Tanya-Jawab Islam: Bagaimana Cara Allah Menuliskan Takdir? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tanya-Jawab Islam: Bagaimana Cara Allah Menuliskan Takdir?

Editor: Redaksi
Jumat, 03 Juli 2020 22:23 WIB

Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A.

Orang-orang ahli kitab juga ketika bertanya tentang ruh dan hal gaib juga dijawab oleh Allah dengan pernyataan yang tegas, bahwa itu urusan Allah. Allah berfirman; ”Mereka bertanya tentang ruh, katakanlah ruh itu urusan Tuhanku, kalian itu tidak diberikan ilmu kecuali sedikit”. (Qs. Al-Isra’: 85).

Imam Malik membuat statement bahwa jika kita ditanya bagaimana Allah bersemayam, maka jawablah bahwa, “Allah Bersemayam itu sudah diketahui maksudnya, tapi tidak diketahui cara bersemayam-Nya. Mempercayainya wajib dan mempersoalkan-Nya itu bid’ah."

Umar melaporkan sebuah hadis bahwa rasul bersabda: “Berpikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan berfikir tentang Zat-Ku”. (Hr. Baihaqi: 458). Dalam redaksi lain berbunyi, “Berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan jangan berpikir tentang Allah”.

Oleh sebab itu, kita ini sebagai hamba Allah, hanya diperintahkan meyakini bahwa Allah itu Maha Menuliskan takdir alam semesta ini, tentang caranya, itu adalah urusan Allah. Bukan kewajiban kita untuk mengetahuinya. Bahkan kita dilarang untuk berusaha untuk memikirkannya.

Allah Maha Menulis, Allah Maha Melihat, itu pasti benar, pasti ada, hanya kita tidak mampu untuk mengetahuinya. Secara logika kita seperti ini; kita bisa melihat apa yang ada di depan kita. Tapi kita tidak bisa melihat apa yang ada di balik tembok. Apakah ketika kita tidak bisa melihat peristiwa di balik tembok, berarti peristiwa itu tidak ada? Belum tentu kan? Bisa jadi ada peristiwa atau benda di balik tembok itu. Hanya kita tidak bisa melihat peristiwa atau benda yang ada di balik tembok itu.

Esensinya bahwa dunia ini tidak harus bisa kita pikirkan semuanya. Jika tidak masuk logika kita atau kita tidak mampu memikirkannya, bukan berarti itu tidak ada. Bisa jadi itu ada, hanya pola pikir kita tidak mampu mencapainya. Inilah kondisi kita sebagai orang yang beragama, ada hal-hal yang bersifat dogmatis (hanya diyakini kebenarannya dan tidak mengetahui caranya). Beda dengan filosofis, yang semuanya harus bisa diakal.

Maka, menurut ajaran ahlus sunnah wal jamaah, kita wajib mempercayai bahwa Allah Maha menuliskan takdir, hanya kita tidak diberikan ilmu. Ingat, tidak “diberikan ilmu” untuk mengetahuinya bagaimana cara Allah Menuliskan Takdir. Kita hanya diwajibkan untuk meyakini bahwa peristiwa-peristiwa itu ada dan terjadi sesuai dengan ketentuan Allah. Yang kedua ini harga mati, harus kita yakini bahwa itu adalah takdir Allah. Wallahu a’lam. 

 

 Tag:   Tanya-Jawab Islam

Berita Terkait

Bangsaonline Video