingin memotivasi para pengasuh pondok pesantren dan pengelola pendidikan agar bisa lembaga pendidikan atau pesantren yang dikelolanya maju seperti Amanatul Ummah.

Kedua, tutur Kiai Asep, bertujuan untuk memotivasi masyarakat agar mau bekerja keras dan berdoa maksimal sehingga hidupnya sejahtera. Karena itu Kiai Asep selalu siap untuk mentransfer ilmu dan pengalamannya.

“Waamma bini’mati rabbika fahaddits,” kata Kiai Asep mengutip Al Quran Surat Addluha ayat 11. Artinya, apabila mendapat kenikmantan dari Tuhanmu, maka ceritankanlah.

“Agar orang lain mendapat inspirasi,” tegas Kiai Asep.

Kiai Asep mengaku tak perlu referensi untuk berceramah atau memberi motivasi masyarakat. “Karena berdasarkan pengalaman saya sendiri,” kata ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Pergunu itu.

Sewaktu muda dan miskin, Kiai Asep mengaku punya cita-cita dan kemauan besar. “Tapi saya tak punya apa-apa,” katanya. “Karena itu saya harus bekerja keras,” tambahnya.

Caranya bagaimana? “Saya berdoa maksimal,” katanya.

Semula, tutur Kiai Asep, dirinya cari doa dan salat malam di buku-buku dan kitab-kitab.

“Saya menemukan salat malam dalam buku-buku dan kitab-kitab itu,” kata Kiai Asep. Tapi setelah diamalkan ternyata tak ada hasil. Tak mustajab. Kiai Asep pun cari lagi.

Ia kemudian menemukan doa dan salat hajat dalam Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali. Menurut Kiai Asep, judulnya sangat manarik. “Addu’a alladzi laa yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT,” kata Kiai Asep.

Dalam bab An-Nawafil (Salat-salat Sunnah) itu Kiai Asep juga menemukan kaifiyah salat hajat 12 rakaat dengan enam kali salam.

“Doa dan salat malam itu oleh Pak Mas’ud ditulis dalam buku itu,” katanya sembari mengatakan bahwa salat hajat 12 rakaat itu dipungkasi dengan salat witir tiga rakaat dua kali salam.

Kiai Asep lalu mencari waktu yang mustajab untuk mengamalkan salat hajat 12 rakaat itu.

“Saya melaksanakan salat hajat 12 rakaat itu satu jam sebelum Subuh,” kata Kiai Asep sembari mengutip Hadits yang intinya pada malam terakhir sebelum Subuh itu adalah waktu istijabah.

“Setelah salat 12 rakaat kita sujud. Kita sujud di luar salat,” katanya. Saat itulah, tutur Kiai Asep, kita memanjatkan doa seperti yang tertulis dalam buku bagian akhir itu.

“Tapi kalau kita belum hafal bisa kita ganti dengan tasbih dan salawat, masing-masing 12 kali,” tuturnya.

Nah, seusai membaca doa atau tasbih dan salawat itulah kita sampaikan hajat-hajat kita kepada Allah SWT. “Saya biasanya sampai 20 menit karena permintaan saya kepada Allah banyak sekali. Ndak apa-apa. Saya tidak malu. Karena Allah senang kalau kita mintai. Beda dengan manusia. Kalau manusia tidak senang, jika kita mintai, apalagi permintaanya banyak,” katanya.

Sementara Mas’ud Adnan mengungkapkan bahwa Kiai Asep adalah putra ulama besar. “Kiai Asep adalah putra KH Abdul Chalim, ulama besar dari Leuwimunding Majalengka Jawa Barat,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.

Menurut Mas’ud, Kiai Abdul Chalim adalah teman karib KH Abdullah Wahab Hasbullah. “Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Chalim itu bersahabat sejak sama-sama mondok di Makkah,” tuturnya.

Ketika pulang ke Indonesia, tutur Mas’ud, dua pemuda itu terus bersahabat. “Karena sejak di Makkah sudah punya komitmen untuk berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia,” tuturnya.

Maka ketika sudah berada di Indonesia dua sahabat itu bertemu lagi. “Di bawah mentor Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab dan Kiai Abdul Chalim kemudian mendirikan NU,” kata Mas’ud Adnan.

Bahkan ketika para ulama membentuk Komite Hijaz, Kiai Abdul Chalim itulah yang mengantarkan surat ke ulama se-Jawa dan Madura. 

“Bisa kita lihat dalam dokumen NU. Pada kepengurusan PBNU pertama, Kiai Wahab Hasbullah Hasbullah tercatat sebagai Katib Awal yang kalau sekarang Katib Am Syuriah PBNU. Sedang Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani. Rais Akbarnya Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari, sedang Ketua Tanfidznya Haji Hasan Gipo,” kata Mas’ud Adnan.

Karena itu, kata Mas’ud, wajar jika kita menghormati Kiai Asep mengingat ia dzurriyah muassis NU.

“Dulu waktu saya belajar NU, saat masih sekolah di Madrasah Tsanawiyah, saya banyak membaca tulisan pengamat NU. Nah, pengamat itu menulis tentang trandisi tawaddlu NU. Saking tawaddlu’nya jangankan kepada putra-putri pendiri NU, kepada kambing dan ayamnya pun sangat hormat,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu. 

Dalam acara itu hadir Ketua PC Pergunu Ustadz Ikhwan Mahmud, Anggota DPRD Jatim KH Muzammil Syafii, Ketua Muslimat NU dan pengurus PCNU serta Banom NU, terutama Pergunu. (MMA)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video