Bupati Nonaktif Sidoarjo Klaim Tak Pernah Perintahkan Sunat Insentif ASN | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Bupati Nonaktif Sidoarjo Klaim Tak Pernah Perintahkan Sunat Insentif ASN

Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Catur Andy Erlambang
Senin, 07 Oktober 2024 16:24 WIB

Sidang Kasus pemotongan insentif ASN di BPPD Sidoarjo.

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Bupati nonaktif, Ahmad Muhdlor Ali atau yang biasa dikenal , menyatakan tak pernah memerintahkan untuk memotong insentif ASN. Hal itu terungkap pada sidang lanjutan kasus dugaan korupsi pemotongan dana insentif ASN BPPD .

Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari KPK menghadirkan 5 saksi. Mereka adalah mantan Kepala BPPD , Ari Suryono; Mantan Kassubag Umum dan Kepegawaian BPPD , Siska Wati; mantan Sekretaris BPPD , Hadi Yusuf; Sekretaris BPPD , Sulistiyono; dan pegawai BPPD , Rahma Fitri Kristiani.

Dalam sidang tersebut terungkap aliran dana Rp50 juta per bulan yang diambilkan dari dana potongan insentif ASN BPPD . Ini sesuai dengan keterangan Ari Suryono yang telah dituntut JPU selama 7 tahun 6 bulan penjara.

Dia mengatakan, tidak pernah meminta uang tersebut. Menurut dia, cuma meminta bantuan agar penggajian pegawai di Pendopo turut dipikirkan. BPPD kemudian memotong insentif pajak ASN.

“Beliau mengatakan kalau di pendopo ada pengawal, sopir, dan pembantu yang bekerja 24 jam. Mereka tidak digaji dari dana pemkab. Beliau minta bantuan agar mereka diurus,” kata Ari di ruang sidang Cakra Pengadilan Tipikor PN Surabaya di , Senin (7/10/2024).

Ia menegaskan, nominal Rp50 juta juga bukan permintaan dari . Yang meminta uang tersebut adalah staf pendopo, Achmad Masruri, yang mana menemuinya dan mengatakan kebutuhan pegawai di pendopo mencapai Rp50 juta.

Sejak saat itu, Achmad Masruri menerima uang Rp 50 juta setiap awal bulan. Sebagian besar uang itu dikirim oleh Siska Wati dan terkadang dikirim langsung oleh Ari Suryono. Jadi, tidak pernah mengirimkan uang untuk menggaji staf pendopo.

Saat baru menjabat sebagai Kepala BPPD , Ari Suryono juga diberitahu bahwa ada dana sedekah yang dipotong dari insentif pajak para pegawai BPPD.

“Yang memberi tahu adanya dana sedekah adalah Siska Wati dan Hadi Yusuf,” tambah Ari Suryono.

Ari Suryono kemudian berinisiatif untuk mengambilkan dana kebutuhan para pegawai pendopo itu dari uang sedekah. Padahal, saat itu tidak menginstruksikan apapun.

“Saya diskusikan dengan Siska Wati untuk diambilkan dari dana sedekah tersebut,” katanya.

Sepeti diketahui, kasus ini berawal dari adanya OTT KPK di kantor BPPD , 25 Januari lalu. Saat itu KPK mengamankan 11 orang, termasuk Ari dan Siska Wati. Keduanya diduga terlibat dalam pemotongan intensif ASN BPPD 10 hingga 30 persen. (cat/mar)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video