Omicron Cepat Nyebar, 46.000 Kasus Hari Rabu Lalu, Dahlan Iskan Diprotes Pembaca

Omicron Cepat Nyebar, 46.000 Kasus Hari Rabu Lalu, Dahlan Iskan Diprotes Pembaca Dahlan Iskan

SURABAYA, BA NGSAONLINE.comWartawan kondang, Dahlan Iskan, mengaku diprotes para Disway karena dianggap meremehkan Omicron. Padahal kasus Omicron mencapai angka 46.000 per hari Rabu lalu..

Loh? Simak tulisannya di BANGSAONLINE.com, hari ini, 11 Februari 2022. Selamat membaca:

SAYA diprotes beberapa teman: Disway edisi kemarin dianggap meremehkan Omicron.

Nicky, salah satu responden survei itu, kemarin, ternyata positif –entah varian apa. Dia tidak merasa apa-apa. Dia harus tes karena teman sekantornyi positif. Maka dia pun tes: positif.

Sampai tadi malam Nicky tidak merasa apa-apa. Tidak demam, tidak batuk, tidak merasakan perbedaan apa pun.

Dia belum pernah vaksin –karena pegang komitmen sebagai relawan Vaksin Nusantara. Pekan lalu, dari VakNus meneleponnyi: sudah boleh vaksin apa saja. Nicky pun sudah siap-siap ingin jadi relawan vaksin Merah Putih-nya Unair. Ternyata keduluan divaksin oleh Tuhan.

Saya satu mobil dengan Nicky sehari sebelumnya. Selama 6 jam –Surabaya-Tuban pulang-pergi. Bersama istri dan Kang Sahidin. Saya terus memonitor keadaan istri: tidak apa-apa dan semoga tidak apa-apa. Waktu saya kena Covid tahun lalu, istri saya juga tetap negatif.

Istri saya sudah tiga kali vaksin. Saya sendiri sudah lima kali vaksin: oleh Tuhan, oleh dr Terawan, dua kali Sinovac, dan booster Sinovac lagi.

Kemarin, sampai di kantor Jakarta, saya dapat laporan: tiga orang karyawan terkena Covid. Dua sudah sembuh. Tanpa masuk rumah sakit. Yang satu masih tunggu hasil tes kedua: juga tidak masuk RS.

Salah satu dari tiga orang itu pernah kena Covid Januari tahun lalu. Demikian juga istrinya yang lagi hamil 8 bulan. Lalu mertua perempuannya. Tiga-tiganya masuk RS selama satu minggu. Sembuh.

Di era Omicron ini lebih banyak lagi di keluarga karyawan itu yang kena Covid: seisi rumah, enam orang. Istrinya kena, mertua laki-laki kena, keponakan kena, si bayi yang tahun lalu masih dalam kandungan itu juga kena. Hanya mertua perempuan, yang setahun lalu terkena Covid, kali ini tidak kena.

Kemarin, enam orang itu sudah sembuh semua. "Kami demam hanya sehari saja," katanya. "Suhu badan 38 derajat," tambahnya.

Saat merasa demam itu, ia mengirim pesan ke . Minta obat. Setelah ditanya segala macam gejala, memberi tiga jenis obat: penurun panas, antibiotik, dan obat batuk. Keesokan harinya reda. Tinggal tunggu negatif.

Lain lagi dengan "distributor" Disway dari Indramayu ini: Iif Turiah.

Dia ini yang sangat rajin share Disway. Dia juga protes, kemarin. Mengapa? "Saya juga kena Covid lagi," katanyi.

Tahun lalu, saat pertama kena Covid, dia merasa hampir mati. Sesak, nyeri, demam. Jadi satu. Dia bertahan tidak masuk RS karena satu hal: tidak ada yang menjaga ibunyi. Sang ibu sakit, sudah lama. Tidak mungkin ada orang selain Iif yang bisa mengerti keadaannyi: sering masak nasi dengan menaruh rice cocker di atas kompor yang menyala.

Dia hanya bertiga dengan sang ibu –dan anaknyi– di rumah itu.

Enam bulan kemudian Iif kena Covid lagi. Untuk kali kedua. Tidak seberat yang pertama.

Kali ini dia merasa kena Covid lagi. Untuk yang ketiga.

"Sudah tes?"

“Belum".

"Kok tahu kena Covid?“

“Saya kan tahu rasa kena Covid itu seperti apa".

"Kenapa tidak pergi tes?“

“Itu sama dengan menyuruh saya masuk RS. Lantas siapa yang jaga ibu?"

Iif ternyata sudah pandai menulis. Setelah membaca Disway kemarin, dia langsung mengirim tulisan ini:

***

Omicron di sini merebak hampir gantian menulari.

Awalnya kupikir hanya flu biasa. Terus ingat-ingat saya kan nggak habis minum es, kok flu-nya separah ini? Cairan di hidung (ingus) meluncur bebas seperti air saja. Gak ada kentalnya seperti cairan flu pada umumnya.

Entah habis berapa pak tisu. Dengan tisu itu saya bisa menahan ingus cair itu agar tidak meluncur bebas. Napas jadi berat. Waktu salat asar, pas ruku ingus menetes ke sajadah. Walau gak najis tapi sajadah itu kuganti juga.

Itu berlangsung lama: dari selepas duhur hingga selepas asar.

Panik? Gak sih... Hanya risau mengatur gerak tangan. Posisi pun seperti sayap mengepak, agar paru tetap teraliri oksigen. Nafas terasa berat. Kupancing dengan bersendawa/tengkurap seperti orang habis makan. Berulang-ulang. Untungnya, sudah biasa. Saya, kalau bersin memang gak cukup sekali. Sangat membantu. Jadi agak plong.

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO