Capres-Cawapres Didukung PSI, Menguntungkan atau Merugikan, Ini Komentar Timsesnya | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Capres-Cawapres Didukung PSI, Menguntungkan atau Merugikan, Ini Komentar Timsesnya

Editor: tim
Selasa, 01 November 2022 09:13 WIB

Poster yang bertebaran di Malang Jawa Timur. Foto: istimewa

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Di jalan raya A Yani Surabaya (Jembatan penyeberangan depan Polda Jatim) muncul spanduk memajang foto Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD. Di spanduk itu tertulis bahwa Partai Solidaritas Indonesia () mendukung Mahfud MD sebagai calon presiden RI 2024.

Di Malang berbeda lagi. Banyak poster mendukung - sebagai calon presiden dan wakil presiden 2024.

Sebelumnya juga muncul billboard bergambar Giring Ganesha. Dalam billboard yang terletak di kawasan Wonokromo Surabaya itu tertulis bahwa mendukung Giring sebagai calon presiden 2024.

Mana yang benar? “Wes embuh (gak tahulah). Partai cilik gak usah dianggep (partai kecil tak usah diperhitungkan). Gak penting. Kursi aja gak punya,” komentar orang yang lewat. Tentu ia warga Surabaya.

Tiga spanduk atau poster itu sekedar contoh. Betapa sebagai partai politik tak konsisten dan tak punya pendirian dalam mendukung calon presiden dan wakil presiden. Padahal dukungan untuk Capres-Cawapres merupakan keputusan dan kebijakan fundamental partai politik yang biasanya diputuskan pengurus secara nasional.

Bukankah parpol mendukung Capres-Capres itu harus melalui mekanisme formal partai, misalnya Rakernas, Munas atau apa? Bukan sporadis dan jalan sendiri-sendiri sehingga terkesan tak ada kordinasi? Lalu apa fungsinya ketua umum, Rakernas atau Munas dan sejenisnya.

Tapi mungkin gaya dan pola kepemimpinan parpol memang beda-beda. 

(Spanduk dukung Giring Ganesha sebagai calon presiden. Foto: istimewa)

Lalu bagaimana respon para Capres-Cawapres yang didukung ? Salah seorang tim Capres - Cawapres yang diusung tertawa.

“Malah merugikan,” katanya sembari ngakak. Sayang, nara sumber BANGSAONLINE.com yang alumnus pesantren dan Gusdurian itu tak mau disebutkan namanya.

Loh, kenapa merugikan? “Pertama, partai kecil. Kedua, identik dengan etnis tertentu dan agama tertentu. Lihat saja hasil pemilu kemarin. Mana saja, perumahan mana saja yang mendukung . Kan jelas,” katanya.

Apa lagi? “Ketiga, cenderung tak santun. Ingat kasus kadernya sendiri Tsamara Amany yang dibully habis-habisan secara rasial gara-gara keluar dari . Itu kan intoleran. Masak memaki-maki orang yang tak sependapat. Kita bisa mengklaim toleran, jika kita berlapang dada dalam perbedaan, membebaskan orang lain memilih sesuai nurani dan keyakinannya,” katanya memberi contoh.

Menurut dia, dari kasus itu sudah jelas, seperti apa orientasi . Ia lalu minta agar publik membaca kasus Tsamara Amany.

Saat itu Tsamara Amany pamit mengundurkan diri dari karena ingin melanjutkan perjuangan di luar partai politik. Ternyata ia diserang secara kasar dan penuh kebencian rasial. Bahkan mengandung unsur SARA.

Tsamara pun menggunggah foto di akun Twitter pribadinya @TsamaraDKI yang menampilkan komentar bermuatan rasial terhadap dirinya.

Dalam cuitannya itu, dia menautkan unggahan tersebut ke akun Twitter resmi Divisi Humas Polri @DivHumas_Polri.

Inilah komentar rasialis di akun twitter yang menyerang Tsamara Amany:

"Dia 'kan genetikanya ada bau-bau gurun pasir jadi tidak betah dengan hal-hal yang berbau nasionalis jadi dia kembali ke habitat aslinya yaitu kadrun. Jika saya yang memegang otoritas tertinggi di Indonesia saya akan mengeluarkan dekrit untuk memerintah angkatan bersenjata kita untuk mengirim seluruh para keturunan imigran Arab Yaman tanpa reserve yang ada di Indonesia untuk dikirim ke camp solusi final akhir dan saya pastikan akan jauh ekstrem apa yang pernah dilakukan Nazi Jerman terhadap orang Yahudi."

Tsamara menganggap komentar dalam foto yang dia unggah justru menunjukkan me. Dia juga me-mention akun Twitter resmi Divisi Humas Polri @DivHumas_Polri.

"Halo, tolong @DivHumas_Polri. Ini keterlaluan. Bukan nasionalisme. Jelas me," cuit Tsamara.

Jadi, telah terjadi penghinaan rasial yang sangat keji terhadap Tsamara Amany yang nota bene pernah menjadi kader bahkan pengurus inti . Publik pun akhirnya paham siapa itu .

(Tsamara Amany dan suaminya, Ismail Fajri. Foto: instagram)

Ketua DPW Jakarta, Michael Victor Sianipar memberikan keterangan pers terkait sikap kadernya. Ia meminta para kader dan simpatisan agar tidak melontarkan pernyataan bermuatan SARA kepada Tsamara Amany yang mundur dari partai.

Menurut dia, simpati yang ditunjukkan oleh suami Tsamara, Ismail Fajri, kepada Anies Baswedan merupakan kebebasan berekspresi. Ia pun meminta jangan ada pihak yang memancing keributan.

“Saya kira kita sudah kebablasan mengaitkan dengan ras. Kalau pun iya, suaminya dukung Pak Anies, ya tidak masalah juga. Setiap orang otonom kok menentukan pilihan. Saya harap jangan kita memperburuk situasi. Kita butuh persatuan buat bangkit dari pandemi,” ujarnya.

Ia berharap semua pihak, termasuk simpatisan di Jakarta, agar tidak terlibat dalam penghinaan rasial. Menurutnya, tindakan itu sangat tidak layak dipertunjukkan di ruang publik.

“Saya imbau agar kader dan simpatisan di Jakarta tidak ikut-ikutan. Masalah rasial ini bahaya. Polarisasi kita makin parah dan buruk, apalagi kita akan memasuki tahun politik, polarisasi makin buruk,” kata Michael.

Namun pernyataan Michael Victor Sianipar dianggap tak berpengaruh. “Makanya cenderung merugikan karena citranya sudah terlanjur jelek. Sok toleran, tapi ternyata intoleran. Sok nasionalis tapi rasialis. Bahkan menurut Mbak Tsamara malah . Kini semuanya sudah terlanjur diketahui rakyat, sulit ditutup-tutupi,” tegas salah seorang tim sukses Capres dan Cawapres itu. (tim)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video