SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Ternyata Tiongkok langsung merespons soal Nusantara, nama ibu kota negara baru di Kalimantan Timur. Bahkan media Tiongkok sudah sepakat cara menulis Nusantara dalam huruf Mandarin. Bunyinya nu-san-ta-la.
Tapi benarkah menurut kepecayaan Tiongkok Nusantara itu lambang kematian? Simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Kamis (20/1/2022). Selamat membaca:
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
SAMPAI hari ini saya belum juga hafal nama ibu kota baru Myanmar. Padahal itu sudah tidak baru lagi. Sudah 15 tahun pindah dari Yangon ke situ.
Apakah nama ibu kota baru Indonesia akan senasib itu?
Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden
Rasanya tidak. Nama Nusantara cukup mudah diucapkan. Bandingkan dengan pengucapan ibu kota baru Myanmar itu: Naypyidaw.
Pandemi Covid ternyata tidak menyurutkan sedikit pun tekad pemerintahan Jokowi untuk pindah ibu kota. Bahkan ibu kota baru itu kini sudah benar-benar legal. DPR sudah mengesahkan UU-nya, Selasa lalu. Berikut namanya.
Dari siapa usulan nama Nusantara itu?
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
“Dari Pak Presiden sendiri. Ide Pak Jokowi sendiri," jawab seorang menteri yang saya hubungi.
Maka kalau kelak akan berulang tahun, mestinya, HUT kota Nusantara jatuh setiap tanggal 18 Januari.
Nama Presiden Jokowi akan abadi di situ: sebagai pemindah ibu kota negara sekaligus pemberi nama kota baru itu.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Maka juru ramal pun mulai mengutak-atik nasib masa depan Nusantara. "Kenapa pilih nama empat suku kata ya?" ujar seorang peramal. Ia bersandar pada kepercayaan Tionghoa. "Empat itu kan lambang kematian," tambahnya.
Ia lebih berharap nama ibu kota baru itu ''Jokowi''. Tiga suku kata. "Tiga itu lambang kehidupan," katanya.
"Lho nama ibu kota baru Malaysia kan juga empat suku kata. Pu-tra-ja-ya," kata saya.
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
"Makanya, Malaysia juga tidak maju. Malah mundur," jawabnya.
"Nama jelek kan bisa dibuat baik dengan cara dibuang sialnya," sergah saya.
"Iya, sih," jawabnya pasrah.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
Media di Tiongkok sudah sepakat bagaimana cara menulis Nusantara dalam huruf Mandarin. Pasti bunyi tulisan itu nu-san-ta-la. Tapi pakai huruf Mandarin yang mana ketika menuliskan nu-san-ta-la. Begitu banyak huruf Mandarin yang bunyinya itu.
Ternyata media di Tiongkok menuliskannya begini: 努桑塔拉.
Bagaimana dengan primbon dari klenik Jawa? Bukankah Pak Jokowi orang Solo –yang bisa bertanya pada langit dengan cara Jawa?
Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran
"Nama Nusantara itu sudah sesuai dengan petunjuk langit," ujar seorang menteri yang saya hubungi.
Tentu hari Nusantara dilahirkan pun sudah dimintakan pertanda dari langit. Dipilihlah hari itu: Selasa Wage. Selasa = 3. Wage = 4. Dijumlah: 7. Angka yang sangat kecil untuk itungan Jawa.
Menurut primbon Jawa, orang yang lahir Selasa Wage punya watak ini: suka mengalah, suka melindungi, dan mampu mengerjakan hal-hal yang diperintahkan orang lain dengan baik.
Baca Juga: Di Penghujung Jabatan Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Gebuki Mafia Tanah
Sisi lainnya: tidak cukup berwawasan, tidak suka kebersihan, cenderung kaku atau terpaku pada satu hal saja, dan memiliki pikiran yang gelap.
Jangan khawatir: semua itu juga ada penangkalnya.
Dan yang jelas: Selasa Wage itu hari kelahiran saya –meski tingkat kebenarannya sangat kecil.
Memang ada yang usul: sama-sama mengambil nama dari masa lalu kenapa tidak Atlantis. Itu nama masa lalu sekaligus masa depan. Nama Atlantis juga sudah mengglobal. Sebuah teori menyebutkan Indonesia itu, duluuu, satu benua paling hebat di dunia: Benua Atlantis. Lalu runtuh total ketika gunung-gunung raksasa meletus satu per satu. Yang membuat benua itu jadi pulau-pulau seperti sekarang.
Saya sendiri menilai nama Nusantara ok. Bagi saya, nama itu tidak penting. Isinya-lah yang penting.
Nama seperti ''Gudang Garam'' atau ''Djarum'' pada dasarnya sangat jelek. Aslinya, Gudang Garam itu terasosiasi ke sebuah bangunan reot di tengah tambak garam. Pun ''Djarum''. Aslinya benda yang tidak bergengsi. Tapi kehebatan dua perusahaan rokok itu telah mengubah citra gudang garam dan jarum menjadi benda istimewa.
Pun kalau Indonesia kelak bisa semaju Gudang Garam dan Djarum, tentu citra nama Nusantara bisa berubah drastis menjadi lebih keren dari Jakarta.
Mesir sebenarnya sudah lebih dulu memindah ibu kotanya dari Kairo. Sejak 2015. Tapi sampai sekarang belum jadi. Juga belum diberi nama. Sebutan sementaranya: Al Asima Al Idariyya Al Jadida. Sering disebut kota New Hope –harapan baru.
Luas ibu kota baru itu lebih besar dari negara Singapura. Letaknya di antara Kairo dan kota Suez. Gedung-gedung pencakar langit sudah banyak dibangun. Tapi masih belum ada yang mau pindah ke sana. Lokasi kota ini di tengah padang pasir.
Nusantara menyalip Mesir. Tiba-tiba Nusantara jadi nama kota ibu kota. Maka, apa pun yang selama ini telah menggunakan kata Nusantara harus memikirkan ulang: apakah masih relevan.
Misalnya Islam Nusantara, tiba-tiba menjadi Islam ibu kota. Mumpung KH Said Aqil Siroj masih hidup: mau diapakan Islam Nusantara.
Yang sulit adalah: Koes Ploes. Yang sudah lama meninggal. Begitu banyak lagunya yang berjudul Nusantara: mau diapakan.
Terserah saja.
Akhirnya saya suka humor yang beredar di medsos ini: kalau di Jakarta ada Jabodetabek, di Nusantara nanti mestinya ada Bonus Sambal Terong –Bontang-Nusantara-Samarinda-Balikpapan-Tenggarong. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Disway*
Edisi 19/1: Langkah Kuda
Disway 18081864
Universitas Glasgow adalah satu dari tujuh universitas kuno (ancient universities) di Britania Raya dan Irlandia. Berikut ini adalah tujuh universitas tersebut beserta tahun pendiriannya: 1. Oxford (kl.1096) 2. Cambridge (1209) 3. St. Andrews (1413) 4. Glasgow (1451) 5. Aberdeen (1495) 6. Edinburgh (1582) 7. Dublin (1592)
Alexs sujoko sp
Wakil Presidennya jangan 3, pertimbangan cuma dari Partai biar adem. Usul nih : Wakil Presidennya jadi 6 biar lebih mewakili P. Jawa, P. Sumatera, P. Kalimantan, P. P. Sulawesi, P. Irian Jaya, dan Kep. Nusa Tenggara. Bagus lagi Wakil Presiden Tiap Pulau digilir masing - masing tiap periode, misal P. Jawa giliran periode 1 giliran DKI Jkt, giliran periode 2 Jawa Barat, giliran 3 Banten, giliran 4 Jawa Tengah, giliran 5 Jawa Timur. Misal yang P. Kalimantan, giliran 1 Kalimantan Selatan, giliran 2 Kalimantan Tengah, giliran 3 Kalimantan Timur, giliran 4 kalimantan Utara. Dan begitu juga untuk Pulau yang lain. Kami yang bantu mikirkan dari pemikiran out of the box daripada yang di DPR cuma dawuh sendiko mawon ( saking rukunnya )
Hardiyanto Prasetiyo
Kali ini saya akui Sumbawa bukan hanya terkenal susu kuda liarnya, tapi terkenal juga terobosan liarnya khususnya dalam hal pendidikan. Disamping UTS, ada juga Pondok Modern Internasional Dea Malela, pendirinya putra daerah Sumbawa Prof. Din Syamsudin. Lokasinya di Pemangong, Sumbawa Besar. Berada dibawah pegunungan dgn suasana yg rindang. Peserta didiknya juga ada yang berasal dari Luar Indonesia (Rusia, Kamboja, Timor Leste, Thailand dan Malaysia). Insting saya mengatakan ini capaian luar biasa, Sumbawa jadi magnet baru dunia pendidikan. Selidik punya selidik ternyata visi kabupaten Sumbawa sungguh mulia "Sabalong Samalewa" (Membangun secara berimbang lahir dan batin). Kali ini saya bukan hanya berkomentar tp juga memberikan informasi, barangkali pak DI kehabisan inspirasi destinasi setelah Persebaya dihajar Bhayangkara 2-1 semalam.
Mbah Sangkil Purnomo
waduh, abah sempat jatuh kemarin saat mencoba sepeda ngebUTS karena sadelnya terlalu tinggi bagi abah, kakinya jinjit, tapi langsung bangkit lagi mencoba hingga berhasil. Jatuh sudah biasa, bangkit itu luar biasa. Jangan Lupa BAHAGIA.
Mbah Mars
Bung Har, anda benar. Di semua partai, ormas atau kelompok tertentu ada yg hebat dan bermanfaat bagi masyarakat. Ada juga yg jadi sampah masyarakat. Saya melihat Abah mengajak pembaca utk bisa bersikap objektif. Maka Abah banyak mengulas tokoh2 dari pihak pro pemerintah maupun yg "oposisi".
gito abipraya
seandainya banyak orang PKS yang seperti Dr. zoel, maka kaum nasionalis tdk akan mencurigai PKS sebagai "ekstrim kanan". Termasuk saya tentunya. Bahwa keberagaman yang ada dimuka bumi tdk boleh dikotak2an dengan alasan apapun, karena itu sudah kehendak Allah swt. maka hanya satu kata yang tepat utk mensejajarkan ciptaan Tuhan: Plural!!!
Pengamat Jalanan
Pak DI pilih mewawancarai Mbak Nurul Huda bukan karena yang lain sibuk kuliah. Tapi karena Mbak Nurul paling cantik dengan lima i. Oh ya, biasanya Nurul hida itu nama laki-laki. Kok jadi nama perempuan ya.
Juve Zhang
Bro! Dosen teladan ITB saja , kalau dijadikan pejabat tinggi, pada klepek klepek lihat duit gepokan depan mata, beliau akhirnya masuk penjara, Dosen Teladan dengan S3 dari luar negeri. DNA itu gak berubah dengan pendidikan.sekali DNA maling ya tetap maling.Hukum Mati bagi koruptor,itu bikin efek jera, Ada pejabat yang berani korupsi di Korea Utara? Wkwkwkwkwk Kim J.U. langsung eksekusi.
Pryadi Satriana
Kebiasaan yg sulit diubah itu karena genetik. Sudah kepala tujuh. Banyak baca. Diberi gelar "Dr." Juga "Prof." (wk..wk..wk..) Akrab dg lingkungan pesantren. Juga ikut mengelola pesantren2 keluarga. Lulusan MAN. Produk IAIN juga. Bahkan pernah jadi 'mantri'. Ups, 'menteri' -- yg terkenal dg jurus lempar kursi di jalan tol. Pemenang Konvensi Capres partai Demokrat (wk..wk..wk..). Konglomerat. Raja Media. Dan banyak lagi ... . TAPI masih tetap saja "sakit" -- tetap saja ngumbar hal2 'ngeres-mesum' di forum publik, yang juga mungkin dibaca cucunya sendiri! Saya sangat salut kepada Bung Leong yang sudah "sembuh". Selamat ya Bung Leong ... Salam.
Aryo Mbediun
Minum dawet tanpa tape ketan Makan bakso penuh balungan Disway terbit tanpa komentar pilihan Bagai toket tanpo kotangan. #menghilang
Mbah Mars
Ada yg kurang lengkap dari liputan Abah DI di Sumbawa. Apa itu ? Susu kuda liar! Kata susu itu seksi. Tepat untuk menemani gunung kembar yg menjadi pembuka artikel pagi ini. Coba saja Abah ke peternakan kudanya untuk membuktikan gembar-gembor iklan susu kuda liar. Pasti menarik. Benarkah ada susu kuda liar ? Saya membayangkan memeras susu kuda jinak saja sulit, terus bagaimana cara memeras susu kuda liar ? Mungkin agak liar ya imajinasi saya. Hehehe.
Daryanto Warjono
Kita masih melihat nama besar, tapi jarang melihat sistem. Andai saja para pengambil kebijakan memberikan literasi yang cukup, bahwa pendidikan yang baik tidak hanya UI, UGM atau ITB, Undip dls. Masyarakat tidak akan terjebak pada glorifikasi semu. Rela membayar bimbel /Joki berjuta2 demi masuk universitas favorit hanya untuk melabelkan diri bagian dari ALUMNi tapi tidak dibarengi dengan kualitas diri.
Mbah Paijo
Mencoba peruntungan dapat Pertamax...gagal lagi
*) Diambil dari komentar pembaca www.disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News