Ulama Harus Jujur dan Independen, Tidak Diplomatis, dalam Fatwa Vaksin | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Ulama Harus Jujur dan Independen, Tidak Diplomatis, dalam Fatwa Vaksin

Editor: MMA
Sabtu, 03 April 2021 20:14 WIB

Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., (pakah jas) dalam acara silaturahim para pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) dan wali santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Hotel Tanjung Asri Banyuwangi, Jumat (2/4/2021). foto: mma/ bangsaonline.com

menghukumi Vaksin AstraZeneca haram mutlaqan (haram mutlak) bagi Pondok Pesantren Amanatul Ummah. 

“Sekarang kita lihat, apakah masyarakat ikut fatwa mereka atau tidak. Faktanya sekarang masyarakat jauh lebih banyak yang menolak Vaksin AstraZencca,” kata mengungkap sejumlah fakta di beberapa daerah.

“Bahkan beberapa orang etnis Tionghoa datang ke tempat saya. Mereka tak mau divaksin,” kata sembari minta agar para ulama dan kiai muhasabah (instrospeksi) karena fatwanya makin tidak ditaati masyarakat.

Karena itu, minta ulama dan kiai jujur dalam memberikan fatwa. “Risikonya berat jika ulama tidak jujur dalam memberikan fatwa. Kita harus merenung, kenapa di negara kita selalu ada musibah. Kasus terbakarnya kilang minyak milik Pertamina di Balongan Indramayu Jawa Barat itu menyebabkan pemerintah mengalami kerugian besar,” kata .

Menurut , dalil istihalah sangat tidak tepat dan hanya akan menjadi pintu masuk untuk menghalalkan produk yang mengandung unsur babi. Selain itu, kata , istihalah dan istihlak tertangkal oleh intifak.  

“Buktinya apa? Jadi vaksin! Tanpa ada pankreas babinya tak akan jadi vaksin. Keharaman intifak, baru pada pemikiran saja sudah haram, apalagi sudah ada realisasinya,” tegas kiai yang fasih bahasa Inggris dan bahasa Arab itu.

mengaku mendukung . Tapi untuk Vaksin AstraZeneca, menurut dia, jelas haram mutlak. Karena itu kiai gemar sedekah itu memberi jalan tengah: distribusikan saja Vaksin AstraZinovac itu ke wilayah non muslim.

“Berikan pada wilayah yang tidak mempersoalkan halal-haram, yang tidak mempersoalkan babi, atau terbiasa makan babi. Jangan diberikan pada umat Islam, apalagi Jawa Timur banyak pesantrennnya” kata Kiai Asep sembari menunjuk daerah Bali, NTT dan wilayah lainnya untuk sasaran Vaksin AstraZaneca.

“Kan masyarakat non muslim jumlahnya sekitar 25 juta orang.Mereka saja divaksin AstraZeneca kalau vaksinnya terlanjur dibeli,” katanya.

Menurut Kiai Asep, para ulama NU seharusnya melindungi warga NU, umat Islam, dari unsur-unsur yang meragukan, bukan malah menghalalkan vaksin yang mengandung unsur babi. “Kan sudah jelas Alkhuruj minal khilaf mustahabbun,” katanya. Artinya, keluar dari khilaf dianjurkan. (mma)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video