NU Dukung Nasakom, Tapi Menolak PKI, Ini Penjelasan Gamblang Kiai As’ad Ali
Editor: MMA
Senin, 18 November 2019 22:48 WIB
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Sejarah politik NU yang pernah mendukung Nasakom (Nasionalisme, Agama dan Komunisme) pada era Soekarno sering disalahpahami sehingga menimbulkan stigma politik kurang baik terhadap organisasi keagamaan terbesar di Indonesia itu. Padahal, menurut KH As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (Waka BIN), NU mendukung Nasakom sebagai platform politik, bukan ideologi.
BACA JUGA:
Positif Usung Gus Barra, 5 Parpol Tak Buka Penjaringan Cabup Mojokerto
Khofifah Ajak GP Ansor dan Banom NU Lainnya Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
Pro-Kontra Wisata Karaoke di Gunung Sampan: MUI Menolak, NU Akomodatif
Khofifah Ajak Rajut Kembali Persaudaraan Pascaputusan MK soal Pilpres 2024
“NU konsisten menolak PKI,” kata kata Kiai As’ad Ali dalam acara Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) di Institut KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Senin (18/11/2019). Acara PKPNU itu diikuti ratusan mahasiswa S1 dan S2 Institut KH Abdul Chalim yang mendapat beasiswa yang sudah lulus tapi belum diwisuda.
Namun fakta sejarah itu tidak dipahami secara baik oleh publik karena ada agitasi politik dari lawan politik NU. “Itu namanya propaganda politik,” kata Kiai As’ad.
Usai menyampaikan presentasi, BANGSAONLINE.com, mewawancarai Kiai As'ad Said Ali lebih detail. Mantan Wakil Ketua Umum PBNU itu secara gamblang menjelaskan tentang backround sejarah politik saat itu. Menurut dia, saat itu di Irian Jaya sedang terjadi peperangan antara Indonesia dengan Belanda. Nah, Belanda didukung Amerika Serikat (AS). Maka Indonesia bekerja sama dengan Uni Sovyet, meski komunis, karena saat itu Uni Sovyet musuh utama AS. Dari Uni Sovyet inilah Indonesia mendapat bantuan senjata. “Tapi politik luar negeri kita kan bebas aktif,” kata Kiai As’ad.
Menurut dia, bukan hanya NU yang terpaksa mendukung Nasakom. “Tentara Indonesia pun juga mendukung Nasakom. Yang tanda tangan bantuan senjata dari Uni Sovyet kan (Jenderal) Nasution,” kata Kiai As’ad.